Penyelenggaraan Sertifikasi Internasional di UPNVJ menuai polemik dalam pelaksanaanya. Minimnya sosialisasi, jadwal pelaksanaan mendadak, dan berbagai kendala teknis membuat program ini dinilai membingungkan dan memberatkan.
Aspirasionline.com — Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) kembali mengadakan program sertifikasi internasional yang dibuka bagi para mahasiswa pada pertengahan Desember 2024 lalu.
Dilansir dari Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) UPNVJ, terdapat dua jenis tes sertifikasi yang berbeda, yakni sertifikasi Microsoft Office Specialist – Excel dan Information Technology Specialist – Data Analytics yang diselenggarakan oleh lembaga Certiport.
Sertifikasi Excel ditujukan untuk mahasiswa Fakultas Hukum (FH), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Sedangkan sertifikasi Data Analytics diperuntukan bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (FIK) dan Fakultas Teknik (FT).
Namun, pelaksanaan sertifikasi ini menuai pro kontra dari kalangan mahasiswa. Tapi tidak bagi Zelfanya, mahasiswa program studi (prodi) Ilmu Politik angkatan 2024, yang mendukung sertifikasi ini karena dinilai penting.
“Aku setuju aja ya. Karena selain sebagai syarat kelulusan, sertifikasi itu penting untuk kita nanti di masa depan, entah untuk apapun itu,” jelas Zelfanya kepada ASPIRASI pada Kamis, (19/12/2024).
Tidak senada dengan Zelfanya, Devalia (nama disamarkan) yang juga merupakan mahasiswa prodi Ilmu Politik angkatan 2023 merasa sertifikasi ini tidak relevan untuknya.
“Excel menurut aku itu belum linear dengan jurusan aku, dan aku merasa belum butuh,” ujar Devalia saat diwawancarai ASPIRASI pada Sabtu, (21/12/2024).
Protes dan Keluhan Mahasiswa Buntut dari Pelaksanaan Mendadak dan Ketidakjelasan Informasi
Berbagai keluhan dirasakan oleh para mahasiswa, termasuk Devalia yang mengeluh terkait pelaksanaan yang mendadak dan bertepatan dengan Ujian Akhir Semester (UAS).
“Kalau dibilang membebankan, sebenarnya menurut aku karena kurang sosialisasi dan penempatan waktu yang nggak pas. Ini diinfokan sangat mendadak saat di minggu UAS,” keluhnya.
Namun, Cindy Pulino, mahasiswa Prodi Hubungan Internasional, menjelaskan bahwa informasi sertifikasi internasional ia dapati dari Musa Maliki selaku Wakil Dekan (Wadek) III FISIP, melalui grup fakultasnya yang tiba-tiba mewajibkan tes sertifikasi tersebut.
“Jadi, Mas Musa ini yang mengirim info mengenai sertifikat tersebut, dan beliau bilang kalau kita wajib ikut karena katanya ini syarat buat skripsi,” ujar Cindy kepada ASPIRASI pada Jumat, (20/12/2024).
Menerima informasi serupa dengan Cindy, Devalia tetap meragukan apakah sertifikasi ini benar-benar akan digunakan sebagai syarat kelulusan, mengingat sertifikasi Wadhwani Opportunities yang sebelumnya juga diadakan UPNVJ ternyata tidak diakui.
“Saat itu yang disampaikan oleh Pak Musa adalah sertifikasi Wadhwani ini sudah tidak terpakai karena sudah tidak diakui,” tukas Devalia.
Berbeda dengan mahasiswa FISIP, mahasiswa prodi Teknik Perkapalan, yakni Muhammad Haris mengaku bahwa Kepala Program Studi (Kaprodi) dari prodinya hanya merekomendasikan, namun tidak diwajibkan.
“Dari Kaprodi juga bilangnya direkomendasikan untuk ikut, tapi tidak pernah bilang diwajibkan,” ujar Haris kepada ASPIRASI pada Jumat, (20/12/2024).
Menanggapi hal ini, Henry Binsar Hamonangan Sitorus selaku Wakil Rektor (Warek) I menyampaikan bahwa universitas memiliki standar terkait syarat kelulusan, yaitu mahasiswa UPNVJ harus memiliki minimal satu sertifikat kompetensi.
“Kita punya standar agar mahasiswa kita itu lulus harus mempunyai sertifikasi kompetensi minimal satu. Nasional boleh, internasional lebih bagus lagi,” jelasnya saat ditemui ASPIRASI di ruangannya pada Jumat, (9/1).
Henry juga menambahkan bahwa sertifikasi ini ditargetkan untuk angkatan 2024 agar dapat mengikutinya lebih awal. Sedangkan untuk angkatan 2023 hingga 2020, sifatnya hanya disarankan.
Mengenai pelaksanaan yang terkesan mendadak Henry mengakui adanya kesulitan dalam mencari badan penyelenggara yang mau bekerja sama untuk menyelenggarakan sertifikasi massal.
“Kenapa kita juga agak mepet kemarin, karena mencari badan yang mau menyelenggarakan sertifikasi dengan massa seperti itu nggak banyak,” tuturnya.
Henry menambahkan bahwa sertifikasi ini merupakan bagian dari target capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) kampus tahun 2024, sehingga harus dilaksanakan sebelum akhir tahun.
Kemudian terkait sertifikasi Wadhwani, dirinya menjelaskan bahwa sertifikasi tersebut tidak bisa lagi dilaksanakan di UPNVJ lantaran tidak diakui oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI).
“Wadhwani itu, kemarin ini di DIKTI nya tidak diakui sebagai (sertifikasi) internasional,” jelas Henry.
Kisruh Pelaksanaan Sertifikasi yang Tidak Luput dari Berbagai Kendala
Pelaksanaan sertifikasi internasional yang berlangsung tidak hanya berhenti pada persoalan kepastian yang membingungkan, tetapi menghadapi berbagai kendala dan lemahnya pengawasan.
Cindy menjelaskan bahwa pada pelaksanaan ujian yang berlangsung pada Rabu, (18/12/2024) sempat mengalami keterlambatan.
“Harusnya aku jam 11.00 udah masuk ruangan, tapi mungkin ada kendala di jam sebelumnya. Akhirnya, aku mulai tes jam 12.00,” terangnya.
Berbeda dengan Cindy, Devalia mengaku bahwa ia mendapati kendala teknis terkait perangkat ujian.
“Sebenarnya jatuhnya nggak ada per-sesi gitu, karena banyak komputer yang ngga bisa. Jadi, setiap dua orang selesai, dua orang lainnya masuk,” jelas Devalia.
Lebih lanjut, penggunaan ponsel selama ujian menimbulkan pertanyaan di kalangan peserta mengenai ketegasan pengawas, karena izin untuk mencari jawaban melalui ponsel diberikan kepada peserta yang mengikuti ujian di hari ketiga.
“Bisa dibilang boleh langsung mencari jawaban. Ada beberapa soal yang Googling (mencari di internet) langsung ketemu,” ujar Haris.
Menanggapi hal tersebut, Henry menilai bahwa penggunaan ponsel dan hal teknis pada masa pelaksanaan ujian merupakan kebijakan dari badan sertifikasi, bukan dari pihak kampus.
“Kalau masalah teknis penyelenggaraannya, badan sertifikatnya dong yang mengurusi. Kalau saya kan ngga paham seperti apa metode yang mereka lakukan,” jelasnya.
Henry juga menyampaikan bahwa akan adanya kesempatan remedial untuk mahasiswa yang tidak berkesempatan lulus.
“Kalau yang belum lulus nanti akan ada informasi lanjutan di awal-awal tahun ini. Kita lakukan untuk yang remedial. Kemarin, janjinya kalau engga di akhir Januari, di Februari,” ujar Henry.
Ilustrasi: ASPIRASI/Akbar
Reporter: Akbar Mg, Fadhel Mg| Editor: Tia