Dua Prodi UPNVJ Masuk 10 Besar Favorit Picu Peningkatan Fasilitas Akademik
Jadi prodi favorit, lantas pengelola prodi Ilmu Komunikasi dan Manajemen UPNVJ semakin tertantang membenah kualitas akademik baik dari infrastruktur dan suprastruktur.
Aspirasionline.com – Pasca pengumuman Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada Selasa (9/7) lalu, Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) merilis peringkat PTN dengan rerata nilai tertinggi. Pada kategori ini, UPNVJ masuk pada peringkat sepuluh dengan rerata nilai sebesar 621,81.
Pada kategori program studi (prodi) sosial humaniora (soshum) peminat terbanyak, prodi Ilmu Komunikasi (FISIP) UPNVJ ada di posisi kedua setelah prodi hukum Universitas Diponegoro. Turut juga prodi Manajemen (FEB) UPNVJ di posisi ketujuh.
Kepala Program Studi (Kaprodi) Ilmu Komunikasi Azwar mengatakan bahwa meningkatnya peminat di prodi Ilmu Komunikasi sudah terjadi sejak UPNVJ beralih status dari perguruan tinggi swasta (PTS) ke perguruan tinggi negeri (PTN) tahun 2015.
Azwar menilai hal ini disebabkan dua hal. Pertama, prodi ini beberapa tahun belakangan memang sedang begitu diminati. Kedua, letak kampus UPNVJ yang cenderung strategis karena ada di ibukota.
“Bagi masyarakat di sekitar Jakarta, Jabodetabek khususnya ditambah Jawa Barat, dan Banten, pilihan paling baik itu memang kuliah di ibukota. Selain karena faktor akses, fasilitas, dan segala macamnya,” ungkap Azwar saat dihubungi ASPIRASI, Minggu (14/7).
Wakil Dekan FISIP Bidang Akademik Siti Maryam mengatakan pihaknya juga akan meningkatkan fasilitas akademik FISIP. Ia memulainya dengan peningkatan kemampuan dosen dalam menghadapi era transformasi digital. “Karena mahasiswa-mahasiswa itu udah banyak yang ngerti (digital, red.). Jangan sampai mahasiswanya ngerti tapi dosennya gak ngerti,” jelas perempuan kelahiran Jakarta itu.
Dalam hal kurikulum, saat ini FISIP sedang mencoba untuk menyesuaikan kurikulumnya dengan era transformasi digital. Tujuannya adalah untuk menjawab tantangan revolusi industri 4.0.
“Kita sedang membuat kurikulum yang nantinya akan berbasis digital. Semua di FISIP, sejauh ini sedang ditinjau kembali kurikulum sebelumnya,” ujar Siti. Ia juga menargetkan agar kurikulum baru dapat dilaksanakan ditahun ajaran baru mendatang.
Azwar selaku Kaprodi Ilmu Komunikasi memfokuskan pada peningkatan kualitas dosen, kurikulum, fasilitas yang dapat menyokong proses perkuliahan. Menurut Azwar, jumlah mahasiswa yang meningkat juga harus disesuaikan dengan dosen yang memadai, baik dari kuantitas dan kualitasnya.
“Dari tiga tahun lalu kita sudah memberangkatkan dosen untuk kuliah S3. Sekarang sudah ada 9 dosen yang sedang kuliah S3, baik di dalam maupun luar negeri,” ungkap Azwar.
Azwar sebagai pengelola prodi juga membenah kurikulum sesuai dengan tantangan era digital. Caranya, ia menambahkan unsur-unsur digitalisasi ke dalam kurikulum prodi Ilmu Komunikasi.
“Contohnya, kemarin teman-teman belajar jurnalistik seperti teknik penulisan dan segala macam. Kalau sekarang kita lebih mengarah ke jurnalistik digital. Kalau PR (public relation, red.), sekarang kita belajar humas digital,” imbuh Azwar. Azwar mengusahakan agar disemester baru nanti kurikulum baru ini segera dapat terlaksana.
Mengenai infrastruktur perkuliahan, Azwar mengaku miris dengan prodinya. “Ruang dosen saja barangkali masih belum layak. Ruang perkuliahan kadang-kandang AC-nya rusak,” keluhnya.
Dengan adanya momen pencapaian Ilmu Komunikasi sebagai peminat terbanyak nasional nomor dua, Azwar mendorong agar universitas dapat menyediakan fasilitas-fasilitas tersebut karena ihwal ini sudah di luar wewenang lingkup prodi. Azwar mengharap rektorat agar dapat lebih memperhatikan prodi Ilmu Komunikasi.
“Harapan kita dari pengelola program studi agar rektorat memperhatikan fasilitas-fasilitas perkuliahan di program studi Ilmu Komunikasi,” ungkap Azwar.
Di lain prodi, Wakil Dekan Bidang Akademik FEB Munasiron Miftah juga mengatakan bahwa ia harus mempersiapkan kualitas fakultas menjadi lebih baik lagi agar para mahasiswa baru mendapatkan apa yang mereka inginkan.
“Tantangan tersendiri buat kita untuk mempersiapkan, khususnya dibidang akademik untuk meningkatkan pembelajarannya. Menyiapkan dosen, pelayanannya, dan sebagainya,” kata Munasiron saat ditemui ASPIRASI, Senin (15/7).
Mengenai pembenahan tenaga pendidik, Munasiron yang kini juga menjabat sebagai pelaksana tugas (Plt.) Dekan FEB menyebutkan bahwa pihaknya telah menetapkan standar kompetensi sesuai anjuran rektorat.
“Paling tidak, seenggak-enggaknya mereka itu S2 sesuai ketentuan nasional. Ditambah mereka itu punya sertifikasi kompetensi dan telah mempunyai pengalaman, baik pengalaman berupa seminar, workshop, dan pelatihan,” ujar pria kelahiran 1964 itu.
Di FEB, kurikulum yang dipakai masih sama tetapi dilakukan perubahan dan penyesuaian pada metode pembelajarannya. “Di ekonomi (fakultas, red.) masih pakai kurikulum lama, namanya kurikulum 2017. Dasarnya tetap sama tapi dimodel pembelajarannya mengalami perbaikan,” jelasnya.
Reporter: Ikhwan Agung. |Editor: Fikriyah Nurshafa.
Foto: Akun Instagram @upnveteranjakarta