Manfaat dan Bahaya Cabai Bagi Kesehatan
Mengonsumsi makanan pedas sudah menjadi perilaku umum dalam masyarakat. Cita rasa pedas yang membuat makanan menjadi bersensasi itu sangat digemari oleh berbagai kalangan, baik anak-anak maupun dewasa. Rasa pedas ini dapat dihasilkan dari lada hingga yang paling populer, yaitu cabai.
Aspirasionline.com – Dewasa ini, makanan pedas, terutama yang dihasilkan dari cabai seakan menjadi primadona yang “wajib” disajikan oleh para pengusaha makanan. Salah satunya adalah Ayam Bakar Bumbu Rujak yang berlokasi di belakang UPN “Veteran” Jakarta (UPNVJ). Tempat makan dengan harga terjangkau bagi dompet mahasiswa tersebut diunggulkan karena rasa sambalnya yang sangat pedas.
“Suka banget saya mah sama makanan pedas. Karena rasanya mengasyikkan walau berujung menyakitkan,” tutur Anjar Mukti, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPNVJ yang mengaku sebagai pecinta makanan pedas.
Senada dengan Anjar, mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Cholva Dian pun turut berkomentar, “enak banget sambalnya, pedas, bikin saya nambah terus sampai perut saya panas.”
Melihat popularitas dari makanan bercita rasa pedas yang dihasilkan dari cabai ini, ASPIRASI pun melakukan wawancara dengan Dosen Ilmu Gizi UPNVJ Taufik Maryusman mengenai cabai. Ia menjelaskan bahwa cabai memiliki beberapa manfaat dan juga bahaya bagi kesehatan.
Manfaat dari cabai adalah selain membuat makanan menjadi lebih mengundang selera, cabai memiliki vitamin A dan C (Antioksidan). Sehari-hari, manusia dikelilingi oleh oksidan yang dihasilkan dari makanan, minuman, dan udara.
Antioksidan yang berasal dari cabai inilah yang berfungsi mengikat oksidan tersebut untuk mencegah terjadinya radikal bebas. Antioksidan juga dapat meningkatkan sistem kerja imun tubuh.
Selain itu, sayuran dengan warna khas merah dan hijau ini juga dapat mendorong produksi hormon serotonin yang membuat seseorang menjadi terjaga dan berkonsentrasi. Namun, ada beberapa zat cabai yang dapat menimbulkan efek buruk pada kinerja pencernaan jika dikonsumsi melebihi batas kebutuhan tubuh.
Cabai mengandung zat kapsium yang dapat mengiritasi dinding lambung sehingga dapat mengakibatkan perut terasa panas, mual, bahkan diare. Zat kapsium ini juga akan mengganggu penyerapan cairan makanan pada usus besar dan mengurangi elektrolit dalam saluran pencernaan sehingga mengakibatkan feses yang dikeluarkan cair.
“Cabai dapat meningkatkan nafsu makan dan membuat seseorang selalu merasa lapar karena efek dari hormon leptin, sehingga tidak cocok untuk dikonsumsi bagi penggiat program diet,” tambah pria kelahiran Depok ini.
Bahaya lainnya yang dapat ditimbulkan adalah dapat membuat seseorang sulit tidur atau insomnia. Sebab, cabai membuat sel dalam tubuh mengalami peningkatan stres karena terproduksinya hormon serotonin. “Orang yang punya riwayat maag, asam lambung yang meningkat, tidak disarankan mengonsumsi cabai yang berlebihan. Bahkan, dalam porsi cukup pun tidak boleh karena sudah sensitif,” tegas Taufik.
Meskpiun begitu, efek buruk yang disebabkan oleh cabai tidak membuat permintaan pasarnya menurun. Sayuran berspesies Capsicum Annum L. itu tetap digemari dan cukup sulit bila dicari diversifikasinya karena sudah menjadi sayuran yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
Karena itu, untuk mengatasi bahaya yang ditimbulkan oleh cabai, Pria lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro tersebut menyarankan alternatif teknis pengonsumsiannya.
“Sebelum mengonsumsi cabai, rebuslah dulu dalam air mendidih hingga tiga menit, lalu angkat. Dengan begitu, rasa pedas yang dihasilkan dapat berkurang, namun vitamin dalam cabai tidak rusak,” jelasnya.
Taufik menegaskan bahwa cabai tidak disarankan untuk digoreng karena cabai sangat sensitif terhadap panas. Apabila digoreng, vitamin yang dikandung akan rusak. Cara lainnya untuk mengurangi rasa pedas dari cabai tanpa merusak vitaminnya adalah mencampurkan cabai dengan jeruk nipis saat siap dikonsumsi.
Penulis : Firda Mg. |Editor : Aprillia Zul Pratiwiningrum