Mengenai Hukuman Mati, Andreas Harsono: Baiknya Dihilangkan

Nasional

Aspirasionline.com – Hukuman mati masih menjadi perdebatan dalam ranah hukum Indonesia, hingga menuai kritik dan konflik berkepanjangan. Salah satu bentuk dalam menyikapi pro dan kontra hukuman mati, terbitlah sebuah buku yang bertajuk “Politik Hukuman Mati di Indonesia”. Buku yang disuting oleh Robertus Robet dan Todung Mulya Lubis ini merupakan kumpulan tulisan dari beberapa penulis yang menuangkan pandangannya mengenai hukuman mati di Indonesia.

Buku yang baru diterbitkan Maret lalu ini mendapat berbagai tanggapan. Andreas Harsono selaku aktivis hak asasi manusia dari Human Right Watch pun tak ketinggalan menyampaikan tanggapannya. Menurutnya buku ini merupakan buku yang sangat penting, “saya kira buku ini penting sekali soal hukuman mati,” ujarnya ketika diwawancarai oleh ASPIRASI, usai peluncuran buku yang digelar di Aula Gedung Mahkamah Konstitusi, Selasa (31/5).

Lebih lanjut, Andreas mengatakan bahwa hukuman mati itu sebaiknya dihilangkan, “sebab apabila mengacu pada kalangan agama, mereka akan bilang kita nggak boleh mencabut nyawa seseorang, dan dari kalangan HAM itu kemungkinan menganggap hukum itu lemah. Jadi tidak ada proses hukum yang sempurna,” kata pendiri Yayasan Pantau tersebut.

Dalam hukuman mati biasanya berkaitan dengan pembunuhan masal dan narkoba. Untuk itu argumentasi awalnya tentang hukum yang tidak sempurna harus diperhatikan. Hukum yang tidak kuat itu ada saja orang yang tidak bersalah di hukum. “Jadi pembuktian apa betul dia pembunuh yang sangat kejam atau pembunuh masa, itu harus dipikirkan, sebab jangankan pembunuhan masal, pembunuhan serial saja itu nggak gampang pembuktiannya,” tambahnya
Sedangkan untuk masalah narkoba, Andreas berpendapat bahwa hukuman mati tidak berfungsi untuk mengubah seseorang menjadi penakut. Maka sanksinya, “penjaja drugs dapat dipenjara dan khusus untuk pecandunya dapat direhabilitasi, sebab memang sudah di mungkinkan di Indonesia. Cuma, ya, memang sarananya kurang, pusat rehabilitasinya kurang,” tutupnya.

Reporter : Tri Ditrarini Saraswati |Editor : Haris Prabowo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *