Curangi Plagiarisme Skripsi, Puluhan Mahasiswa Manajemen Kena Sidang Etik

Berita UPN

Alih-alih melakukan teknik parafrase dan sitasi, berbagai modus seperti memasukan simbol, menambah spasi, hingga mengubah warna tulisan menjadi akal bulus mahasiswa Manajemen untuk menurunkan persentase Turnitin.

Penciptaan karya tulis ilmiah berupa skripsi menjadi pilihan kewajiban yang dilakukan mahasiswa semester akhir. Akan tetapi, dalam pengerjaannya masih terdapat kecurangan seperti plagiarisme.

Fenomena plagiarisme skripsi turut terjadi pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ), khususnya pada Program Studi (Prodi) Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). 

Pada kasus ini, beberapa mahasiswa mengakali dengan memasukan simbol-simbol tertentu, mengubah warna tulisan, serta menambah spasi dengan tujuan untuk menurunkan tingkat plagiarisme ketika diperiksa dengan website pengecek plagiasi Turnitin.

Menurut pengakuan Wakil Dekan (Wadek) I Bidang Akademik FEB UPNVJ Muhammad Anwar Fathoni, plagiarisme di FEB pernah beberapa kali ditemukan di semester sebelumnya dengan prodi yang berbeda-beda, tetapi jumlah mahasiswanya tidak sebanyak kali ini, yakni sekitar 46 mahasiswa S1 Manajemen. 

Anwar mengatakan, pihak fakultas mulai curiga ketika mendapati beberapa skripsi mahasiswa yang tingkat plagiasinya sangat rendah ketika pengecekan Turnitin seusai sidang. 

“Curiganya itu karena hasil Turnitin-nya rendah-rendah sekali. Rata-rata di bawah sepuluh (persen), jadi yang di situ kemudian kami juga kerja sama dengan pihak perpustakaan,” ungkapnya pada Rabu, (13/9) saat diwawancarai ASPIRASI di ruangannya.

Pada mulanya, pengecekan Turnitin terjadi dua kali, seusai mahasiswa melakukan seminar proposal (sempro) dan setelah sidang skripsi. Pengecekan Turnitin setelah sidang dilakukan oleh pihak perpustakaan, yang kemudian hasilnya dilaporkan kepada program studi masing-masing. 

Anwar juga menjelaskan, perbedaan hasil persentase pengecekan pertama dan kedua tersebutlah yang menimbulkan faktor kecurigaannya. Anwar mendapati sekitar 40 mahasiswa yang memiliki persentase turnitin di bawah sepuluh persen hingga ada yang di bawah lima persen.

“Sehingga ini menimbulkan tanda tanya sebetulnya, yang awalnya sebelumnya ketika cek pertama itu tinggi-tinggi, 30 di atas 25 lah (dalam persen). Setelah dalam waktu singkat, tahu-tahu hasil ceknya langsung turun drastis,”  jelasnya. 

Senada dengan Anwar, Kepala Program Studi (Kaprodi) Manajemen S1 UPNVJ, Siti Hidayati menerangkan bahwa singkatnya waktu pengerjaan skripsi yang tidak sampai enam bulan kadangkala membuat mahasiswa melakukan kecurangan. Apalagi, untuk mendapatkan pengesahan tanda tangan oleh Dekan fakultas diperlukan bukti Turnitin dengan syarat maksimal persentase skripsi sebesar 25 persen. 

“Nah, akhirnya itu menjadi beban berat buat mereka. Dicobalah misalnya (kecurangan, red) Turnitin, salah satu bentuknya yang paling populer banget itu cheating,” terangnya saat ditemui ASPIRASI di ruangannya pada Kamis, (7/9).

Melihat lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk kecurangan yang dilakukan mahasiswa, Anwar menyebutkan bahwa bentuk kecurangan tersebut bukanlah menggunakan website atau aplikasi penurun persentase di internet, tetapi menambah beberapa karakter ke dalam tulisan.

“Curangnya adalah dengan menambahkan spasi, huruf, simbol-simbol. Bisa simbol tambah, spasi, atau tambah huruf. Kemudian misalkan antara dua kata tambahin huruf di tengah-tengahnya, kemudian hurufnya itu diubah warnanya jadi putih, kan kelihatannya spasi padahal ada huruf di situ,” ungkap Anwar.

Sidang Etik sebagai Tindak Lanjut dari Fakultas 

Melihat adanya tindak kejahatan akademik berupa plagiarisme membuat pihak fakultas meminta prodi mengadakan Sidang Etik sesuai dengan Peraturan Rektor tentang Kode Etik Mahasiswa. 

“Setelah teridentifikasi, ada 40-an mahasiswa tadi melakukan tindak kecurangan itu tadi ya, kemudian kami koordinasi dengan prodi yang awalnya yang mendeteksi, yang melakukan identifikasi adalah prodi,” ungkap Anwar. 

Berdasarkan Peraturan Rektor UPNVJ nomor 02/UN61 tahun 2017, ketentuan pasal 13 ayat (2) dan (3) dijelaskan bahwa dekan bertanggung jawab terhadap penegakan kode etik mahasiswa dan penegakan tersebut dilaksanakan oleh Komisi Disiplin di setiap fakultas. 

Siti Hidayati atau yang kerap disapa Ida tersebut juga menegaskan, dalam memberikan sanksi kepada mahasiswa, perlu adanya rapat komite dari fakultas yang melibatkan banyak pihak, sesuai keputusan rektor. 

“Biasanya ada rapat komite dulu, jadi nanti fakultas tuh membentuk rapat komite mulai dilibatkan ketua senat, sekretaris, terus paling nggak wadek 1 gitu ya, terus nanti ada lagi kajur (kepala jurusan), kaprodi, itu timnya. Terus nanti kita bikin biasanya ada keputusan rektor ya,” ungkapnya.

Menurut pengakuan Anwar, seusai pihak fakultas berkoordinasi dengan prodi, dibentuklah Tim Etik, yang kemudian dilaksanakannya Sidang Etik pada tanggal 28 Juli 2023. 

“Kemudian, setelah sidang Tim Etik dibentuk, kemudian kami sidangkan mereka, kami hadirkan semuanya di ruang 201. Jadi 201 itu adalah saksi bisu, tempat sidangnya mereka sendiri, ini kasus terbesar gitu ya, yang ketahuan,” terang Anwar.

Pelaksanaan Sidang Etik itu, menghasilkan tiga keputusan utama sebagai sanksi. Pertama, mahasiswa perlu memperbaiki skripsinya hingga hasil turnitinnya benar dan tidak terdapat manipulasi lagi. 

Kedua, diwajibkan publikasi skripsi di jurnal nasional terakreditasi. Menurut keterangan Diana Triwardhani, salah satu dosen pembimbing di Prodi Manajemen, sanksi publikasi itu minimal terpublikasi pada jurnal Sinta 5. 

Keputusan ketiga, mahasiswa yang terlibat tidak diperkenankan untuk mengambil Surat Keterangan Lulus (SKL) atau ijazah sebelum publikasi skripsinya terbit. 

“Kenapa kok SKL belum boleh diambil? Karena kami mempersilahkan mereka untuk diikutkan untuk yudisium dulu tapi ini (SKL) nggak boleh diambil sampai kedua hal ini beres tadi, skripsinya beres. Berati kan repository-nya harus beres, sama publikasi,” tegas Anwar. 

Menilik Peraturan Rektor Nomor 03/UN61/2017, plagiarisme merupakan bentuk pelanggaran kategori sedang yang tercantum pada pasal 6 ayat (2). Penjabaran lebih lanjut terdapat pada pasal 9 ayat (2) yang mana penangguhan penyerahan transkrip nilai atau ijazah selama satu semester atau lebih bagi mahasiswa semester akhir merupakan bagian sanksi dari pelanggaran tingkat sedang. 

Lebih lanjut, Ida menjelaskan bahwa prodi tidak berhak memutuskan sepihak terkait sanksi yang dijatuhkan untuk mahasiswa karena seluruh keputusan perlu berpedoman terhadap Peraturan Rektor. 

“Jadi nggak boleh berat sebelah. Jadi kita (prodi) tau permasalahannya apa, mahasiswa tau permasalahannya apa, nanti dibuat kesepakatan, sampai nanti divonis keputusan,” ujarnya.

Sosialisasi Bagi Dosen Pembimbing

Menanggapi semakin beragamnya taktik yang dilakukan mahasiswa untuk mengurangi persentase Turnitin, Prodi Manajemen sendiri telah melakukan sosialisasi kepada para dosen, khususnya pada dosen pembimbing skripsi.

“Sekarang semua dosen tuh udah wajib punya Turnitin di laptopnya masing-masing, dan kita sosialisasikan, simulasikan, ini loh cara tau anak-anak itu cheating tuh seperti ini,” ujar Ida mencontohkan.

Adanya kecolongan terhadap mahasiswa yang melakukan tindakan cheating tersebut, menurut Ida, dikarenakan staf prodi yang bertugas melakukan pengecekan plagiasi skripsi sibuk dengan pekerjaan lain, terlebih lagi jumlah mahasiswa yang mengajukan skripsi sangatlah banyak.

Oleh karena itu, Ida mendorong agar para dosen pembimbing di prodi Manajemen untuk bisa mengidentifikasi celah-celah yang digunakan mahasiswa bimbingannya saat melakukan cheating.

“Kebayang nggak kalau staf prodi suruh benar-benar ngecek satu-satu, itu kayaknya nggak ada waktu gitu kan. Jadi mau nggak mau mahasiswa yang dibimbing sama dosen pembimbing, ya akan dikoreksi Turnitin-nya sama dosen pembimbing,” tutur Ida.

Bukan Kejar Tayang, Skripsi Perlu Fokus Lebih dalam Pengerjaannya

Mahasiswa yang menjalani kehidupan akademik dalam lingkup universitas perlu memiliki moral dan etika dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Pengembangan itu juga perlu didasari kesadaran diri akan kemampuan yang sanggup diemban. 

Ida menjelaskan alasan mahasiswa yang melakukan plagiarisme itu akibat tidak punya waktu luang untuk membenarkan karya tulisnya. Membersamai kegiatan penulisan skripsi dengan magang menjadi salah satu faktor mahasiswa kerap melakukan plagiarisme. 

“Nah akhirnya, ini nih akibat dari kalian itu nggak fokus. Kemudian saat bersamaan skripsi sama magang gitu ya, nah ini kepala nih nggak bisa dipecah jadi dua, bener-bener harus konsentrasi,” ujarnya. 

Senada dengan Ida, Anwar juga menjelaskan ketidakmampuan mahasiswa dalam mengatur waktu dan skala prioritas yang membuatnya berantakan. Pihak fakultas dan prodi sudah memberi peringatan bahwa pengerjaan skripsi diharuskan fokus untuk menyelesaikannya. 

“Fokus untuk tugas akhirnya, jangan yang lain dulu, kecuali anda sudah punya bekal tulisan, olah data misalkan, jadi sedikit ringan. Sehingga nanti kalau mau ikut kegiatan yang lain bisa ngatur waktu,” tukas Anwar.

Diana sebagai dosen pembimbing mengakui bahwa kebanyakan mahasiswa memang terburu-buru mengejar tenggat waktu pengumpulan dan pendaftaran skripsi. Selain itu, kurangnya inisiatif mahasiswa untuk melakukan sitasi pada karya orang lain juga menjadi faktor penyebab. 

Perlu diketahui, sitasi merupakan kegiatan mengkaji berbagai macam pustaka untuk memperoleh informasi terkait topik yang akan dibahas dalam karya tulis. 

“Kebanyakan sebetulnya mereka kurang sitasi gitu ya. Jadi referensi yang digunakan itu tidak dimasukan,” jelas Diana  kepada ASPIRASI pada Sabtu, (16/9) melalui Zoom Meeting. 

Ida pun turut menyayangkan mahasiswa yang tidak menjalankan sitasi dari awal pengerjaan skripsi, sehingga terjadi kepanikan ketika mendekati waktu pengecekan Turnitin.

“Karena nggak pernah dijalanin dari awal seperti itu. Tertib aja sih semuanya, kalau tertib lancar,” ujar Ida menutup. 

Di samping itu, ASPIRASI juga telah mencoba mewawancarai beberapa mahasiswa tingkat akhir S1 Manajemen FEB UPNVJ untuk dimintai keterangan terkait plagiarisme. Namun, hingga tulisan ini diterbitkan, tidak satu pun mahasiswa yang bersedia untuk diwawancarai.

 

Ilustrasi: ASPIRASI/Nabila Adi.

Reporter: Anggita Dwi. | Editor: Daffa Almaas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *