
Problematika Rating dan Tayangan Buruk Stasiun Televisi
Aspirasionline.com – Akibat mengejar rating, stasiun televisi hadirkan tayangan minim kualitas.
Pasca kejatuhan Orde Baru dalam ranah pertelevisian Indonesia, khalayak dibuat gelisah terhadap problem rating acara televisi yang begitu dilematis. Di satu sisi terdapat beberapa hal yang menentukan antara selera masyarakat terhadap konten yang ditawarkan oleh stasiun televisi. Sementara itu, di sisi lain apa yang menjadi mayoritas selera masyarakat itu tidak selalu menghasilkan konten acara televisi yang bermutu.
Direktur Remotivi Muhammad Heychael menjelaskan dalam skema yang seperti itu, televisi terjebak pada dua pilihan utama, pertama mengikuti selera pasar dengan harapan mendapatkan pemirsa yang tinggi, meskipun mengorbankan kualitas acara itu sendiri. “Kedua, mempertahankan kualitas yang baik dan bermain di ranah idealistis dengan konsekuensi rating yang tidak terlalu tinggi,” ujarnya ketika dihubungi oleh ASPIRASI pada Sabtu (21/5) lalu.
Muhammad Heychael menegaskan bahwa memang acara stasiun televisi saat ini masih kurang dari segi kualitas dikarenakan sibuk mengejar rating. Kesuksesan suatu acara televisi diukur dari sejauh mana tayangan itu mampu menjual. Dari sini lah para pemiliki televisi mendapat akumulasi keuntungan. Sebab semakin banyak penonton dalam suatu tayangan, maka semakin banyak pula iklan yang masuk.
Mengenai berita infotaiment di televisi, pria yang menyelesaikan S-2 nya di Universitas Indonesia tersebut setuju jika infotaiment di televisi didasari sebagai format, bukan sebagai subtansinya. Sebab, ia menambahkan, dalam Undang-Undang Penyiaran pun sejatinya acara infotaiment dikategorikan sebagai bentuk hiburan. “Berita infotaiment di luar negeri isinya sangat bagus. Semisal karir sang artis ini dari awal hingga menjadi terkenal. Itu informasi yang berharga. Jika di Indonesia sendiri memang kualitasnya harus diperbaiki,” tegasnya.
Dalam karut marut ranah pertelevisian seperti ini, Heychael memberikan solusi dengan membuat media literasi. “Sebab masyarakat kita nggak tahu apa yang baik dan apa yang buruk dari media, atau paling tidak dari hal yang paling mendasar saja, dimana masyarakat harus diberi tahu tentang haknya akan tayangan yang mendidik,” ujarnya menggebu. Konten yang tidak mendidik acapkali masuk ke dalam sebuah tayangan di stasiun televisi. Tidak adanya pemilihan dan penyeleksian dengan bijak oleh publik dalam menikmati beragam tayangan layar kaca dinilai berimbas pada peniruan apa yang dilihat oleh publik melalui televisi.
Reporter : Danang Kurniawan |Editor : Haris Prabowo