Setu Babakan dan Pelestarian 8 Ikon Betawi
Setu Babakan menjadi salah satu tempat untuk menyelami lebih dalam budaya Betawi, budaya yang menjadi pawang Kota Jakarta.
Aspirasionline.com—Rabu (1/3), ASPIRASI berkesempatan mengunjungi salah satu tempat wisata yang menjadi sentra wisata budaya Betawi, yaitu Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Perkampungan ini terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Daerah yang terbentang seluas 289 hektar ini lebih dikenal orang lokal dengan danaunya, sebut saja Setu atau Setu Babakan, istilah ini akan lebih terdengar familier dibandingkan dengan Perkampungan Budaya Betawi.
Risma Nabella, Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, pun dengan hangat menyambut ASPIRASI dan membagikan ceritanya tentang Setu Babakan.
Berbicara tentang asal muasal dan perjalanan tempat wisata ini hingga sekarang, Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (Bamus Betawi) merupakan pencetus dibangunnya Pusat Perkampungan Budaya Betawi di wilayah Setu Babakan.
“Mereka merancang program kerja, yaitu membangun pusat perkampungan budaya Betawi, awalnya baru rumusan dari organisasi tersebut aja karena mungkin merasa di Jakarta belum ada kampung yang benar-benar budaya Betawi,” ujar perempuan yang kerap disapa Bella tersebut kepada ASPIRASI, Rabu, (1/3).
Tepat tanggal 13 September 1997, usulan dari Bamus Betawi disetujui oleh Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta saat itu, hingga diadakannya festival budaya Betawi yang bertajuk “Sehari di Setu Babakan” bersama dengan Suku Dinas Pariwisata Jakarta Selatan.
Lepas diadakannya acara tersebut, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso, mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur nomor 92 tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Hal-hal yang Bisa Ditemui di Setu Babakan
Bukan hanya melihat danau atau jajan kerak telor saja, banyak hal yang bisa kalian telusuri di kawasan Perkampungan Budaya Betawi ini, mulai dari wisata budaya, sejarah, hingga edukasi.
Kepada ASPIRASI, Bella pun menyempatkan diri untuk mengenalkan delapan ikon budaya Betawi yang bisa dijumpai di Museum Betawi, satu-satunya museum di Indonesia yang menyimpan koleksi-koleksi budaya Betawi.
“Di situ kita ada tiga lantai, di lantai pertama itu di sisi sebelah kanan itu ada delapan ikon budaya Betawi. Ada Gigi Balang, Ondel-ondel, Kembang Kelapa, Baju Sadariah, Kebaya Kerancang, Batik Betawi, Kerak Telor, sama Bir Pletok,” jelas Bella.
Masih di lantai yang sama, terdapat galeri pengantin yang berisi baju adat pengantin Betawi, replika roti buaya, hingga seserahan yang kerap dibawa saat upacara pernikahan. Sementara itu, di lantai kedua lebih memuat koleksi barang-barang yang kerap dipakai dalam kehidupan sehari-hari seperti lemari, meja ataupun sepeda kuno.
Koleksi yang paling unik dari Museum Betawi ini adalah Golok Sirajut, sebuah golok besar yang panjangnya mencapai kurang lebih dua meter. Penjelasan sejarah Golok Sirajut dan barang-barang koleksi lainnya pun dapat dilihat melalui kode respons cepat (kode QR) yang bisa dipindai dan langsung terhubung pada website.
“Terus yang ikonik di Museum Betawi itu kita ada Golok Sirajut, itu golok panjangnya sekitar dua meteran, itu kita dapet hibah dari Museum Sejarah kalo gak salah,” tuturnya.
Masih dalam zona yang sama, kawasan ini juga menyajikan workshop serta penampilan seni tari ataupun teater setiap akhir pekan. Workshop yang tersaji juga beragam seperti belajar membatik, membuat kerak telor ataupun membuat ondel-ondel mini. Jadwal terkait pelaksanaan workshop nantinya dapat dilihat pada laman website serta media sosial pengelola yang dibagikan seminggu sebelum acara dimulai.
Lebih lanjut, Bella juga menegaskan bahwa fasilitas yang diberikan oleh pengelola bisa diakses secara gratis mulai dari tiket masuk, parkir, hingga museum. Sebab menurutnya, pengenalan budaya Betawi di Setu Babakan menjadi hal terpenting saat ini, terlebih Setu Babakan bukanlah badan usaha.
“Kawasan ini dibuat untuk mengembangkan, membina, dan memanfaatkan dan serta melestarikan kebudayaan Betawi. Jadi kita memang mengajak masyarakat untuk edukasi tentang budaya Betawi seperti apa,” tutur wanita itu.
Ragam Rencana Kebaruan Setu Babakan
Melihat perkembangan dari Perkampungan Budaya Betawi yang cukup signifikan dalam pelestarian budaya, Bella mengungkapkan kedepannya akan dibangun sekolah budaya yang akan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan di tahun 2024 pada kawasan ini.
“Nantinya kita akan buat sekolah itu SMK Negeri Budaya, jadi di situ nanti jurusannya musik, tari, dan lain-lain itu akan kita bangun di tahun 2024, rencananya dengan Dinas Pendidikan, itu dengan luas tanah sekitar tiga hektar,” tuturnya.
Tak hanya dari segi pendidikan, pada segi kuliner pihak pengelola juga berencana melakukan penataan para pedagang dengan membangun zona kuliner di tahun 2024.
“Terus kita juga ada namanya Kampung Abdurahman Soleh, itu nanti kita akan buat Sentra Kuliner, jadi semua kuliner-kuliner khas Betawi kita letakkan di situ, itu rencana akan ada di 2024,” jelas Bella.
Tak hanya itu, pihak pengelola juga tengah mempersiapkan kawasan miniatur perkampungan tradisional Betawi yang letaknya ada di pulau tengah danau Setu Babakan. Bella mengungkapkan bahwa tahap pembangunan kawasan tersebut sempat terkendala karena pandemi kemarin dan direncanakan akan direalisasikan pembangunannya di tahun ini.
“Insya Allah sih tahun ini akan kita bangun pagar dan lain-lainnya. Jadi kita mau buka untuk umum itu yang terbaik gitu. Dari segi keamanannya, segi kebersihannya, pengennya tuh udah selesai semua, baru kita buka untuk umum,” ujar Bella.
Terkait dengan penataan kawasan Perkampungan Budaya Betawi, Alena, salah satu pengunjung Setu Babakan yang sempat ditemui ASPIRASI, sedikit mengeluhkan tempat duduk di sekitar danau yang kurang memadai.
“Sarannya sih, lebih banyak tempat buat istirahatnya ya, tempat duduknya. Karena ‘kan kalau misalnya kita duduk di depan warung agak lama juga nggak enak, seenggaknya ada lah di pinggir-pinggir buat duduk santai aja, gitu sih,” ulasnya kepada ASPIRASI, Rabu, (1/3).
Foto: Teuku Farrel.
Reporter: Teuku Farrel.| Editor: Daffa Almaas.