Potret Hidup Buruh dan Wanita Yang Tertindas Industri
Judul: Cart
Sutradara: Boo Ji Young
Produser: Jamie Shim
Penulis: Kim Kyung Chan
Produksi: Myung Films
Distributor: Little Big Pictures
Tahun: 2014
Durasi: 110 menit
Bahasa: Korea
Korea Selatan merupakan salah satu negara yang hasil-hasil karyanya mulai dilirik oleh masyarakat dunia saat ini. Salah satunya yaitu industri perfilmannya. Pada 2014, salah satu sutradara wanita asal Korea Selatan berhasil menggarap sebuah film yang diputar di Toronto International Film Festival dengan judul Cart.
Sutradara wanita kelahiran 16 September 1971 itu bernama Boo Ji Young. Hasil karyanya yang pertama adalah Sisters on The Road yang dirilis pada tahun 2008. Film tersebut menceritakan bagaimana pemikiran serta peran kewanitaan dalam masyarakat Korea Selatan yang modern.
Boo Ji Young sendiri memiliki ketertarikan terhadap isu wanita dan buruh di Korea Selatan. Atas film Cart yang berhasil ia buat, namanya menjadi lebih terangkat dikancah industri perfilman. Film yang diambil berdasarkan kisah nyata ini berhasil mendapatkan beberapa penghargaan seperti, Penghargaan Film Asia untuk Pendatang Baru Terbaik kepada Do Kyung Soo (2015), Penghargaan Seni Baeksang untuk Kategori Film: Aktris Pendukung Terbaik kepada Moon Jeong Hee (2015) dan beberapa penghargaan lainnya. Dari film ini cukup banyak menjelaskan bagaimana kondisi wanita ataupun pekerja yang tidak menduduki posisi tinggi di perusahaan dapat diperlakukan tidak adil ketika ingin mendapatkan hak mereka.
Ketidakadilan bagi Pekerja
Film ini memperlihatkan dengan jelas bagaimana para karyawan harus menghormati dan memperlakukan pembeli dengan sebaik-baiknya. Meskipun pada kenyataannya ada pembeli yang bersikap tidak benar dan tidak ingin disalahkan, mereka akan dengan mudah untuk tetap menyalahkan karyawan. Pihak perusahaan tentu lebih mementingkan pembeli dibandingkan dengan karyawan. Padahal, jika memang keterangan dari pembeli itu salah maka tidak perlu dibenarkan dengan mengorbankan nasib karyawan sendiri.
Konflik disini pun dimulai ketika terjadi pemberitahuan bahwa pihak perusahaan akan memberhentikan karyawan dengan alasan tidak logis dimata para pekerja. Ditambah lagi dengan lama kontrak kerja dan bagaimana kehidupan mereka setelah pemberhentian secara sepihak ini tidak diperhatikan. Disini jelas sekali mulai ada keresahan para pekerja wanita yang melatarbelakangi pembuatan serikat untuk memperjuangkan hak-hak mereka.
Perjuangan untuk Mendapatkan Hak Pribadi
Serikat pekerja tidak tetap itu pun akhirnya memutuskan untuk melakukan aksi mogok kerja. Dengan pakaian serba pink yang dikenakan dalam adegan di film ini, jelas terlihat kekompakan dari para pekerja untuk memperjuangkan hak mereka kembali agar tetap bekerja sesuai dengan kontrak kerja mereka.
Aksi ini dimulai karena pihak perusahaan sendiri tidak menunjukan sikap yang baik untuk sekadar mendengarkan aspirasi dari para pekerja. Disayangkan disini adalah ketika perusahaan mengirim pihak keamanan untuk mengatasi aksi mereka ini dan menggunakan tindakan ‘keras’ pada akhirnya.
Disisi lain tidak hanya mereka saja tetapi ada pihak lain seperti, beberapa pekerja tetap yang juga membuat serikat dan beberapa masyarakat yang ikut untuk memperjuangkan hak mereka. Meski pun begitu, pada awalnya tidak ada rasa kepercayaan terhadap serikat pekerja tetap ini karena dirasakan hanya ingin mendapatkan keuntungan pribadi saja bukan untuk kepentingan bersama. Namun Dong Joon, dengan sikap kepedulian dan kesungguhannya dapat meluluhkan para pekerja wanita ini.
Tidak Hanya Pekerjaan, Melainkan Keluarga
Ternyata ketika para pekerja wanita ini memperjuangkan haknya, disisi lain ada pihak keluarga yang membutuhkan kehadiran mereka. Ada hal yang semakin tidak beraturan dan terbengkalai ketika mereka tidak bisa hadir dalam lingkungan keluarganya sehingga menimbulkan masalah-masalah lainnya. Hal ini tentu menciptakan dilema tersendiri bagi mereka yang melakukan aksinya, apakah bertahan untuk memperjuangkan haknya atau mencari jalan aman agar tetap bisa menjaga keluarganya?
Penggambaran yang menarik ketika seorang remaja bernama Tae Young, berusaha agar tetap bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari ketika Ibunya, Sun Hee, tidak pulang karena harus memperjuangkan haknya agar tetap bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Anak yang cukup pendiam dan tertutup ini pun akhirnya lebih memilih untuk tidak menceritakan masalah yang ia dapatkan dibandingkan harus menceritakannya kepada Ibunya.
Padahal komunikasi sangat diperlukan bagi orangtua dan anak agar setidaknya dapat mencegah masalah-masalah yang akan berakibat buruk bagi si anak.
Pengemasan akhir cerita dengan adegan pemeran utama yang berusaha untuk kembali menduduki posisi mereka di perusahaan sangat menjelaskan bahwa perjuangan mereka ini membutuhkan waktu yang lama. Meski pun begitu, tidak ada hasil pasti yang didapatkan oleh mereka setelah apa yang mereka lewatkan.
Secara keseluruhan, dalam film ini ada beberapa adegan yang tidak dijelaskan secara rinci dan adapula yang berakhir menggantung. Namun hal itu tidak mengurangi nilai-nilai yang bisa diambil dari film ini.
Penulis: Naafi Sekar Arum