Pembatasan Peserta dan Pengamanan Ketat Mengiringi Jalannya Debat Pemira di Kampus Limo

Berita UPN

Debat kali ini melibatkan surat pertimbangan kepada wakil rektor yang salah satunya berupa surat pernyataan dari paslon untuk tidak memobilisasi massa. Hal ini membuat debat kedua dikhususkan untuk KEMA di Limo.

Aspirasionline.com – Gelaran kontestasi pada pesta demokrasi bagi mahasiswa Universitas Pembangunan Veteran Jakarta (UPNVJ) kembali dilaksanakan. Perhelatan debat kali ini dilakukan di ruang auditorium Tanah Airku, Kampus Limo yang menjadi bagian dari rangkaian acara debat.

Debat terbuka tersebut dimulai pukul 14.00 WIB dan registrasi penonton debat dimulai semenjak pukul 13.00 WIB. Kendati demikian, kedua pasangan calon (paslon) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UPNVJ sudah hadir lebih awal.

Paslon nomor urut 2 yaitu Gabe Maulana dan M. Hafidz Irsyad memasuki ruangan debat pada pukul 13.31 WIB. Yang kemudian disusul kedatangan paslon no urut 1 yaitu Rifqi Adyatma serta Ahmad Faris Izzudin dua menit kemudian.

Acara ini dibuka oleh Master of Ceremony (MC) pada pukul 14.01 WIB dan diawali oleh sambutan dari Ketua Panitia Pelaksana Pemira, Nur Zahra Maghriba Putri.

“Selamat menyaksikan dan memahami, untuk menjadikan acara ini sebagai referensi anda untuk memilih pemimpin yang layak dan berintegritas” ujar Zahra dalam sambutannya.

Integritas, Sikap Politik, dan Komitmen Paslon

Pada sesi debat, masing-masing Pasangan Calon (paslon) diberikan kesempatan untuk bertanya sebanyak tiga kali. Dan juga saling memberikan tanggapan atas pertanyaan dan jawaban yang diberikan oleh masing-masing kandidat secara bergantian.

Kala itu, paslon nomor urut satu menanyakan perihal integritas paslon dua apabila terpilih. Hal tersebut terkait dnegan isu mengenai surat cuti yang dikeluarkan oleh BEM Universitas yang diduga melibatkan pihak luar.

“Sempat beredar isu, yang semoga saja isu nya juga tidak benar, bahwasannya memang ada keterlibatan pihak eksternal yang menuntut untuk diterbitkannya surat cuti, makanya kami mempertanyakan integritas” ujar Rifqi.

Menanggapi hal tersebut, paslon dua menepis isu tersebut dan mempersilahkan paslon satu dan Keluarga Mahasiswa (KEMA) untuk mengklarifikasi kepada pihak-pihak yang mengeluarkan surat cuti mereka.

Kesempatan bertanya juga diberikan kepada perwakilan Organisasi Mahasiswa (Ormawa). Fauzan Ahmat, perwakilan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) menanyakan sikap politik kedua paslon terhadap persoalan yang menimpa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Girigahana dan Resimen Mahasiswa (Menwa)

“(Girigahana, red.) kasus yang dilakukan oleh perseorangan, bukan menjadi kasus dari satu UKM, jadi itu tidak bisa disamakan, ” ujar Rifqi mengenai persoalan tersebut.

“Komitmen kami jelas, untuk Girigahana kita akan perjuangkan,” ucap Hafidz dalam menjawab pertanyaan serupa.

Kemudian terkait Menwa, kedua paslon dengan tegas menyatakan sikapnya yang menolak adanya keberadaan menwa di lingkup kampus.

Pertanyaan selanjutnya yang di lontarkan oleh salah satu perwakilan KEMA mengenai jaminan ruang aman di kampus. Serta bagaimana sikap kedua paslon apabila dirinya sendiri yang menjadi pelaku pelecehan maupun kekerasan seksual.

“Kami harusnya merasa malu jika nanti ke depannya internal kami atau kami sendiri yang melakukan kekerasan seksual, kami siap menjatuhkan hukuman,” tegas Rifqi dalam jawabannya.

Kemudian, paslon nomor urut dua juga menegaskan komitmennya yang siap mengundurkan diri jika memang terbukti menjadi pelaku kekerasan seksual. “Kami akan mengundurkan diri dan kami siap dengan segala konsekuensi yang ada,” jawab Gabe.

Perhelatan Debat Yang Berbeda

Debat kali ini memang sedikit berbeda dari sebelumnya, Zahra mengatakan bahwa persiapan yang dilakukan berbeda. Hal ini karena pada debat sebelumnya terjadi kerusuhan yang sempat membuat pelaksanaan debat kedua hampir tidak diperbolehkan untuk dilakukan secara offline.

“Itu dikhususkan ya, jadi kalau nanti bangku kosongnya masih ada itu dibolehkan dari KEMA (Keluarga Mahasiswa, red.) Ponlab (Pondok Labu, red.)” tambah Zahra.

Debat kedua kali ini dikhususkan untuk KEMA di Limo dengan melibatkan surat pertimbangan dari wakil rektor, salah satunya berupa surat pernyataan dari paslon untuk tidak memobilisasi massa. Panitia juga memperketat keamanan bekerjasama dengan pihak keamanan, melakukan checking, serta penahanan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM).

“Kita (Panitia, red.) itu di sarankan di tempat kedua (Kampus Limo, red.) ini di adakan secara online karena sempat ada masalah kemarin,” jelas mahasiswi Fakultas Hukum tersebut.

Upaya pencegahan dan antisipasi yang telah dilakukan oleh panitia pelaksana membuat pelaksanaan debat kedua ini secara keseluruhan berjalan dengan lancar.

Perhelatan debat terbuka kemudian ditutup dengan pemaparan visi misi oleh masing-masing kandidat dan diakhiri dengan closing statement masing-masing kandidat.

Reporter : Natasya, Mg. & Alfin, Mg. | Editor : Fitrya Anugrah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *