Bilal-Hanif: Kami Akan Libatkan Mahasiswa Sejak Awal
Pemilihan Raya 2021 yang kini sedang berlangsung di UPNVJ, memperkenalkan dua kandidat Pasangan Calon (paslon) ketua dan wakil ketua BEM U. Salah satunya paslon nomor urut 2, Bilal Sukarno dan Ghatfan Hanif, yang kini sedang melakukan kampanye yang dilakukan secara daring untuk memperkenalkan visi dan misi, serta menggambarkan dan menjelaskan berbagai program kerja (proker) yang dirancang berdasarkan isu-isu yang ada di UPNVJ untuk satu tahun ke depan jika terpilih.
Melalui wawancara lewat Google Meet yang dilakukan oleh reporter ASPIRASI, Hafidz Irsyad dan Suci Amalia dengan Bilal Sukarno dan Ghatfan Hanif, selaku calon ketua dan wakil ketua BEM-U dari paslon nomor urut 2. Kedua laki-laki yang akrab disapa Bilal dan Hanif menjelaskan mengenai apa saja proker yang akan dijalankan jika menjadi kandidat terpilih, serta apa arti dari visi dan misi yang dibentuknya.
Apa proker unggulan yang kalian bawa saat ini?
Program kerja unggulan yang kami tawarkan kepada Keluarga Mahasiswa (MAHASISWA) UPNVJ yang pertama adalah Bunga Rampai. Program Bunga Rampai ini nantinya jadi landasan bagi kita untuk audiensi, aksi atau pengabdian masyarakat. Selanjutnya ada Badan Usaha Milik Keluarga Mahasiswa, jadi disini kami ingin mandiri secara finansial. Disini kami ingin membuat suatu badan usaha untuk menjalankan tonggak keorganisasian. Program kerja selanjutnya disini kami ingin membuat Veteran Movement.
Selanjutnya ada Hello Advo, dimana kami ingin membuat pusat informasi yang menjadi kepentingan bagi mahasiswa. Di Hello Advo juga berkaitan dengan masalah mahasiswahasiswaan seperti kesehatan mental. Selanjutnya ada Go Green Nature, ini adalah gerakan kebersihan dimana kita menginginkan agar sampah sampah plastic yang ada di UPNVJ atau daerah sekitar UPNVJ dapat kita ubah menjadi barang barang yang lebih bermanfaat.
Lalu ada Rasa yaitu Resensi dan Sastra, jadi mahasiswa itu berhak memiliki panggung untuk mengexplore, menggagas atau bahkan menampilkan minat dan bakatnya. Terakhir, ada Sustainable Village jadi ini kita melakukan pengabdian pada masyarakat melalui sumbangsih pemikiran kita melalui mahasiswajemukan ilmu yang teman-teman MAHASISWA UPNVJ punya.
Arti dari visi yang dibawakan?
Berbicara soal simpul juang itu kita pikirkan dari semester satu dan ini bukan tentang kami saja, jadi kita melihat apa hal baik untuk teman-teman mahasiswa secara keseluruhan. Kita ngobrol dengan teman-teman fakultas lain, ngobrol-ngobrol dengan orang yang punya gagasan untuk UPNVJ. Makanya kami menamakan simpul juang. Jadi misalnya bila kita aksi, jumlah kita besar, jumlah kita cukup massif tapi ketika di medan perjuangan itu kita terpecah. Di sini kami ingin dengan simpul juang ini bagaimana kita bisa tersimpul, bisa menjadi kesatuan yang utuh gitu. Kita mencoba memisahkan dulu seperti program kerja yang saling tumpang tindih, jadi kami ingin memisahkan dulu fokusnya dan selanjutnya kita simpulkan jadi kinerja kita itu berdasarkan apa yang kema inginkan, jadi semua diawal akan kita serahkan kepada kema UPNVJ.
Dalam misi disebutkan “Ingin mewujudkan tata kelola BEM yang profesional berdasarkan cinta dan kekeluargaan.” Implementasinya itu bagaimana?
Untuk menciptakan BEM yang profesional itu kita akan mengubah pola rekrutmen. Kami akan buat terbuka dan melibatkan mahasiswa. Nanti ada uji kelayakan publik, seperti ada presentasi grand design kepada MAHASISWA lalu kita akan membuat form penilaian, seperti untuk masukan atau penilaian terkait apa yang dia bawa di grand design yang dibawakan agar mahasiswa juga bisa menilai. Jadi kami disini akan bekerja secara profesional untuk mahasiswa dan kami akan membangun suasana kekeluargaan agar anggota bisa terjaga dari hal-hal yang membuat anggota BEM terganggu dalam bekerja.
Bagaimana cara anda dalam melakukan penyetaraan akses serta penyerapan aspirasi antara Kampus Limo dan Pondok Labu?
Jadi kalau kita bicara pemerataan informasi mungkin apakah benar hanya mahasiswa di Limo yang tidak mendapat informasi dan mahasiswa Pondok Labu sudah mendapat distribusi informasi secara keseluruhan? Jadi kami membicarakan pelibatan mahasiswa secara keseluruhan dan langkah kami itu dituangkan dalam program kerja yang kami namakan Bersuara. Di Bersuara ini merupakan poin konkret bahwa kami ingin hadir bagi seluruh mahasiswa, melibatkan mahasiswa dari awal dan berkelanjutan, jadi langkah BEM kedepan itu berdasarkan standing point dari mahasiswa secara keseluruhan.
Dalam bidang gerakan mahasiswa, bagaimana cara anda menyatukan gerakan antar fakultas di UPN? Mengingat seringkali terdapat banyak ketidaksepakatan antar fakultas?
Jadi dari awal itu pola pendekatannya itu kita memisahkan focusnya dulu, jadi nanti ketika fokusnya berbeda berarti kerjaan kita juga akan berbedakan, nah ketika ada yang sama maka kita akan satukan itu. Kami juga dari awal sebelum pencalonan itu tidak pernah membicarakan kami berdua gitu tapi membicarakan kebaikan mahasiswa secara keseluruhan. Selanjutnya kalau kita lihat pemngambilan sikap itu di UPN itu oleh fakultas di forum sospol, namun bila kita lihat apakah pengambilan sikap ini melibatkan mahasiswa gitu, jadi itu yang ingin kami ubah, jadi ketika ada isu maka kita semua mari kembalikan kepada mahasiswa jadi nanti sikap kita merupakan sikap mahasiswa keseluruhan. Jadi mahasiswa benar-benar tau isu apa yang kita kawal gitu, apa substansi isunya dan enggak jauh dari kepentingan mahasiswa.
Bagaimana cara melakukan agitasi, propaganda dan konsolidasi kepada mahasiswa yang efektif di tengah kondisi perkuliahan tatap muka yang masih terbatas?
Mungkin tidak jauh beda dari yang sekarang untuk caranya. Namun mungkin cara agar mahasiswa mau berpartisipasi dalam hal tersebut. Dari awal kami akan melibatkan mahasiswa secara keseluruhan. Sehingga mahasiswa merasakan gitu kalau mereka dilibatkan. Selanjutnya untuk pola agitasi yang kita bawa itu jadi kita akan menggunakan semua media yang bisa kita gunakan dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan pertemuan tatap muka gitu. Tujuannya adalah membakar semangat mahasiswa untuk mengawal baik secara daring maupun luring. Jadi kita kondisional dan fleksibel gitu untuk hal ini yang terpenting adalah pelibatan mahasiswa dan keberlanjutannya.
Bagaimana cara anda mengatasi permasalahan UKT yang tiap tahun terjadi terhadap mahasiswa? Terutama saat ini di tengah kondisi pandemi?
Isu UKT itu selalu ada tiap tahun, tapi kenapa kita selalu kaget gitu, jadi penggarapan permasalahan ini tuh ga berkelanjutan, atau standing point kita tuh ga jelas. Jadi kita ingin membuat sebuah kajian yang berkelanjutan gitu. Ketika permasalahan UKT ini ada lagi kita sudah ga kaget, karena sudah ada kajiannya gitu.
Pertama kita berharap agar kabinet yang sekarang bisa mewariskan apa apa yang sudah dilakukan dan evaluasi tahun ini adalah standing point kita cacat ketika rektorat tidak kooperatif dan kadang kadang kita itu berpangku pada ketua BEM gitu. Jadi ketika ketua BEM-nya takut ya audiensinya enggak jalan dan buyar isunya.
Balik lagi jadi kita akan melibatkan kema secara keseluruhan gitu jadi apa yang kita lakukan kedepan itu mahasiswa enggak kaget gitu dan mereka memahami isunya sehingga ketika rektorat tidak kooperatif ya posisi kita kuat karena apa yang kita lakukan merupakan hasil dari pelibatan mahasiswa secara keseluruhan. Dan sekarang ini status UPN kan Badan Layanan Umum (BLU) gitu jadi kita sekarang ini dapat menekan rektorat gitu karena sebelumnya itu dipegang kementerian dan sekarang itu kita akan mengawal juga agar tidak ada komersialisasi pendidikan setelah kenaikan status ini
Bagaimana pandangan anda terkait komersialisasi pendidikan yang ada di UPNVJ? Mengingat kondisi UPN yang saat ini sudah naik menjadi Badan Layanan Umum (BLU)?
Harapannya dengan naiknya status UPN ini untuk mempermudah teman-teman mahasiswa, dengan adanya komersialisasi pendidikan justru akan memperberat mahasiswa. Dari awal kita akan melibatkan KEMA, standing point kita akan berdasarkan suara mahasiswa. Bila ada seruan kami yang sifatnya mengancam yang itu berarti suara dari mahasiswa. Jadi kita akan mengawal indikasi-indikasi dari kemungkinan komersialisasi pendidikan dan bila indikasi itu ada maka kita akan bergerak untuk menolak hal tersebut dengan pelibatan mahasiswa secara keseluruhan.
Bagaimana cara peningkatan kreativitas dan peningkatan akademik mahasiswa jika kalian terpilih?
Tadi di awal kita sudah membicarakan Bunga Rampai, nah di situ merupakan salah satu peningkatan intelektual mahasiswa gitu melalui perjuangan di meja-meja perundingan gitu. Selanjutnya mungkin kalau teman-teman liat peringkat kita di Pinmas itu tertinggal banget. Jadi disini kami ingin membuat inkubator, pelatihan yang konteksnya mungkin menulis esai atau Karya Tulis Ilmiah (KTI) gitu disesuaikan dengan apa yang diinginkan mahasiswa.
Bagaimana anda meyakinkan mahasiswa bahwa anda merupakan pemimpin tepat bagi mereka?
Kita kembalikan lagi ke mahasiswa. Kampus itu merupakan miniatur negara dalam konteks elektoral kita selalu menghadirkan calon pemimpin yang baik, atau kita ingin ada pilihan yang rasional. Jadi kita siap diadu pengalamannya, gagasannya, diadu nilai-nilai yang ingin dibawa jadi dalam konteks rasional kita kembalikan lagi ke mahasiswa, jadi kita siap.
Reporter: Hafidz Irsyad, Suci Amalia | Editor: Azzahra Dhea.