Kaleb-Ata : Wujudkan BEM UPNVJ sebagai Wadah Inklusif dan Progresif untuk Mahasiswa Berdaya Saing Tinggi
Rangkaian Pemira 2024 UPNVJ telah memperkenalkan tiga paslon ketua dan wakil ketua BEM UPNVJ. Salah satunya ialah Kaleb Otniel Aritonang dan Faiz Ata Aliya sebagai paslon nomor urut satu.
Aspirasionline.com – Menjelang hari Pemilihan Raya (Pemira) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) tahun 2024 yang akan diselenggarakan langsung pada Selasa, (12/11) mendatang, Pemira tahun ini kembali menampilkan tiga pasang calon (paslon) ketua dan wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM-U).
Salah satu dari ketiga kandidat paslon tersebut adalah pasangan calon (paslon) nomor urut satu dengan Kaleb Otniel Aritonang sebagai calon ketua BEM UPNVJ 2025/2026 yang merupakan mahasiswa program studi (prodi) Hukum, Fakultas Hukum, angkatan 2022, serta Faiz Ata Aliya sebagai calon wakil ketua BEM UPNVJ 2025/2026 yang merupakan mahasiswa prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, angkatan 2022.
Reporter ASPIRASI berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif kedua paslon nomor urut satu, Kaleb dan Ata, pada Jumat, (8/11) di Cafe Beskabean UPNVJ. Mereka menjelaskan mengenai visi dan misi, kabinet kerja, dan juga program-program kerja unggulan yang akan dijalankan jika mereka menjadi kandidat terpilih.
Berikut merupakan hasil wawancara tersebut.
Apa alasan dan motivasi kalian untuk maju mencalonkan diri menjadi wakil dan calon ketua UPN veteran Jakarta?
Kalau kemarin saya (Kaleb) sebagai Koordinator Bidang Hukum dan Hak Asasi Mahasiswa, mungkin dari awal berjalannya Kabinet Sandya Karsa itu banyak banget hal-hal yang pengen diurusin yang pengen dilihat, dikaji, dan disuarakan. Tapi karena tahun ini banyak kejadian insidental, permasalahan-permasalahan yang sifatnya terlalu dadakan banget, jadi hal-hal tersebut tidak terealisasikan dengan baik. Kemudian alasan pengen maju karena tidak ingin menjadikan BEM Universitas sebagai organ politik saja. Karena jika dijalankan sebaik-baiknya, BEM Universitas lebih dari sebuah organ politik. Lebih dari sebuah organ yang tentang pergerakan dan advokasi aja, tapi banyak manfaat dan benefit dari BEM Universitas terutama ke keluarga mahasiswa UPN “Veteran” Jakarta.
Jadi kisah ini berawal dari ketika gue (Ata) SMA (Sekolah Menengah Atas). Ketika gue dari SMA memang mau memantaskan diri gue. Jadi ketika gue udah punya hajat, gue udah punya planning-an, dan gue coba untuk eksekusi rencana yang udah gue buat. Dan ketika gue melihat keadaan kampus gue yang sangat miris dan bobroknya, apalagi ditambah gue dari kaum-kaum Limo, yang mungkin dulu ketika gue mahasiswa baru (Maba), ada sebutannya kalau Limo terpinggirkan, teranak tirikan, jadi itu yang makin memantapkan diri gue untuk menuntaskanlah hajat gue yang gue udah disusun di SMA saat itu.
Kabinet rancangan kalian bernama “Merangkai Asa”, apa sih makna nama tersebut? Lalu gimana cara kalian menyusun kabinet ini dan memastikannya berjalan efektif?
Jadi, cerita uniknya itu kita punya banyak nama kabinet. Terus kenapa merangkai asa yang dipilih? dan apa artinya? kalau merangkai asa itu kan seperti impian dan keinginan. Kalau merangkai, dan diartikan lebih dalam, merangkai itu berartikan butuh lebih dari satu tangan untuk dapat mewujudkan rangkaian tersebut. Nah, dalam artian ini dibutuhkan banyak organ-organ dalam merangkai impian. Dan kalau dari KBBI, merangkai itu artinya bergandengan, berkaitan, saling menopang. Itulah yang menjadikan kita memilih merangkai asa. Arti secara generalnya, simpul-simpul di UPN Veteran Jakarta itu bergandeng-gandengan saling berkaitan dalam membangun apa yang menjadi kebutuhan dan menjadi keresahan, impian dari seluruh warga mahasiswa demi tercipta 1 impian untuk UPN “Veteran” Jakarta.
Kita juga sudah mulai screening untuk orang-orang yang akan mengisi di kabinet kita, baik di orang fakultas maupun orang yang sudah lama di universitas di angkatan 22 maupun 23. Dan kita juga meminta ke fakultas, kader-kader yang mereka siapkan dan mungkin ini juga bukan satu hal yang pasti, tapi kita bakal bikin ke arah seleksi. Jadi karena kita mendorong proporsional ke 7 fakultas.
Dan kita juga memang berusaha merangkul tujuh fakultas dan itu juga sebagai bentuk awal untuk menciptakan kabinet merangkai asa yang benar-benar kita rangkai dari elemen-elemen terbawah, seperti himpunan yang mengirimkan kader-kader terbaiknya ke fakultas dan fakultas mengirimkannya kepada kami. Dan itulah yang akan kami lakukan. Maka, lahirlah tagline kami yaitu, “Beragam berdaya, Sinergikan karya,” karena kita orang yang beragam dan kita akan menjadi orang yang berdaya. Memiliki kekuatan agar hidup kita bersinergi maka kita harus sinergikannya dalam tujuan apa? Maka sinergikan lewat karya-karya yang akan kita jalani dalam satu periode kedepan. Karena satu periode itu berbicara tentang maknanya seperti apa.
Boleh dijabarin, apa sih visi misi kalian dan gimana cara kalian yakin itu bisa terwujud?
Visi itu kita ingin menjadikan BEM UPNVJ sebagai wadah yang progresif untuk perubahan karakter yang berdaya saing tinggi dan menjadi ruang inklusif dan partisipatif bagi seluruh warga dan mahasiswa UPN “Veteran” Jakarta. Dan tentunya sebagai bentuk sinergian dalam bentuk kemaslahatan UPN “Veteran” Jakarta. Kalau gue secara singkat jelaskan maka kita bicara tentang inklusif, semua orang, organisator itu harus menghadirkan inklusif. Karena itu sebagai bentuk kenyamanan dan kebahagiaan, dan itu harus tercipta pada organisasi.
Bahwasanya visi-misi kita ini, dari kita untuk kita yang merujuk pada keluarga mahasiswa. Tentu inklusif, kolaboratif, keterbukaan pada keluarga mahasiswa itu hal yang pertama banget akan kita dorong tanpa memandang latar belakang Organisasi Mahasiswa (Ormawa) dan latar belakang dari keluarga mahasiswa. Lalu kemudian, kalau kita bahas lebih general lagi di dalam merangkai asa ini kita bagi menjadi 4 kamar. Yang pertama ada kamar pergerakan, kedua ada kamar advokasi, ketiga ada kamar pendidikan dan akademik, dan yang terakhir ada kamar minat dan bakat.
Lebih lanjut, gimana cara kalian untuk mengupayakan ruang aman dari perundungan serta kekerasan seksual, terkhusus kasus-kasus yang tidak terblow-up?
Sebenarnya kalau kita bicara tentang ruang aman itu pastikan ada satu organ yang telah dilegitimasi, yaitu Satgas PPKS (Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual). Namun, sekarang telah berubah nama menjadi PPKPT (Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi). Kita sebagai BEM UPN “Veteran” Jakarta bukan sebagai organ yang menindak, tetapi sebagai organ yang mencegah. Tentu lewat adanya UPN “Veteran” Jakarta sebagai perpanjangan tangan keluarga mahasiswa terhadap Satgas PPKPT itu kita bisa menjalankan fungsi kita sebagai pencegah ruang kekerasan seksual di bidang-bidang yang berkaitan dengan kekerasan seksual.
Dan coba kita ubah cara bermainnya dari tahun dahulu yang kesannya mereka (PPKPT) pasif, kita ubah aktifkan kembali. Kita ikut bermain peran dalam mengaktifkan mereka dengan cara sekiranya kolaborasi yang kita bisa berdayakan bersama-sama.
Gimana langkah yang akan kalian lakukan dalam menyetarakan akses kedua kampus yang terpisah ini?
Ketika kita bicara tentang kesetaraan, maka jawabannya adalah memerdekakan. Kita coba adilkan dengan asas keadilan. Beberapa program kerja (proker) dari BEM atau informasi itu tidak sampai pada Fakultas Limo. Dan tentunya coba kita masukan lagi terkait informasi-informasi yang akan kita berikan. Kita coba dalam penempelan poster-poster. Dan tentunya tidak hanya lewat penyebaran informasi yang akan kami lakukan, coba kita hadirkan proker-proker BEM universitas yang besar itu di kampus Limo. Karena, alhamdulillah, ketika kami menjadi seorang internal analisis kampus, mungkin salah satu prestasi kita, yaitu kita bisa menghadirkan hasil tentang lapangan yang ada di Limo. Dan tentunya kita coba bisa manfaatkan itu untuk mengadakan proker-proker BEM. Bukan hanya tentang olahraga, tetapi juga bisa tentang perkumpulan-perkumpulan.
Bagaimana bentuk pengadaan inklusivitas kalian terhadap Ormawa dan UKM-UKM yang ada di UPN Veteran Jakarta?
Jadi ada sebuah pertemuan rutin yang dihadirkan oleh 7 + 1 ketua. 7 Ketua BEM fakultas dan satu Ketua BEM Universitas. Jadi, cara kami untuk menginklusivitas itu seperti apa? Salah satunya akan kami praktikan ketika alhamdulillahnya nanti kita yang menjabat, tentunya kita akan mengevaluasi hal tujuh plus satu tersebut. Mengapa 7 + 1? Mengapa tidak satunya itu ditambah dengan pengurus-pengurus intinya daripada kabinet Badan Eksekutif Mahasiswa dan tentunya tujuhnya itu juga menghadirkan pengurus-pengurus intinya dari ormawa untuk membicarakan proker-proker yang bisa dikolaborasikan, inovasi-inovasi atau keresahan bisa disampaikan agar inklusivitas itu terjadi dengan asas kolaboratif.
Di salah satu proker unggulan kalian terdapat proker mengenai desentralisasi desa berkelanjutan, bisa dijelaskan apa maksud dari proker tersebut?
Kalau membahas desentralisasi desa berkelanjutan, jadi Sustainable Village (Susvill) ini bukan hanya BEM Universitas yang menjalani. Tetapi teman-teman himpunan, teman-teman fakultas juga hadir di Susvill, tetapi bukan hadir sebagai delegasinya saja. Ini timbul dari keresahan gue sendiri. Di tahun 2023, gue sebagai komisi pengawasan, gue mengawasi teman-teman dari sosial masyarakat FH (Fakultas Hukum) berhasil menyelesaikan kekosongan produk hukum di desa tersebut. Tetapi, kalau kita ngomongin permasalahan desa tersebut, banyak banget. Entah air yang sering mati, listrik sering mati atau banyaknya angka buta huruf yang masih tinggi kemudian lapangan kerja yang belum luas. Kami merasa bahwasanya jika kita bergerak secara individual, teman-teman fakultas itu akan susah untuk dapat kita membangun desa. Bagaimana UPN “Veteran” Jakarta bisa menggunakan tujuh fakultas dengan tujuh kapabilitas dengan tujuh sifatnya. Karena kami merasa dampak dari pergerakan individual masing-masing fakultas dalam pengabdian masyarakat, terutama dalam membangun desa, itu nggak akan efektif kalau kita berjalan masing-masing. Akan lebih baik kalau kita berjalan bersama-sama terhadap suatu desa. Karena tujuan kita satu, yaitu membangun desa bukan mengisi kekosongan hukum bukan membangun lingkungan, tapi benar-benar membangun desa.
Adapun yang menarik dari proker unggulan kalian terkait Patriot Bela Negara Festival. Bukannya kita sudah ada program festival BE-U seperti Belfest? Apakah itu sama atau adakah yang menjadi pembeda dari program unggulan kalian?
Bela Negara Festival ini dalam pemikiran Kabinet Merangkai Asa, itu selalu punya permasalahan bertahun-tahun. Baik lewat kepengurusannya baik lewat value dari festival ini. Kita masih merasa, “Kok, kita bisa kalah ya sama Pensi (Pentas Seni) yang ada di SMA?” Ini sangat teramat gue dorong bahwasannya Patriot Bela Negara Festival itu bisa menjadi rangkaian acara dari Patriot Bela Negara (Patribera) dan sebagai bentuk closing ceremony dari Patriot Bela Negara.
Terkait proker unggulan sekolah politik rakyat, bagaimana mekanisme dari proker tersebut?
Gue (Kaleb) merasa itu sangat efektif untuk bisa mencetak kader di ranah mahasiswa politik. Spora (Sekolah Politik Rakyat) tidak melibatkan Kema (Keluarga Mahasiswa) secara keseluruhan. Kita akan open rekrutmen untuk teman-teman yang magang di Sospol (Sosial Politik). Jadi, mekanisme Spora pertama kita akan melakukan rekrutmen terhadap mahasiswa untuk bisa mendaftar sebagai anggota, kemudian dari rentetan acaranya tentunya kita akan menghadirkan FGD (Focus Group Discussion) tentang sosial politik yang nantinya isu yang akan kita bahas tentu yang relevan dengan waktu tersebut. Tentunya kita akan menjalankan satu company visit. Intinya dari sekolah politik ini, itu dimentoring dan mementoring.
Gue (Ata) rasa ilmu itu ketika sudah didapatkan harus diamalkan. Maka, ketika memang sudah didapatkan harus diamalkan dengan cara memonitoring mereka-mereka yang akan menjadi seorang mahasiswa dan penerus bangsa.
Apasih yang membedakan kalian sebagai Paslon 01 dengan Paslon lainnya?
Apa yang bisa membedakan dari Paslon 2 dan 3, yang pertama kita merupakan orang yang sudah terjun di BEM Universitas sebagai pengurus inti dari Kabinet Sandya Karsa. Itu seluk-beluk internal dari BEM Universitas kita tahu. Kemudian value dari gue sama Ata adalah, gimana kita bisa jadi representasi dari dua kampus yaitu dari Pondok Labu dan Limo. Tentu kalau kita bahas apa yang sudah kita ubah di Kampus Pondok Labu dan Limo itu sudah tidak dipertanyakan lagi. Karena banyak yang kita hasilkan yang berdampak pada dua kampus yang berbeda. Yang ketiga, gimana gue sama Ata ini punya maksud dan orientasi yang baik untuk kebaikan UPN “Veteran” Jakarta. Terakhir, lebih ke arah boleh menilai dari program masing-masing, gue menyiapkan Grand Design ini dari semester 2. Gimana ambisi gue rangkai dengan baik. Dan Ata juga ambisinya sejak SMA, pasti punya langkah kedepannya untuk bisa menduduki kursi sebagai Wakil Ketua BEM.
Foto: Dokumen Pribadi
Reporter: Khaila Adinda | Editor: Abdul Hamid