Herd mentality, sebuah fenomena psikologis individu yang cenderung mengikuti pendapat orang lain. Tak hanya menimbulkan tekanan, herd mentality juga memengaruhi kualitas keputusan individu.
Aspirasionline.com – Herd mentality merupakan fenomena tentang bagaimana peran kelompok memengaruhi pilihan individu dalam pengambilan keputusan sehari-hari.
Fenomena herd mentality berkaitan dengan perilaku seseorang dalam memproses informasi melalui otak dengan prinsip less effort atau less energy, yaitu kecenderungan menyukai hal yang lebih praktis.
Dosen Program Studi Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Aldila Dyas Nurfitri mengungkapkan, prinsip tersebut menyebabkan individu mencari dukungan informasi dari kelompok dengan pendapat serupa, atau disebut sebagai bias konfirmasi.
“Jadi, kita kan secara dasar manusia itu akan mencari hal-hal yang sifatnya mendukung apa yang kita yakini, mendukung apa yang kita cenderungi, gitu ya. Nah, ini yang disebut sebagai bias konfirmasi,” jelas Aldila kepada ASPIRASI melalui Zoom Meeting pada Sabtu, (22/3).
Di sisi lain, herd mentality juga memiliki ciri konformitas atau penerimaan secara tidak sadar terhadap keputusan kelompok tanpa melakukan perilaku kritis terlebih dahulu.
Kendati demikian, konformitas bisa menjadi positif pada kelompok-kelompok tertentu yang dapat berjalan lebih produktif apabila anggota masing-masing memiliki keputusan beragam.
“Ini akan jauh lebih efektif dan efisien, pada kelompok-kelompok yang memang masing-masing individu anggotanya mereka punya prioritas-prioritas yang lain,” imbuh Aldila.
Tendensi Negatif Herd Mentality terhadap Keputusan Individu dalam Kelompok
Fenomena herd mentality sering kali dipandang mempunyai tendensi yang buruk karena membuat individu terkesan hanya mengikuti keputusan orang lain.
Dalam sebuah kelompok, para anggota cenderung menyetujui keputusan yang telah dibuat ketua kelompoknya. Hal ini menunjukan dampak negatif herd mentality dalam penyampaian aspirasi yang minim.
Kondisi tersebut dapat terjadi disebabkan herd mentality turut melahirkan fenomena group think, yaitu kurangnya peran anggota ketika seorang pemimpin dianggap sudah mewakili pemikiran suatu kelompok.
“Group think biasanya muncul pada kelompok-kelompok yang punya leader karismatik. Jadi, apa pun yang dikatakan oleh pimpinannya itu terasa sudah mewakili bagaimana cara berpikir grup secara keseluruhan,” ujar Aldila.
Menurut Aldila, herd mentality akan memberikan tekanan terhadap individu yang menjadi anggota kelompok ketika ada sesuatu yang tidak disetujui, sebab ketidaksetujuan terhadap suatu hal yang diputuskan secara mayoritas dipandang sebagai sesuatu yang minor.
“Risiko dari herd mentality ini adalah menekan value yang diinternalisasi oleh individu atau anggota di dalam sebuah kelompok itu ketika ada sesuatu yang tidak disetujui,” tekan Aldila.
Pentingnya Mengkritisi Herd Mentality yang Memengaruhi Keputusan Indvidu
Herd mentality menggambarkan afiliasi yang mereka ikuti sebab herd mentality berperan terhadap individu dalam berpikir dan berperilaku.
Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk tetap melakukan cross check terhadap informasi yang diperoleh dan mencari sumber rujukan lain serta melibatkan orang dari luar kelompok.
“Jadi, jangan pernah menutup kemungkinan-kemungkinan kita mencari informasi pendukung dari apa yang kita yakini dari sebuah kelompok sosial yang kita ikuti itu dengan membuka peluang melibatkan peran dari orang-orang di luar kelompok kita,” ujarnya.
Kendati kemudian, Aldila juga menambahkan bahwa penting untuk individu merasa percaya diri dengan keberagaman pendapat yang dimiliki.
“Akan tetapi, jangan pernah takut untuk merasa berbeda di dalam kelompok sosial kita, jangan merasa takut untuk berbeda dari kawan-kawan kita, karena sebetulnya berbeda itu bukan sesuatu yang berdosa, bukan sesuatu yang tabu, namun berbeda itu adalah sesuatu yang sesungguhnya membuat kaya dari kehidupan sosial kita,” tukas Aldila.
Ilustrasi: Reisha
Reporter: Reisha Febriliana, Mg. | Editor: Ummu Hanni