Minimnya proteksi data mahasiswa serta tidak adanya penelusuran serius dari pihak kampus berpotensi jadi celah maraknya modus penipuan yang mengatasnamakan dosen di lingkungan UPNVJ.
Aspirasionline.com — Sejumlah mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ), khususnya dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), menjadi korban penipuan bermodus penyamaran dosen.
Peristiwa bermula ketika pelaku, yang hingga kini belum diketahui identitasnya menghubungi mahasiswa melalui WhatsApp dan meminta transfer sejumlah dana dengan dalih berbagai kebutuhan akademik. Mulai dari keperluan fotokopi hingga pengisian pulsa untuk rekan dosen lainnya.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Kireina Lamia Parsa Daughtervy, mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi angkatan 2024, yang mengatakan bahwa kejadian ini bermula ketika nomor tidak dikenal menghubunginya.
Awalnya, ia tidak menaruh curiga karena memang belum pernah mengikuti kelas yang diampu oleh dosen bernama Garcia (nama pelaku saat mengaku sebagai dosen). Seolah keadaan menyuruhnya untuk mengangkat telepon, tanpa ragu ia memulai percakapan yang perlahan mulai menggiringnya dalam skema penipuan.
Dalam percakapan tersebut, pelaku awalnya meminta kontak mahasiswa hingga ketua kelas dari kelas lain.
“Katanya si penipu (saat di telpon), kalau misalkan dia butuh kontaknya anak-anak kelas aku. Terus juga minta kontak-kontak dari ketua kelas lain gitu,” ujar Kireina saat diwawancarai oleh ASPIRASI melalui Google Meet pada Minggu, (20/4).
Tidak berhenti disitu, pelaku juga mendukung aksinya dengan menyebutkan nama ketua angkatan hingga Kepala Program Studi (Kaprodi). Selain itu, pelaku juga menunjukan foto-foto dosen lain untuk lebih meyakinkan korban.
“Dia ngirimin foto dosen pembimbing aku dan bertanya ‘Ini kamu kenal enggak siapa?’ terus tiba-tiba dia bilang Bu Nisa itu (nama dosen) mau nitip di transfer pulsa,” jelas Kireina.
Tanpa sempat berpikir panjang, tekanan yang terus-menerus dari pelaku akhirnya membuat Kireina mentransfer sejumlah uang.
“Dia nyebutin nomor, dan aku tuh enggak nge-recheck lagi. Pokoknya aku langsung transfer Rp100 ribu saat itu. Terus pas aku lihat nomor teleponnya, ternyata itu nomor si penipu yang lagi nelpon aku,” terang Kireina.
Hal serupa juga dialami oleh Naisya Aninda Fitriana, mahasiswa Prodi Sains Informasi angkatan 2024. Ia menjadi korban dan merasakan modus hingga tekanan yang sama dari pelaku.
Awalnya, pelaku meminta screenshot-an jadwal mata kuliah serta daftar kontak teman-teman sekelasnya. Pelaku juga kerap kali basa-basi untuk memastikan situasi sekitar korban.
“Dia minta di-screenshot-in jadwal kuliah. Itu tuh sambil ngobrol-ngobrol gitu, kayak basa-basi nanya, ‘Kamu lagi apa?’, ‘Terus sama siapa?’, ‘Sudah pulang kuliah belum?’ Kayak gitu,” ujarnya Naisya saat diwawancarai oleh ASPIRASI pada Rabu, (16/4).
Pelaku bahkan semakin meyakinkan korban dengan mengatakan bahwa suara percakapan tersebut terdengar oleh para dosen di sekitarnya.
“Dia sempat bilang juga kalau misalnya dia telponan sama aku lewat laptop dan suara aku itu kedengeran sama dosen-dosen lainnya. Nah, di situ aku kayak tambah panik, tambah takut,” ujar Naisya.
Akibat kejadian ini, Naisya mengalami kerugian hingga mencapai Rp500 ribu setelah dimanipulasi dan mendapatkan tekanan secara berulang melalui sambungan telepon.
Maraknya Penipuan Buntut dari Kebocoran Data Mahasiswa UPNVJ
Pola penipuan yang terjadi pada mahasiswa FISIP, bukanlah sekedar hal iseng semata. Terutama dengan pelaku yang memiliki informasi pribadi korban. Hal tersebut menimbulkan kecurigaan bahwa pelaku tidak bergerak tanpa data.
Dugaan itu menguat setelah ditemukan unggahan kebocoran data pribadi di laman Facebook grup Hujatan Teknologi Indonesia (HTI) oleh akun bernama Ikky Kawata (kini bernama Matt Murdrock).
Foto : Bukti postingan kebocoran data yang beredar di Facebook
Jenis data yang bocor mencakup informasi sensitif seperti nama lengkap, Nomor Induk Mahasiswa (NIM), program studi, email kampus, nomor telepon, IP login, hingga IPK. Data yang sedemikian detail membuka peluang besar bagi pelaku untuk memanfaatkan kerentanan mahasiswa baru.
ASPIRASI melakukan investigasi lebih lanjut dengan menghubungi pemilik akun di Facebook yang mengunggah informasi kebocoran data tersebut. Ia mengonfirmasi melalui pesan bahwa postingan itu hanya sampel dari data keseluruhan yang beredar dalam situs gelap bernama breachforum.ls
“Cukup banyak, yang saya posting itu hanya untuk sampelnya saja,” ujarnya kepada ASPIRASI melalui laman messenger pada Rabu, (16/4).
Meski data tersebut berasal dari tahun 2016, risikonya tetap tinggi jika belum diperbarui dan dapat dimanfaatkan pelaku untuk menyamar sebagai dosen serta menipu mahasiswa baru. Data yang tersebar di situs gelap breachforum.ls bukanlah keseluruhan, melainkan hanya sebagian kecil dari total data yang berhasil diretas.
Foto : Bukti obrolan dengan pemilik akun yang memposting kebocoran data UPNVJ
Terlebih lagi, dilansir dari berita online ASPIRASI tahun 2022 yang berjudul Gelap di Balik Gemerlap Pesta Demokrasi Kampus: Kebocoran Akun Hingga Politik Uang dugaan kebocoran data mahasiswa sempat mencuat saat berlangsungnya Pemilihan Raya (Pemira) UPNVJ.
Kala itu, sejumlah akun media sosial mahasiswa diduga diretas dan digunakan untuk menyebarkan konten kampanye tanpa seizin pemiliknya.
Kini, dua tahun berselang, munculnya kembali isu kebocoran data melalui platform breachforum.ls seolah menjadi alarm peringatan bahwa persoalan keamanan data di UPNVJ belum sepenuhnya dibenah.
Reporter ASPIRASI telah menghubungi Unit Pelayanan Terpadu Teknologi Informasi dan Komunikasi (UPT TIK) untuk mengonfirmasi terkait kebocoran data yang terjadi di UPNVJ, baik melalui pesan ataupun datang langsung ke ruangan. Namun, hingga berita ini terbit, UPT TIK tidak bisa memberikan konfirmasinya.
Reporter: Akbar, Mg. | Editor: Azzahwa