Polemik Pelaksanaan PKKMB 2019

Berita UPN

Banyak perubahan terjadi dalam PKKMB 2019. Mulai dari tempat hingga adanya Pelatihan Baris Berbaris (PBB) dalam pelaksanaan PKKMB.

Pelaksanaan PKKMB kali ini mengusung konsep yang berbeda dengan sebelumnya. Jika sejak 2015 PKKMB selalu dilaksanakan di Kampus UPNVJ Pondok Labu, di tahun ini PKKMB dilaksanakan di Balai Prajurit Marinir, Cilandak.

Kegiatan PKKMB berlangsung selama 5 hari, mulai dari tanggal 12 sampai 16 Agustus. Untuk PKKMB tingkat universitas dilaksanakan pada tanggal 12 sampai 14 Agustus, sedangkan untuk tingkat fakultas dilaksanakan pada 15 dan 16 Agustus di Fakultas masing-masing.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Halim Mahfudz mengungkapkan alasan perubahan tempat PKKMB di tahun ini dikarenakan jumlah mahasiswa baru mencapai 3.200 orang. Jumlah tersebut naik 345 mahasiswa dibandingkan tahun sebelumnya.

Kenaikan jumlah tersebut menurutnya menjadikan UPNVJ sudah tidak dapat menampung seluruh mahasiswa baru untuk kegiatan PKKMB dalam kampus. Ia menilai penggunaan tenda pada pelaksanaan PKKMB tahun sebelumnya belum layak untuk menjamu mahasiswa baru.

Dengan alasan itulah yang menurutnya membuat pihak rektorat memutuskan untuk melakukan kegiatan PKKMB di luar kampus. Kendati demikian tempat yang dipilih untuk pelaksanaan PKKMB pun nyata juga tidak mampu menampung 3200 mahasiswa yang ada.

Halim pun tak menampik mengenai kapasitas gedung Balai Prajurit yang tidak mampu mengakomodasi seluruh mahasiswa baru. Gedung Balai Prajurit sendiri hanya memiliki kapasitas 1500 sampai 1600 orang. Halim menjelaskan bahwa dipilihnya gedung tersebut lantaran tidak ada lagi tempat yang dapat menampung dalam radius yang dekat dengan kampus.

Ia mengungkapkan bahwasanya sebelum memilih gedung Balai Prajurit, pihaknya sempat memliki opsi lain yang dapat menampung mahasiswa secara penuh. Tempat yang ia maksud berlokasi di Serpong, Sentul, serta Taman Mini. Akan tetapi menurutnya tempat tersebut terlalu jauh dan tidak cocok untuk pengenalan kehidupan kampus.

“Karena kita dulu pernah di marinir ‘kan. Jaman masih swasta. Jadi yaudah kita pilih di marinir” paparnya ketika ditemui oleh ASPIRASI pada Jumat (2/8).

Untuk menyiasati ketidakmampuan gedung Balai Prajurit, Halim mengatakan pihak kampus nantinya akan menyewa tenda selama pelaksanaan PKKMB di Balai Prajurit. Tiara Alya selaku ketua pelaksana PKKMB 2019 membenarkan hal tersebut.

Tiara menerangkan penempatan tenda akan berada di sebelah gedung Balai Prajurit. Hal ini guna memudahkan mobilisasi para mahasiswa baru dan panitia PKKMB. Nantinya dalam tenda tersebut akan disediakan layer plasma dan proyektor agar mahasiswa baru yang berada di dalam tenda tetap dapat mengikuti kegiatan PKKMB.

“Nantinya bakal ada semacam live streaming dari gedung Balai Prajurit buat mahasiswa di tenda,” jelasnya.

Selain perbedaan dalam tempat pelaksanaa, sistem mentor pada PKKMB kali ini pun berbeda. Jika sebelumnya mentor berfungsi untuk menguji mahasiswa baru agar dapat mengutarakan pendapatnya dalam menghadapi persoalan kehidupan perkuliahan.

Hal tersebut dilakukan dengan metode diskusi seusai paparan materi yang disampaikan kepada mahasiswa baru dalam PKKMB. Meskipun begitu kebijakan ini dikritisi lantaran jumlah mentor dan mahasiswa yang tidak seimbang.

Pada tahun ini mentor berfungsi sebagai penanggung jawab kelompok mahasiswa baru. Kegiatan diskusi tidak lagi hadir dalam PKKMB saat ini. Tiara mengungkapkan fungsi mentor saat ini bertujuan agar dapat mengenalkan UPNVJ kepada mahasiswa baru, lantaran kegiatan PKKMB tidak dilaksanakan di kampus.

“Ini tantangannya, karena kita PKKMB tidak di kampus, sementara kita harus menjelaskan segala hal tentang UPN,” ungkap Tiara pada (24/7). Ia mengungkapkan pengenalan kepada mahasiswa baru lebih ditekankan melalui konten-konten di sosial media.

Konsep Baru di PKKMB 2019

Mengusung tema Mahasiswa yang Kreatif, Inovatif dan Pembela Negara di Era Revolusi Industri 4.0, diharapkan dapat menumbuhkan inovasi dalam diri mahasiswa.

