Hari Diabetes Sedunia: Pentingnya Penanggulangan Sejak Dini

Berita UPN

Urgensi perubahan pola pikir dan tindakan preventif menanggulangi penyakit diabetes melitus sejak dini.

Aspirasionline.com — Diabetes adalah salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Apabila dibiarkan, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi yang secara perlahan dapat menyerang organ penting di tubuh manusia seperti mata (kebutaan), otak (stroke), hingga gagal jantung dan gagal ginjal.

Menurut hasil penelitian dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015, ada 415 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes, dan sekitar 10 jutanya terdapat di Indonesia. Jumlah penderita diabetes di Indonesia ini diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2040. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi diabetes melitus (DM) sekitar 6,9 persen. Sebelumnya, pada Riskesdas 2007 tercatat hanya 5,7 persen.

Shanti Ferlina selaku akademisi menjelaskan bahwa diabetes melitus disebut sebagai mother of disease. “Secara garis besar, Diabetes diakibatkan kerusakan sel pankreas yang memproduksi insulin. Insulin sendiri memiliki banyak peran di dalam tubuh yaitu memecah karbohidrat, lemak, dan protein menjadi glukosa atau gula darah kemudian diubah menjadi energi,” jelasnya di Auditorium Tanah Airku pada Rabu(21/11).

Lebih lanjut Shanti menjelaskan bahwa gejala klasik yang kerap muncul yaitu penurunan berat badan, sering minum, sering lapar dan sering buang air kecil. Diabetes Melitus dibedakan menjadi dua, yaitu diabetes melitus tipe I dan tipe II.

Diabetes tipe I  terjadi ketika sel pankreas yang memproduksi insulin sudah tidak lagi berfungsi secara total. Biasanya menyerang anak-anak dan orang dewasa muda dan terjadi secara tiba-tiba. “Diabetes ini sulit untuk disembuhkan maka dari itu salah satu upaya untuk tetap menjaga kelangsungan hidup adalah dengan melakukan terapi insulin,” jelasnya.

Sementara itu, diabetes tipe 2 merupakan jenis penyakit yang umum terjadi di masyarakat. Sekitar 90% kasus merupakan diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe ini, pankreas masih mampu menghasilkan insulin tetapi jumlahnya tidak memadai atau tubuh tidak mampu mengoptimalkan kinerja insulin.

“Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor keturunan, faktor kegemukan (obesitas), faktor kebiasaan seperti gemar mengonsumsi makanan fastfood dan kurang berolahraga serta karena faktor demografi,” katanya.

Selain itu, Diabetes Melitus menjadi berbahaya karena rentan terkena komplikasi didalamnya. Shanti menebut hal ini sebagai Silent Killer. Gagal ginjal, stroke, penyakit jantung kerap menjangkiti para pasien diabetes melitus.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Neuropati merupakan penyakit komplikasi terbanyak yang dialami oleh 54% penderita diabetes melitus yang ditangani oleh RSCM.Setelah itu disusul dengan retinopati diabetik dan proteinuria.

Jaka Panca Setiawan menjelaskan urgensi pendeteksian awal pada diabetes melitus. Penangan harus dilakukan sedini mungkin, dimulai dengan mengubah pola pikir unit terkecil yaitu keluarga. Banyak anggapan bahwa diabetes merupakan penyakit yang dialami oleh orang yang berusia di atas 50 tahun tentu suatu yang keliru.

Sehingga menurut Jaka hal ini yang pertama kali harus dibenahi, “Dimulai dari lingkup yang paling kecil, masing-masing keluarga harus diberikan pemahaman  keseluruhan dari diabetes melitus mulai dari gejala sampai cara penanggulannya,” tutur pria tersebut.

Jaka menjelaskan bahwa ada empat pilar yang dapat dilakukan untuk penanganan diabetes melitus yaitu mengatur pola makan, berolahraga yang teratur, pengecekan berkala dan penyuluhan atau edukasi dari lembaga terkait. “Hal ini menjadi upaya preventif paling dasar yag harus dilakukan semua individu,” tutupnya.

Reporter: Thalitha Yuristiana |Editor: Taufiq Hidayatullah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *