Pelaksanaan Program Peningkatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaaan (PPK Ormawa) di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) ditanggapi secara beragam oleh organisasi kemahasiswaan.
Aspirasionline.com – Program Peningkatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaaan (PPK Ormawa) merupakan program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Dijen Diktiristek). Program ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada Perguruan Tinggi untuk meningkatkan mutu organisasi kemahasiswaan.
UPNVJ sendiri sudah melaksanakan program tersebut secara hybrid, untuk memberikan penyuluhan dan materi tentang sosialisasi strategi. Termasuk tentang penyusunan Proposal PPK Ormawa kepada para pembina Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan anggota aktif ormawa fakultas dan universitas yang ada.
Kegiatan PPK Ormawa ini sendiri bersifat wajib bagi seluruh Ormawa maupun UKM yang ada di lingkungan UPNVJ. Ria Maria Theresa, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UPNVJ mengatakan hal ini dikarenakan PPK Ormawa merupakan program dari Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dit Belmawa) untuk seluruh Perguruan Tinggi.
“Mengingat ini program Dit Belmawa Kemdikbudristek untuk Perguruan Tinggi termasuk UPNVJ yang dimaksudkan untuk meningkatkan kinerjanya dan kinerja ormawa/mahasiswa. Maka sebagai mahasiswa memiliki kewajiban,” tegas Ria dalam jawaban tertulis yang ia berikan pada Aspirasi
Menurut Ria, Ormawa maupun UKM yang tidak mengikuti program PKK Ormawa berarti Ormawa atau UKM tersebut tidak berpartisipasi dalam kemajuan institusi. Bahkan lanjut Ria, hal itu sama saja dengan mengabaikan kesempatan untuk meningkatkan/mengembangkan kompetensi dan soft skill.
Namun di lain sisi, menurut Bunga Deskomala, Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) UPNVJ terkait PPK Ormawa sendiri tidak memiliki sifat yang wajib. Ia menuturkan bahwa sifatnya lebih kepada penganjuran.
“Sifatnya penganjuran, ormawa UPN ada sembilan puluh tiga ormawa, dari jumlah tersebut nanti ada dua belas atau empat belas proposal yang diterima, tapi dari kita dianjurkan untuk mengirimkan proposal,” jelas Bunga.
Terkait mekanisme pelaksanaan program ini sendiri sebetulnya sudah tertuang dalam Panduan PPK Ormawa 2022. Lebih lanjut menurut Ria, setiap Ormawa maupun UKM yang ada nantinya akan menyusun proposal yang akan diseleksi oleh pihak Perguruan Tinggi yang dilanjutkan dengan seleksi oleh pihak Dit Belmawa untuk kemudian mendapat pendanaan dari kementerian.
“Seleksi proposal dilakukan bertahap yaitu tahapan pertama seleksi oleh Perguruan Tinggi dan kedua Seleksi oleh Dit Belmawa. Proposal yang lolos seleksi akan ditetapkan oleh Dit Belmawa sebagai proposal yang lolos pendanaan,” jelas Ria.
PPK Ormawa dan Berbagai Kendalanya
Berbagai tanggapan muncul dari para anggota UKM. Menurut Bunga Deskomala selaku ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), PPK Ormawa sejatinya membawa dampak positif terutama kepada Ormawa karena memberikan wadah untuk menjalankan sebuah program kerja (proker) mereka.
“PPK Ormawa ini berindikasi positif ya, karena PPK Ormawa meningkatkan kreatifitas dan diberi wadah. Karena kita kan mau ada suatu proker biasanya terkendala dana, karena itu PPK Ormawa ini memberikan wadah,” ujar Bunga pada Sabtu, (16/4).
Senada dengan Bunga, Luh Komang Sriastiti Suryada yang merupakan humas eksternal Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) UPNVJ juga memberikan pendapat yang positif. Ia beranggapan bahwa adanya program ini dapat menjadi sarana untuk branding UKM, terutama bagi UKM minoritas seperti KMHD.
Namun, tanggapan berbeda diberikan oleh Muhammad Davy Huditama sebagai ketua umum Bulutangkis Veteran Jakarta (Buveja). Menurutnya, program PPK Ormawa mempunyai pengaruh yang tidak sebanding dengan tujuan utamanya, dikarenakan setiap UKM memiliki tujuannya masing-masing dan tidak dapat berfokus hanya pada satu program kerja.
“Mungkin proker ini bisa dibilang pengaruhnya pasti ada. Namun, pengaruh signifikannya sama mahasiswa-mahasiswinya mungkin tidak sebanding dengan tujuan utamanya gitu,” tutur pria yang akrab disapa Davy saat diwawancarai pada Kamis, (28/4).
Selaras dengan Davy, Ananda Sausanti Medantimi selaku sekretaris dari UKM Teater beranggapan bahwa Program ini hanya efektif untuk beberapa UKM karena sejalan dengan program kerja mereka. Hal ini karena menurutnya program ini kurang efektif untuk UKM Teater.
“Untuk UKM saya sendiri, kita mengalami kesulitan gitu sebenarnya apa sih tujuan (PPK Ormawa, red.) yang kita buat untuk masyarakat luas terutama di desa,” terangnya.
Terlepas dari hal tersebut, beberapa Ormawa mengaku mengalami hambatan dalam pengerjaan proposal PPK Ormawa. Beberapa Ormawa menemui hambatan dalam penentuan topik proposal seperti yang dialami oleh MPM. Selain itu, Bunga juga mengeluhkan waktu tenggat pengumpulan yang singkat untuk menyusun sebuah konsep yang besar. “
“Jadi kendala kami lebih ke konsepsi dan juga deadline,” jelas Bunga.
Hambatan lainnya juga disampaikan oleh Ananda. Menurutnya, hambatannya adalah menentukan topik yang ingin diangkat. Selain itu anggota yang sedikit juga menjadi kendala yang ia rasakan dalam proses penyusunan proposal.
“Kesulitan kita pada kekurangan anggota, selain dari penentuan topik proposal,” terang Ananda.
Selain beberapa hambatan yang ada, Komang juga menganggap pelaksanaan PPK Ormawa sendiri masih kurang efektif. Hal ini karena sifatnya yang masih berbentuk perwakilan yang dibatasi oleh kuota.
“Menurut gua pribadi kurang efektif. Mungkin yang menjadi perwakilan efektif ya karena mereka bisa mendapat pengalaman. Karena ini (PPK Ormawa, red.) kan programnya dikuotakan,” tutur Komang.
Menanggapi berbagai kendala yang dihadapi pada Ormawa, Ria Maria Theresa, selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama mengatakan untuk terus semangat karena proses tidak akan menghianati hasil.
“Lakukan saja, tetap semangat karena proses tidak pernah mengkhianati hasil” tutup Ria dalam jawabannya.
Reporter : Nabila Mg., Dino Mg. | Editor : Rahmi Anisah