Tiara mengungkapkan bahwa pemilihan tema tersebut sepenuhnya berasal dari pihak rektorat. Meskipun begitu ia mengungkapkan pihaknya juga telah mengajukan konsep yang lain, tetapi tetap tema tersebutlah yang terpilih.

Menurutnya alasan kampus bersikukuh mengusung tema tersebut lantaran ingin menekankan revolusi 4.0, terkhusus industri kreatif kepada mahasiswa. Ia melanjutkan bahwa PKKMB tahun ini juga akan diarahkan kepada kewirausahaan dan industri kreatif itu sendiri, namun tidak keluar dari batas-batas Bela Negara.

“Selain itu, kalau saya menangkapnya kampus ini emang lagi menekankan 4.0 berawal dari youtube creator. Jadi nyambung ke tema PKKMB yang sekarang Ujar Tiara Alya kepada ASPIRASI di kantin, (24/7).

Pernyataan Tiara dinilai beralasan. Beberapa pembicara dari bidang industri kreatif didapuk menjadi pembicara pada PKKMB tahun ini. Salah duanya ialah Rachel Amanda dan Ahmad Zaki. Halim menjelaskan pemilihan pembicara ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas PKKMB tahun ini.

“Kita akan menyediakan pembicara yang leih berkompeten dalam menjelaskan materi yang akan dibawa,” tegasnya. Namun ia mengaskan meskipun tentang kewirausahaan dan industri kreatif, materi tersebut tidak keluar dari batas-batas Bela Negara.

Mempertanyakan Hadirnya PBB dalam PKKMB

Perbedaan paling mencolok terdapat pada pelakasanaan Pelatihan Baris-Berbaris (PBB) yang diadakan oleh pihak rektorat pada hari pertama dan kedua PKKMB. Kegiatan PBB tersebut dilaksanakan sebelum materi diberikan kepada mahasiswa baru. Kegitan tersebut bertempat di Lapangan Marinir Baperta Cilandak.

PBB dinilai pihak rektorat sebagai bentuk pendisplinan untuk mahasiswa baru dan implementasi dari Bela Negara. Pemberian PBB selama satu jam dipimpin langsung dari pihak marinir. Nantinya para mentor juga akan membantu dalam pelaksanaanya.

Halim berharap melalui pelaksanaan PBB ini diharapkan dapat meningkatkan disiplin dari mahasiswa baru. Senada dengan Halim, Suyatno menilai pelaksanaan PBB akan membantu panitia dalam kegiatan membentuk mozaik yang termasuk dalam rangkaian PKKMB.

Menurutnya berkaca dari dari tahun sebelumnya ketika gagal dalam membentuk mozaik, kali ini ia optimis kegiatan tersebut dapat terselenggara dengan baik lantaran sudah dilatih oleh marinir.
Jadi saat nanti membuat mozaik akan lebih cepat dan kedisiplinan juga akan ditanamkan dalam baris-berbaris Jelas Suyatno pada Rabu (31/07)

Disisi lain, Tiara mengaku dilema dengan adanya kegiatan PBB tahun ini. Entah merupakan sebuah progresif atau regresif pada PKKMB. Karena untuk pertama kalinya lagi kegiatan PBB ada alam PKKMB,” ungkapnya. Lanjutnya ia membatasi waktu kegiatan PBB selama satu jam.

Beni Sukandis, peneliti dari Lembaga Studi Pertahanan dan Strategis Indonesia (Lespressi) menilai jangan sampai baris berbaris diartikan sebagai perwujudan bela negara secara tunggal. Hal ini lantaran menurutnya makna bela negara itu harus diartikan secara luas.

Kendati demikian ia tidak terlalu mempermasalahkan PBB sebagai sarana untuk menciptakan sikap disiplin kepad mahasiswa. “Yang harus lebih ditekankan itu bukan PBB nya saja tapi soal orientasi di forumnya (PBB, red.) itu,” tegas Beni.

Beni justru menentang jika tentara masuk kampus dalam kurikulum pembelajaran bela negara. “Memangnya dosen-dosen tidak ada yang bisa mengajarkan soal konten bela negara nasionalisme,” pungkasnya kala itu.

Tanggapan berbeda datang dari Belly Stanio, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UPNVJ 2019 justru mempertanyakan apakah dengan materi PBB selama satu jam menjamin mahasiswa baru menjadi disiplin. “Kan tentu saja tidak,” ungkapnya.

Meskipun begitu ia tidak mempermasalahkan hadirnya PBB di PKKMB. Ia menilai ada yang sedang coba disampaikan oleh pihak universitas kepada para mahasiswa baru.

Akan tetapi ia menyayangkan tiadanya upacara 17 Agustus dalam rangkaian PKKMB kali ini. Menurutnya upacara lebih sesuai dengan bela negara. “Kalau bisa milih sih mending tetap diadakan upacara dibanding PBB,” tutupnya kala itu.

Reporter: Syena Meuthia, Naafi’ Sekar Arum

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *