Gabe dan Hafidz: Kami Akan Mengedepankan Asas Kolaborasi

Eksklusif

Aspirasionline.com – Pemilihan Raya (Pemira) 2022 yang kini sedang berlangsung di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) memperkenalkan dua kandidat Pasangan Calon (Paslon) ketua dan wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UPNVJ. Salah satunya paslon nomor urut dua, Gabe Maulana dan Hafidz Irsyad. 

Saat ini, paslon ketua dan wakil ketua BEM UPNVJ nomor urut dua tersebut sedang melakukan kampanye secara luring untuk memperkenalkan program kerja, serta menjelaskan berbagai langkah dan rencana yang dirancang untuk diimplementasikan di UPNVJ selama satu tahun ke depan jika terpilih.

Melalui wawancara yang dilakukan secara langsung oleh Reporter ASPIRASI pada Rabu, (23/11), Gabe Maulana dan Hafidz Irsyad menjelaskan mengenai proker dan komitmen terhadap rencana yang akan dijalankan jika menjadi kandidat terpilih.

Apa yang menjadi alasan kalian maju menjadi paslon dalam Pemira tahun ini?

Rasa cinta yang kita miliki terhadap UPNVJ membuat kita memiliki tujuan dan cita-cita tersendiri untuk membesarkan nama kampus dan memiliki kontribusi lebih untuk Keluarga Mahasiswa (KEMA) UPNVJ.

Apa yang menjadi program kerja unggulan dari kalian saat ini?

Program kerja unggulan yang kami tawarkan kepada KEMA UPNVJ yang pertama adalah Sekolah Gerakan (SEGERA) UPNVJ. Program SEGERA UPNVJ ini adalah program pelatihan dan pemberdayaan KEMA di bidang kepemimpinan, organisasi, dan sosial politik. Selanjutnya, ada Naraya Arts and Culture, yaitu program kerja yang berfokus pada pertunjukkan bagi KEMA dalam memperlihatkan bakat dan minat di bidang akademik maupun non akademik. 

Selanjutnya ada Rembuk Aspirasi (REPARASI) KEMA, dimana kita ingin menyediakan forum advokasi dan aspirasi bagi KEMA. Kata rembuk sendiri menunjukkan bahwa forum ini kedepannya akan menggunakan komunikasi dua arah antara pihak kampus dan mahasiswa. Lalu ada Sosmas 112 yang berfokus pada kegiatan-kegiatan aksi nyata untuk memberikan manfaat bagi KEMA, keluarga besar, dan masyarakat sekitar UPNVJ, serta masyarakat umum.

Selain itu, kita juga punya beberapa program kerja lanjutan dari periode sebelumnya, seperti Belfest 2.0 yang akan hadir dengan konsep lebih ceria dan out of the box dan UPCOME 2.0 yang berfokus pada perlombaan business plan dan pembinaan serta pelatihan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan KEMA UPNVJ.

Bagaimana langkah kalian dalam menciptakan ruang aman dari kekerasan seksual di kampus dan bagaimana cara kalian berkolaborasi dengan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS)?

Kami rencananya ingin membuat booklet, yaitu suatu buku panduan yang berisi Standar Operasional Prosedur (SOP) bagaimana cara KEMA menindaklanjuti kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus. Kita juga punya call center yang didirikan BEM sebagai pusat pengaduan. Jadi, nanti kita bisa berkolaborasi dengan BEM, berkolaborasi dengan satgas PPKS di kampus, dan kita juga punya SOP yang bisa digunakan untuk seluruh fakultas dan jurusan.

Bagaimana komitmen kalian terkait permasalahan Uang Kuliah Tunggal (UKT)?

Kami sangat menyayangkan jika kampus tidak bisa melakukan advokasi terkait UKT, terutama BEM. Karena kalau dilihat rasio antara penerimaan mahasiswa baru dan tingkat kelulusannya, itu memang harus seimbang kan, dimana ketika ada mahasiswa yang tidak mampu membayar UKT dan terpaksa putus kuliah, itu kan gak etis dan hal tersebut merusak citra serta akreditasi kampus. Menurutku, adanya BEM kampus harus mampu melakukan advokasi, jadi nanti kita akan selaraskan informasi yang ada di fakultas dan jurusan. Kita buat forum di KEMA terlebih dahulu, lalu Organisasi Mahasiswa (Ormawa) kita kumpulkan untuk kami selaraskan informasi dan audiensi bersama-sama.

Bagaimana langkah anda untuk merangkul dan membersamai teman-teman yang ada di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)?

Ini yang menjadi dasar semangat yang akan dibawa di kabinet kami nanti. Jadi, kabinet Duta Naraya ini memang mengedepankan asas kolaborasi, yaitu pelibatan UKM bagi program kerja. Dimana pelibatan tersebut bisa melalui kita secara bersama-sama; merembukkan konsep, memberikan sumber daya manusia, atau menjalankan suatu event. Jadi, kita akan memanfaatkan keterlibatan dari UKM-UKM. Kita juga punya salah satu program kerja baru yang berkaitan konteksnya dengan PORSIMNAS di tahun ini. Kalo tahun depan gak ada (PORSIMNAS, red.), kita punya penggantinya, yaitu piala rektor. Dan di sinilah kita akan melibatkan UKM-UKM secara maksimal, mulai dari pembahasan konsep, cabang perlombaan, dan lainnya. 

Bagaimana pandangan anda melihat adanya ketimpangan antara Kampus Limo dan Kampus Pondok Labu dan apa solusi yang anda miliki?

Ketika kita diamanahkan sebagai calon ketua dan wakil ketua, KEMA banyak berharap mengenai pemerataan sarana dan prasarana serta fasilitas umum (antara Kampus Limo dan Kampus Pondok Labu, red.). Kita gak bisa langsung memberikan kantin atau lapangan, tapi kita bisa menjanjikan bahwa secara bersama-sama kita bisa selaraskan lagi informasi dan satukan tuntutan (terkait hal tersebut, red.). Mengingat kita juga memiliki rektor baru yang memang menjanjikan adanya pemerataan antara Kampus Limo dan Kampus Pondok Labu, hal itu yang akan kita tekankan kedepannya. Jadi, yang bisa kita tekankan dan lakukan bersama-sama yaitu melakukan advokasi dan audiensi dimana pastinya apa yang menjadi tuntutan KEMA akan selalu kita kedepankan. 

Bagaimana cara anda meningkatkan budaya kritis dan membangun antusiasme di KEMA?

Sebenernya kalo untuk menciptakan budaya kritis itu kembali lagi ke lingkungan teman-teman KEMA itu sendiri. Yang kita pahami adalah untuk menciptakan budaya kritis, kita harus aware dulu dengan hal-hal yang ada di sekitar kita dan memiliki budaya berpikir secara kritis ketika kita ingin mengetahui suatu hal. Jadi, harus ada pemicunya terlebih dahulu yang menciptakan adanya keinginan dan dorongan untuk mengetahui sesuatu secara lebih lanjut. Dengan hal itu, kita bisa menciptakan budaya kritis yang lebih maju di KEMA. 

Bagaimana strategi anda menyatukan dan membangun pergerakan antar mahasiswa?

Kalo untuk pergerakan mahasiswa di kampus sudah punya fondasi yang cukup kuat, cuma memang masih ada beberapa hal yang harus diselaraskan. Oleh karena itu, kita harus melakukan penyelarasan konsolidasi. Jadi ketika mau ada aksi atau konsolidasi, semua fakultas dan jurusan harus hadir dan punya perwakilannya masing-masing. Hal itu dilakukan agar ada pemerataan informasi. Hal lainnya yang harus dikomunikasikan juga terkait penyesuaian jadwal dan waktu masing-masing fakultas (ketika aksi atau konsolidasi, red.). 

Bagaimana anda meyakinkan KEMA bahwa anda adalah paslon yang tepat untuk dipilih?

Kami sama-sama dari BEM periode tahun ini, jadi kami mengetahui betul apa saja hal yang menjadi tugas-tugas untuk dikerjakan di periode selanjutnya. Kita juga sempat melakukan jelajah fakultas dan sering bertemu dengan orang-orang di Kampus Limo dan Kampus Pondok Labu yang memiliki keresahan berbeda-beda. Melalui hal itu, kami mengetahui keresahan-keresahan tersebut dan bagaimana solusinya. Jadi kita sudah tahu apa tugas pokok dan fungsi pertama yang prioritas untuk dikerjakan karena kita sudah memiliki pemetaan masalah beserta solusinya. Tinggal melakukan implementasinya. 

Reporter: Yosahera Komalasari. | Editor: Miska Ithra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *