Thariq – Anggun: Menggali Semangat Perjuangan melalui Kabinet Meraki Juang
Rangkaian Pemira 2023 UPNVJ telah memperkenalkan tiga paslon ketua dan wakil ketua BEM UPNVJ. Salah satunya ialah Thariq Rifqi Verdiansyah dan Anggun Dwi Kusuma sebagai paslon nomor urut dua.
Aspirasionline.com – Pada Jumat (17/11), para pasangan calon (paslon) ketua dan wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (BEM UPNVJ) tengah melaksanakan debat terbuka kedua di Aula Tanah Airku UPNVJ Kampus Limo, Depok.
Acara tersebut bertujuan untuk mengenal lebih dalam mengenai visi dan misi serta program kerja unggulan yang dimiliki oleh ketiga paslon Ketua dan Wakil Ketua BEM UPNVJ.
Melalui acara ini, reporter ASPIRASI melakukan wawancara eksklusif bersama paslon BEM UPNVJ periode 2024/2025 nomor urut dua, yaitu Thariq Rifqi Verdiansyah sebagai calon ketua BEM UPNVJ 2024/2025 dan Anggun Dwi Kusuma sebagai calon wakil ketua BEM UPNVJ 2024/2025 pada jeda istirahat acara debat terbuka kedua berlangsung.
Dari sini, Thariq yang merupakan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) tahun angkatan 2021 dan Anggun yang merupakan mahasiswi Prodi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) tahun angkatan 2021 menjelaskan program kerja unggulan yang mereka gaungkan jika dipercaya sebagai kandidat terpilih nanti.
Berikut merupakan hasil wawancaranya.
Mengapa kalian memutuskan untuk maju sebagai Calon Ketua dan Wakil BEM UPNVJ?
Berdasarkan hasil diskusi dan kajian kami terkait tubuh organisasi BEM UPNVJ, perlu adanya reformasi. Artinya, kembali ke format awal. Jadi kita tidak melihat fungsi BEM dari tahun ke tahun, yang saya kira ini lah yang menjadikan kita atau mendorong kita untuk mengambil tanggung jawab ini.
Apa makna kabinet yang kalian bawakan?
‘Meraki’ kita ambil dari bahasa Yunani, artinya ‘semangat perjuangan untuk satu tahun kedepan.’ Sedangkan ‘juang’ juga dari bahasa Yunani, yang dimana dengan semangat perjuangan untuk BEM UPNVJ pada masa kami di tahun 2024 hingga 2025. ‘Meraki’ adalah semangat kita satu tahun kedepan, di situ dapat dimaknai juga sebagai ketulusan. Artinya apa yang kita lakukan dengan sepenuh jiwa. Kita sambung kata ‘juang’ di situ bahwa kita sedang sungguh-sungguh berbicara BEM UPNVJ.
Apa visi dan misi yang kalian bawa untuk kemajuan UPNVJ dan bagaimana agar visi misi tersebut tetap berjalan dengan baik serta memberikan dampak positif bagi Kema UPNVJ?
Visi itu mewujudkan BEM UPNVJ menjadi organisasi yang inovatif, disiplin ilmu, serta berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Ada lima misi yang kita bawa, bisa dilihat saja di grand design kami. Langkah untuk mewujudkan visi misi itu, kita punya konsep yang namanya terukur dan terarah, jadi apa yang kita lakukan sudah diperhitungkan dan mempunyai kajian yang mendalam. Itu juga termasuk dalam misi kami, kita mengenal apa itu manajemen resiko, apa yang kita lakukan sudah mempunyai kajian dan landasan yang pas, jadi langkah awal kita itu sudah dihitung dari jauh-jauh hari.
Apa sih proker unggulan yang membedakan kalian dengan pasangan calon lainnya?
Proker unggulan kita, saya melihat teman-teman hanya menggunakan program-program yang eventual saja, artinya tidak menyasar tepat kepada fungsi mahasiswa dan fungsi organisasi mahasiswa.
Akhirnya, kita bawa itu yang namanya membangun desa. Yang sekiranya semuanya saya rasa ada yang namanya membangun desa di setiap organisasinya. Tapi yang kita coba bedakan, kita coba kemas ini dengan cara yang berbeda. Bahwa ketika kita ke desa, bukan berarti kita harus melakukan kerja-kerja yang sama.
Ketika mahasiswa Fakultas Teknik ke desa, maka dengan analisis data keilmuannya, dia harus melakukan apa? Mahasiswa FISIP melakukan apa? Jadi ada sesuatu yang berbeda. Ketika kita membangun desa, maka kita harus juga bangun menganalisa dan meneliti apakah keilmuan kita itu berhasil atau tidak. Jadi saling merasakan dampak baiknya.
Bagaimana cara anda memahami dan memenuhi kebutuhan mahasiswa yang beragam?
Di logo kita, kita ambil burung merpati, terus di lingkarannya kita ambil semacam siluet batik buah delima yang berasal dari Aceh, burung Cendrawasih dari Papua, yang kita ambil dari Sabang sampai Merauke. Dan semangat yang kita bawa adalah keberagaman, tetapi kita kan juga mengenal apa itu Bhinneka Tunggal Ika, artinya keberagaman itu harus. Tapi gimana keberagaman itu agar saling melengkapi? Jadi keberagaman itu harus, saling berdebat itu harus, berbeda pendapat itu harus karena akhirnya akan melahirkan satu solusi yang terbaik.
Langkah apa yang akan kalian lakukan untuk menciptakan penyetaraan akses serta penyerapan aspirasi antara Kampus Limo dan Pondok Labu?
Kalau untuk itu masuk ke sasaran strategis kita, kita mempunyai sasaran strategis yang mana kalau berbicara penyetaraan ataupun penyerapan aspirasi. Kita mau coba kembalikan ini dulu kepada fakultas masing-masing. Kita harus buat kajian di masing-masing fakultas. Setelah semuanya saling mengkaji, maka semuanya dikumpulkan, dicari titik benang merahnya. Apa yang sedang bermasalah dengan kampus kita? Kenapa kesenjangan itu terjadi? Tidak ada yang menyamaratakan. Sampai output-nya, kita membuat bukan lagi farm, tapi ini adalah manifesto, keluarga besar mahasiswa UPNVJ. Jadi bentuk ini adalah kecaman dan juga permintaan yang harus dituruti.
Bagaimana cara anda berkolaborasi dengan ORMAWA dan UKM yang ada di UPN Veteran Jakarta?
Kita melakukan yang namanya pendekatan yang dimana itu juga masuk dalam program kerja kita. Pendekatan itu kita bawa dari awal mulai periode atau masa jabatan kita, kita selalu melakukan namanya kolaborasi setiap fakultas biar tidak terjadinya miskomunikasi. Itu juga selalu kita terapkan pada saat nanti kita sedang menjabat, jadi dimana kita tidak mau ada yang namanya salah satu kesalahpahaman.
Kemudian bagaimana cara kalian mengatasi potensi konflik baik internal maupun eksternal yang mungkin muncul selama masa jabatan kalian?
Kita telah mengenal manajemen risiko, artinya BEM harus tau apa yang akan terjadi dalam tiga bulan yang akan datang. Jadi resolusi konflik ataupun mitigasi, jadi kita bilang mitigasinya harus kencang. Karena kita mengenal manajemen risiko gitu. Artinya jika kita melakukan ini, maka apa konsekuensinya? Semuanya harus dihitung gitu. Jadi memang kita mengedepankan manajemen risiko juga perhitungan harus tepat dan mendasar.
Ketika kitapun miss, salah menghitung, berarti hal terakhir yang terjadi suatu konflik, yang kita lakukan adalah mencari titik tengahnya seperti apa? Kan itu yang akhirnya ditanyakan. Jadi kita mau coba ambil perspektif dulu, tergantung macam-macam konfliknya, yang pasti BEM UPNVJ sebagai penengah.
Bagaimana cara kalian menarik suara KEMA UPN Veteran Jakarta untuk memilih kalian?
Yang pertama mungkin dengan champion-champion yang menurut saya juga cukup monoton ya. Tapi ada beberapa hal yang coba kami tarik, mungkin orang bilang ini adalah pekerjaan keras, orang bilang ini cukup PR, tapi saya kira inilah sosok pemimpin. Bahwa kita memang harus mengetuk seribu pintu, bahwa kita harus mengetuk ratusan, ribuan pemikiran-pemikiran, kita harus menyalami banyak orang.
Tapi inilah pemimpin, artinya mereka harus benar-benar berkawan. Jadi yang kita lakukan adalah pendekatan secara langsung kepada mahasiswa. Contoh, kita tidak kenal orang di kantin, kita tanya apakah bangku ini kosong? Kita duduk dan kita ngobrol sama dia, walaupun kita tidak saling mengenal, walaupun kita nggak tau apakah dia bisa bawa temen-temennya untuk memilih kita, atau dia hanya akan membawa diri dia sendiri, ataupun bahkan dia tidak akan memilih. Tapi itu upaya yang kita lakukan.
Bagaimana pandangan kalian terkait kampus yang masih menjunjung tinggi identitas Bela Negara? Apakah masih relevan di zaman sekarang? Menurut kalian adakah batas implementasi bela negara yang mungkin sudah tidak relevan di lingkungan pendidikan zaman sekarang?
Bela negara menurut saya itu masih relevan per harinya atau bahkan sampai kapanpun. Karena tidak ada orang yang berani mengklaim bahwa dirinya tidak akan membela negaranya. Karena kita balik lagi, tujuan kita bernegara tuh apa sih? Kita kan harus tau itu. Ternyata tujuan kita bernegara bukan untuk anak-anak mudanya berperang kembali gitu. Jadi ada stigma yang salah atas bela negara, dan itu yang harus kita lawan.
Ketika stigma yang salah itu terus kita biarkan, semacam bela negara adalah kawan-kawan harus baris berbaris, ketika bela negara temen temen itu harus bertopi baja dan mengangkat senjata, itu yang harus kita lawan. Bahwa dengan kita berprestasi, kita sedang membela negara kita. Bahwa ketika kita sedang menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, artinya kita sedang menjalankan Undang-Undang dan itu salah satu bentuk bela negara.
Artinya kita melakukan apa yang negara perintah, menjalankan Undang-Undangnya, gitu. Jadi itu yang harus kita lakukan, bahwa masih relevan dan kita harus melawan stigma-stigma bahwa bela negara itu adalah konotasinya terlalu militer, bahwa itu kurang tepat.
Apakah proker unggulan kalian yaitu pendidikan politik pergerakan menjadi opsi yang tepat dalam pemahaman tugas dan fungsi mahasiswa dalam peran menjaga arah kebijakan negara? Apakah ada langkah lain?
Menurut kita, itu langkah yang tepat. Karena saya coba ambil satu kalimat, quote dari Che Guevara bahwa, “Tugas pertama dari seorang revolusioner adalah dididik.” Maka ini yang kita upayakan, bahwa kawan-kawan mahasiswa harus tau sejatinya diri mereka itu siapa, bahwa sejarah mereka tuh apa, dan juga mereka harus tau bahwa peran mereka dalam struktural negara itu apa. Bahwa mereka mempunyai peran penting dalam gerakan-gerakan Ekstra-Parlementer. Jadi yang saya bilang, bahwa kita mempunyai tugas politik kita, yaitu ambil posisi politik kita sebagai berbicara politik kebangsaan.
Upaya apa yang akan dilakukan untuk menciptakan ruang yang aman bagi KEMA UPN Veteran Jakarta terkait kekerasan seksual dan bagaimana keberlanjutkan kolaborasi yang akan kalian lakukan dengan Satgas PPKS?
Sebenarnya saya mencoba menggeneralisir bahwa di kabinet kita, kita tidak hanya berbicara kekerasan seksual. Kita juga berbicara kaum rentan disabilitas, kita juga berbicara korban-korban bullying atau perundungan. Jadi bagaimana caranya? Kita harus berikan pencerdasan dulu kepada Kema UPNVJ, bahwa kita adalah kaum intelektual. Kita adalah orang yang digadang-gadang akan menggantikan seperti halnya menggantikan Jokowi, menggantikan menteri-menterinya yang ada di anggota dewan sana, ataupun para ahli-ahli profesor. Jadi hal dasar bagi seorang mahasiswa adalah menjunjung Hak Asasi Manusia (HAM). Sangat tidak pantas bagi mahasiswa UPNVJ untuk tidak menjunjung HAM.
Bagaimana sih kolaborasi kita terhadap Satgas PPKS? Sebenarnya saya mau bilang bahwa, kita rasa-rasanya tidak akan berkolaborasi terlalu banyak. Tapi kita akan minta dia (Satgas PPKS) adalah lembaga yang didanai oleh kampus. Kalau akhirnya yang bertugas harus BEM, mendingan masuk ke dalam struktural BEM saja. Jadi kita akan tekan karena scoop-nya jadi lebih luas. Artinya dia (Satgas PPKS) juga bisa memantau apa yang terjadi di kabinet saya, ketika memang terpilih nanti.
Foto: Hanni, Mg.
Reporter: Hanni, Mg. | Editor: Anastasya Regina.