Hand Sanitizer Palsu Marak Dijual, Dosen Farmasi: “Tetap Bisa Terinfeksi”
Meningkatnya permintaan hand sanitizer di pasaran membuat beberapa pihak tak bertanggung jawab memanfaatkan keadaan dengan meramu hand sanitizer palsu. Apa akibatnya dan bagaimana menghindarinya?
Aspirasionline.com – Jumlah kasus positif Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) di Indonesia semakin bertambah. Hingga tulisan ini dibuat per (13/4), dilansir dari covid19.go.id, jumlah positif Covid-19 di Indonesia mencapai 4.557 orang dan 373 orang meninggal dunia. Salah satu upaya pencegahan penyebarannya dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Cara ini sering disosialisasikan banyak pihak sebagai tindakan sederhana yang efektif mencegah penularan Covid-19.
Namun di tengah pandemi Covid-19, ketersediaan hand sanitizer sebagai salah satu medium untuk cuci tangan semakin langka di pasaran. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh penjual yang tak bertangggung jawab untuk membuat hand sanitizer palsu dan dijual dengan bentuk serupa dengan aslinya.
Dosen Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Yuni Anggraeni mengatakan ada dua jenis hand sanitizer, yaitu yang berbasis alkohol dan berbasis air. Pada kondisi pandemi Covid-19, menurut Yuni hand sanitizer berbasis alkohol lebih direkomendasikan dibandingkan dengan hand sanitizer berbasis air.
“Hand sanitizer berbasis alkohol yang asli terdapat aroma alkohol yang mudah tercium karena alkohol memiliki wangi yang pekat dan khas,” kata Yuni ketika dihubungi ASPIRASI pada Jumat, (3/4).
Namun, Yuni juga menambahkan bahwa ada juga penjual hand sanitizer dengan alkohol, namun kandungannya dikurangi. Misalnya penjual hand sanitizer palsu itu mengecerkan lebih encer lagi sebanyak 50 persen, maka bau alkoholnya masih tercium meski konsentrasinya lebih sedikit.
“Hal itulah yang menyebabkan sukar sekali untuk dibedakan apakah hand sanitizer yang digunakan kandungannya di bawah 60 persen atau lebih,” tambah Yuni.
Untuk mengetahui hand sanitizer yang asli atau palsu secara akurat, lanjut Yuni, diharuskan menggunakan alat untuk mengukur kadar alkoholnya secara langsung. Namun hal tersebut menurutnya sangat tidak memungkinkan bagi masyarakat awam.
Yuni juga berpesan ketika membeli hand sanitizer, pembeli harus teliti mengenai sumber darimana hand sanitizer tersebut diproduksi dan memastikan bukan barang illegal.
Tetap Berpotensi Terinfeksi
Dampak penggunaan hand Sanitizer palsu bagi tubuh sangat beragam. Yuni menjelaskan, jika kadar alkohol yang digunakan pada hand sanitizer kurang dari 60 persen, maka hal tersebut dapat membuat mikroorganisme tetap menempel dan tahan pada pada tangan kita. Bahkan, mikroorganisme tersebut akan terbiasa menempel di tangan dan tidak membuat mikroorganisme mati.
Dampak selanjutnya, kata Yuni, virus tersebut menjadi tidak tereleminasi dari tangan kita. Menurutnya, konsumen yang sudah membeli hand sanitizer guna mencegah penyebaran Covid-19, nantinya akan tetap berpotensi terinfeksi Covid-19.
“Karena apa yang dia gunakan ternyata tidak bisa membunuh virusnya. Virusnya tetap bertahan di tangan dan dia malah terinfeksi. Malah menjadi tidak diketahui oleh pasien sendiri. Jadi tidak aware lagi gitu,” ujar Yuni.
Dalam mengantisipasi langkanya hand sanitizer, Yuni memberikan tips agar senantiasa untuk rajin mencuci tangan menggunakan air yang mengalir dan menggunakan sabun cuci tangan. Ini lebih direkomendasikan oleh Yuni daripada pengunaan hand sanitizer karena “melalui air yang mengalir sisa-sisa mikroorganisme akan lebih cepat menghilang dari tangan”.
Ketika sedang berpergian ke luar rumah, pengunaan hand sanitizer memang pilihan yang paling praktis. Namun, saran Yuni, jika kita tidak memilki hand sanitizer, kita dapat membawa sebotol air dan juga sabun cuci tangan untuk melakukan langkah pencegahan terhadap Covid-19.
Reporter: Meiliana Mg.| Editor: M. Faisal Reza.