Kebijakan UPNVJ Masuk Kuliah Pukul 7.10 Menuai Pro Kontra

Berita UPN

Kebijakan masuk perkuliahan jam 7.10 WIB yang diterapkan di UPNVJ menuai berbagai respons, kebijakan tersebut dianggap berdampak kepada jam tidur hingga penerimaan mahasiswa terhadap materi yang diberikan.

 

Aspirasionline.com – Kebijakan baru terkait jam kuliah di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) menuai pro kontra, khususnya di kalangan mahasiswa. Kebijakan tersebut mengatur bahwa perkuliahan dimulai pukul 7.10 WIB.

Wakil Rektor (Warek) I Bidang Akademik UPNVJ Dudy Heryadi bersama para pimpinan fakultas memutuskan kebijakan tersebut atas beberapa pertimbangan. Salah satunya adalah perkiraan waktu mulai perkuliahan.

“Waktu itu di rapat-rapat dibicarakan bahwa (jam) setengah delapan itu waktu nanggung, waktu jalan lagi macet-macetnya. Jadi banyak mahasiswa yang terlambat karena macet. Nah mudah-mudahan kalau dimulai lebih pagi agak lebih lenggang lalu lintasnya,” ujar Dudy kepada ASPIRASI saat diwawancarai pada Rabu, (3/5).

Pihaknya berharap dengan adanya kebijakan perkuliahan pukul 7.10 WIB, waktu kuliah dapat berakhir lebih awal sehingga memiliki waktu istirahat yang lebih banyak. 

Selain itu, kurangnya ruang kelas juga menjadi alasan kebijakan tersebut direalisasikan. Sebab, Dudy menyebut, jumlah mahasiswa setiap tahunnya terus bertambah, terutama saat pandemi Covid-19.

“Hampir tiga tahun sebetulnya kita enggak masuk kelas, hampir ya, dua tahun setengah mungkin. Jadi enggak kerasa kita (kalau kekurangan ruang kelas), kan mahasiswa sering nambah-nambah gitu,” ungkapnya.

Sebelumnya, berdasarkan penuturan Dudy, pihak kampus juga sudah berencana untuk membangun ruang kelas selama pandemi Covid-19. Namun, pihaknya menemukan banyak kendala selama perencanaan pembangunan.

“Ada masalah uangnya, ada masalah apanya gitu. Jadi tidak secepat pertambahan mahasiswa,” tambahnya.

Kebijakan Masuk Jam 7.10 WIB Dinilai Tidak Efektif

Para mahasiswa yang kontra terhadap kebijakan tersebut mengungkapkan beberapa alasan yang berkaitan dengan kesejahteraan pribadi mereka. Beberapa dari mereka pun berpendapat bahwa jam perkuliahan pagi tersebut kurang efektif untuk diterapkan.

“Rumahku jauh banget, itu sekitar 25 kilometer dari rumah ke UPN. Jadi kalau misalkan dari rumah tuh harus berangkat pagi-pagi banget. Menghindari macet juga,” ujar Selma, mahasiswi Fakultas Hukum (FH) UPNVJ tahun angkatan 2022, saat diwawancarai ASPIRASI pada Sabtu, (15/4).

Selma lantas berharap, kampus hijau yang dijadikannya tempat menimba ilmu tersebut mengubah kebijakan jam mulai perkuliahan pada pukul 08.00 WIB saja, yang dinilainya lebih efektif untuk memulai perkuliahan.

“Mengingat kayak semua orang kan enggak rumahnya deket dengan UPN,” tuturnya.

Hal yang sama juga diungkap oleh mahasiswi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UPNVJ tahun angkatan 2021 Aliza Rachma Aulia. Ia mengatakan, selain banyak mahasiswa yang harus menempuh jarak yang jauh menuju kampus, tuntutan menyelesaikan tugas saat malam hari dan berujung mengurangi jam tidurnya juga menjadi persoalan.

“Jadi kita enggak fokus belajar juga,  enggak  nangkep pelajaran yang dikasih dosen,” kata Aliza saat dihubungi ASPIRASI pada Jumat, (14/4).

Di lain sisi, Zaky Taqillah yang merupakah mahasiswa Fakultas Teknik (FT) UPNVJ tahun angkatan 2022, justru merasa kebijakan ini cukup menguntungkan dirinya.

“Saya setuju-setuju saja, karena malamnya saya belum tidur biasanya langsung dibablasin aja, jadi setelah kuliah langsung tidur tuh enak menurut saya gitu,” ujarnya kepada ASPIRASI pada Sabtu, (15/4).

Namun, kekecewaan justru menghampiri mahasiswi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPNVJ tahun angkatan 2020 Devina. Sebagai mahasiswi yang terbiasa tepat waktu, Devina bahkan sudah berangkat sejak pukul 05.30 WIB dari rumahnya dan tiba di kampus sekitar pukul 07.00 WIB.

Akan tetapi, dosen yang seharusnya juga datang tepat waktu seringkali terlambat masuk kelas. Ia mengatakan, biasanya kelas baru dimulai pada pukul 07.30 WIB atau bahkan lebih.

“Kalau berdasarkan dengan realitanya juga walaupun ditentukan masuk jam 7.10 itu enggak berlaku karena dosen ada yang masuk (jam) setengah 8, masuk jam 8, atau lebih bahkan,” keluhnya kepada ASPIRASI pada Jumat, (14/4).

Menurutnya, kebijakan tersebut perlu diimplementasikan dengan tegas untuk semua kalangan baik untuk mahasiswa maupun dosen. Sebab, apabila masih ada mahasiswa atau dosen yang terlambat, justru perkuliahan dianggapnya tidak efektif.

“Apalagi kan itu pagi, belum lagi kalau hujan terus macet. Jadi kan pasti bakalan kurang efektif sih, mendingan disesuaiin aja berdasarkan ditimbang dari kelebihan dan kekurangan kebijakan tersebut,” tuturnya.

Masuk Lebih Pagi, Dosen UPNVJ Sebut Jumlah Kehadiran Mahasiswa Menurun

Dosen Hubungan Internasional (HI) FISIP UPNVJ Muhammad Kamil menyampaikan bahwa jam masuk pukul 7.10 WIB cukup berpengaruh terhadap kehadiran mahasiswa. Menurut hasil observasinya saat mengajar di kelas, jumlah kehadiran mahasiswa di perkuliahan pagi lebih rendah 10 hingga 15 persen.

“Tapi yang saya lihat dan saya observasi sih, memang jumlah attendance-nya 10 sampai 15 persen lebih rendah daripada biasanya,” kata Kamil saat diwawancarai ASPIRASI pada Jumat, (28/4).

Sebelum memulai kelas, Kamil juga seringkali bertanya kepada mahasiswanya apakah mereka sudah sarapan sebelum berangkat kuliah. Namun, kebanyakan dari mahasiswanya memang belum sarapan padahal kebanyakan mahasiswanya harus menempuh jarak yang jauh menuju kampus UPNVJ.

“Jadi saat saya mulai kelas jam 7.10 itu ternyata hampir 90 persen (mahasiswa di kelas) tidak makan, tidak sarapan. Sedangkan 90 persen dari kelas pun ada kegiatan perkuliahan setelah ini,” ungkapnya.

Kepada ASPIRASI, ia menyebutkan hasil penelitian dari jurnal yang sempat ia baca, yakni Nature Human Behaviour Journal dan jurnal dari University of Washington yang menyebut bahwa kegiatan belajar dan mengajar yang terlalu pagi justru cenderung memperburuk performa akademik.

“Kelas pagi di universitas itu sangat diasosiasikan dengan kurangnya jam tidur yang bisa mengakibatkan pada performa akademik,” ujarnya mengacu pada jurnal tersebut.

Namun, sebagai dosen, Kamil mengaku tuntutan harus berangkat dan mengajar lebih pagi tersebut tidak bermasalah baginya. 

Ia turut menambahkan solusi untuk meringankan beban mahasiswa yang harus berangkat lebih pagi, yakni dengan menggunakan otonomi sebagai dosen dengan sebaik mungkin.

“Jadi opsinya kita selesai lebih awal sehingga mereka punya waktu untuk istirahat, untuk makan siang, atau sekedar untuk ambil nafas, ya. Atau mereka bisa ambil makan dan dibawa ke kelas,” ujarnya menerangkan.

Di sisi lain, salah satu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UPNVJ Anugerah Karta Monika, juga merasa tidak keberatan dengan adanya jam perkuliahan pagi tersebut. Namun, ia merasa kebijakan tersebut ditakutkan memberatkan mahasiswa.

Menurutnya, banyak sekali mahasiswa UPNVJ yang harus menempuh jarak yang jauh untuk sampai ke kampus. Belum lagi, jika ada hujan di pagi hari yang akan membuat jalanan lebih macet.

“Kombinasi yang baik untuk terlambat, sebetulnya gitu,” ujar Anugerah kepada ASPIRASI pada Senin, (17/4).

Menurutnya, diperlukan pengaturan waktu yang baik dari mahasiswa dan dosen agar bisa hadir tepat waktu di kelas. Hal itu demi mengoptimalkan pembelajaran selama kuliah berlangsung.

“Tapi kalau untuk masalah penyampaian di waktu tersebut memang yang paling efektif, maksudnya kita masih fresh,” ungkapnya.

Dudy Heryadi: Selama Masih Kekurangan Kelas, Ya Terpaksa Dilanjutkan

Menanggapi kendala-kendala yang terjadi akibat dari diterapkannya perkuliahan pagi, Dudy memberikan saran kepada mahasiswa yang terkendala untuk menghindari memilih kelas pagi. Apabila tidak mendapatkan kelas siang, Dudy kemudian menyarankan agar mahasiswa meminta pergeseran kelas.

“Saya pikir itu kan tinggal dibicarakan saja dengan Kaprodi kalau memang betul-betul mendesak,” ujarnya menyarankan.

Terkait keterlambatan dosen yang dikeluhkan mahasiswa, Dudy menyarankan untuk mengisi Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa (EDOM) sebagai langkah awal evaluasi. Menurut penuturannya, hasil dari EDOM tersebut akan didiskusikan bersama dengan para pimpinan fakultas.

Ketika ditanya mengenai apakah kebijakan masuk jam 7.10 akan diterapkan pada semester berikutnya, Dudy menyatakan bahwasannya kebijakan tersebut nantinya akan memperhatikan situasi yang sedang terjadi.

“Selama mahasiswa masih kekurangan (ruang kelas), ya, terpaksa. Tapi nanti kalo misalnya ternyata sudah memadai insya Allah kita mungkin coba kembali ke (jam) setengah delapan,” tutupnya.

 

Ilustrasi: Anita Ambarwati.

Reporter: Anita Ambarwati, Rara Siti. | Editor: Tiara Ramadanti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *