Orang-orang Proyek: Kritik Sosial terhadap Bobroknya Pembangunan yang Menghambat Kesejahteraan
Judul: Orang-orang Proyek
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2015 (cetakan kedua)
Halaman: 256
Budaya korupsi dan cacat sistem bukanlah hal baru dalam proyek pembangunan yang pada akhirnya dapat menghambat kemakmuran dan kemajuan suatu negara.
“Orang-orang Proyek” merupakan salah satu karya sastra berwujud buku yang ditulis Ahmad Tohari sebagai bentuk dari kritik sosial. Buku ini mengisahkan kompleksitas para tokoh yang terlibat dalam suatu proyek pembangunan jembatan di sebuah desa.
Isu utama yang disorot dari buku ini berkaitan dengan korupsi yang sering kali menyertai proyek-proyek besar di Indonesia, khususnya pada masa orde baru. Ahmad Tohari memberikan gambaran tentang korupsi yang merajalela dalam lingkungan proyek dan bagaimana hal tersebut berdampak negatif pada kehidupan masyarakat.
Cerita dimulai dengan kedatangan sekelompok orang yang terlibat dalam proyek pembangunan di desa tersebut. Mereka adalah para insinyur, kontraktor, pekerja, dan pejabat pemerintah yang datang dengan berbagai harapan dan ambisi. Di tengah-tengah mereka, terdapat juga tokoh-tokoh desa yang telah lama tinggal di sana.
Salah satu tokoh utama dalam cerita ini adalah Kabul, seorang insinyur muda yang dipercaya sebagai pelaksana proyek pembuatan jembatan di atas Sungai Cibawor. Ia adalah sosok yang penuh dedikasi terhadap pekerjaannya, namun juga harus berhadapan dengan dilema moral dalam menghadapi konflik antara kepentingan proyek dan kehidupan masyarakat setempat.
Konflik yang timbul di antaranya ialah orang-orang desa merasa terpinggirkan, pun kehilangan hak atas tanah mereka. Selain itu, para tokoh proyek juga harus menghadapi banyak tantangan seperti permasalahan teknis, keuangan, dan kepentingan politik yang rumit. Dalam perjalanan cerita terungkap bahwa proyek ini juga membawa dampak lingkungan yang signifikan.
Korupsi di Balik Bobroknya Proyek Pembangunan Infrastruktur
Kasus korupsi dalam cerita “Orang-orang Proyek” merupakan gambaran nyata mengenai proyek pembangunan yang sering terjadi di Indonesia. Korupsi ini tentunya melibatkan para pejabat pemerintah, kontraktor, dan pihak-pihak terkait yang seringkali menyalahgunakan wewenang, memanipulasi kontrak, atau menggelapkan dana proyek untuk keuntungan pribadi.
Sampai saat ini, tingginya jumlah kasus dan kerugian negara akibat korupsi berasal dari kasus korupsi Pengadaan Barang/Jasa (PBJ), khususnya pembangunan infrastruktur. Sebanyak 250 dari 579 (43 persen) kasus korupsi yang ditindak aparat penegak hukum sepanjang 2022 berkaitan dengan PBJ, dan 58 persen di antaranya merupakan PBJ infrastruktur, termasuk pembangunan jalan dan jembatan.
Korupsi dalam pembangunan berdampak signifikan pada kualitas pembangunan. Sudah banyak contoh kasus di mana pembangunan yang mangkrak berbuntut pada pembangunan berkualitas rendah.
Salah satu kasus korupsi jalan dengan nilai kerugian negara tertinggi terjadi di Lampung Selatan. Pada 2022 lalu, Kepolisian Daerah Lampung menyidik kasus korupsi pengadaan Jalan Ir. Sutami Ruas Tanjung Bintang-Sribhawono tahun anggaran 2018—2019.
Dari nilai kontrak Rp143 miliar, kerugian negara disebut melebihi Rp29 miliar. Kasus ini sekaligus menunjukkan kondisi kronik korupsi infrastruktur karena kerugian negara mencapai 20,3 persen dari nilai kontrak.
Ketimpangan Sosial-Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan
Isu lain yang diangkat dalam karya sastra ini berkaitan dengan kesenjangan sosial dan ekonomi serta konflik antara pembangunan dan keberlanjutan lingkungan.
Melalui buku ini, Ahmad Tohari menggambarkan kesenjangan yang terjadi antara para pekerja proyek dan para pengambil keputusan yang memiliki kekuasaan. Akibatnya suatu pembangunan tidak berjalan secara maksimal hingga mendapatkan kerugian besar.
Hal tersebut digambarkan pada dialog dua orang tokoh, yaitu Kabul dan Tarya yang membahas hambatan ketika pembangunan sedang berjalan akibat kepentingan penguasa proyek dan pemimpin politik lokal.
“Dan inilah akibatnya bila perhitungan teknis-ilmiah dikalahkan oleh perhitungan politik,” tutur Kabul dalam salah satu dialog di buku tersebut.
Selain itu, melalui karakter para tokohnya, Ahmad Tohari juga menyinggung tentang dampak yang ditimbulkan oleh proyek pembangunan terhadap lingkungan alam. Konflik ini mempertanyakan tentang bagaimana cara mencapai pembangunan berkelanjutan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan.
Salah satu kasus nyata yang terjadi di Indonesia adalah penambangan batu di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Penambangan tersebut dilakukan pemerintah untuk mendukung pembangunan Bendungan Bener. Namun, beberapa penduduk desa setempat kurang setuju karena khawatir pembangunan tersebut tidak berkelanjutan dan akan merusak kualitas lingkungan mereka.
Kesenjangan sosial dapat dilihat dari adanya konflik yang terjadi antara aparat, pemerintah, dan warga setempat. Konflik tersebut mengakibatkan penangkapan beberapa penduduk desa dan evakuasi penduduk desa lainnya karena intimidasi dan pemaksaan oleh pihak berwenang.
Situasi Wadas menyoroti sulitnya praktik pembangunan berkelanjutan di daerah pedesaan, di mana kegiatan pertambangan bisa berdampak signifikan terhadap lingkungan dan mata pencaharian masyarakat setempat.
Untuk memastikan pembangunan yang berkelanjutan, penting untuk melibatkan masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan dan memprioritaskan kesejahteraan mereka di atas keuntungan ekonomi jangka pendek.
Foto: gramedia.com
Penulis: Rara Siti. | Editor: Mahalia Taranrini.