Riuhnya Selebrasi Silatnas SMID PRD, Mengaburkan Memori Penegakan Kasus HAM 98

Nasional

Silatnas SMID-PRD kembali digelar di tengah gegap gempita dengan menyoroti selebrasi kelima kader yang kini duduk di kabinet Merah Putih. Pertemuan ini mengundang pertanyaan tentang memudarnya fokus isu penegakan HAM dan pergeseran perjuangan yang kini beralih tergabung ke dalam pemerintahan.

Aspirasionline.com – Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) serta Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang berisi kumpulan para alumni aktivis 98, menggelar sebuah pertemuan dengan tajuk “Silaturahmi Nasional” yang diadakan di Gedung Konvensi Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Jakarta Selatan pada Jumat, (13/12).

Pertemuan ini ramai dihadiri oleh para alumni aktivis 98, beberapa diantaranya adalah Mugiyanto, Faisol Riza, Nezar Patria, dan Natalius Pigai yang kini berhasil menduduki kursi kekuasaan pemerintahan rezim Prabowo, presiden Indonesia saat ini.

Tak berhenti di sana, pertemuan tersebut dihadiri pula oleh Agus Jabo Priyono, selalu eks Ketua Umum (Ketum) PRD yang kini menjabat juga sebagai Wakil Menteri Sosial Republik Indonesia dalam Kabinet Merah Putih.

Acara pertemuan para aktivis 98 yang memperjuangkan reformasi pada tahun tersebut, dimeriahkan dengan penampilan komika, penampilan aktivis 98 yang membawakan lagu “Darah Juang”, serta partisipasi berbagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dari berbagai cabang PRD di seluruh Indonesia.

Dengan tagline acara “Politik Secukupnya, Berteman Selamanya”, ditujukan untuk dapat mengingat sebuah perjalanan panjang  darimana mereka berasal bagi tiap-tiap anggotanya.

Pudarnya Perjuangan HAM di Balik Panggung Selebrasi Kekuasaan Silatnas SMID-PRD

Dalam momen pertemuan yang telah berlangsung lebih dari 20 tahun, para peserta tak melewatkan kesempatan untuk merayakan pencapaian lima kader PRD yang kini menduduki posisi strategis sebagai Wakil Menteri (Wamen), sebuah selebrasi kebanggaan atas perjalanan politik mereka.

Di pembukaan acara, Ketua Panitia Pelaksana Silaturahmi Nasional (Silatnas), Jakobus Eko Kurniawan menyerukan kebanggaannya atas kontribusi kader PRD tersebut.

“Oleh karena itu, di dalam pertemuan Silatnas alumni SMID-PRD kali ini, kita boleh bersenang bahwa ada 5 kader PRD yang dipercayai wakil-wakil menteri,” ungkap Jakobus yang lebih akrab disapa Jek dalam sambutan pembukanya pada Jumat, (13/12).

Kegembiraan dan kesenangan merayakan kemenangan kader-kadernya masuk dan menjadi bagian pemerintahan diekspresikan melalui nyanyian dan tarian yang menggema di seluruh ruangan gedung.

Namun, di balik euforia tersebut, hal ini seharusnya menggugah kembali ingatan tentang isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang sejak dahulu hingga kini masih menjadi perjuangan yang belum usai, terutama mengenai bertambahnya catatan pelanggaran HAM dan penegakan HAM di Indonesia yang terus digerus.

Mengenai pelanggaran HAM tersebut, Jakobus menyampaikan bahwa pelanggaran HAM di Indonesia justru telah ditegakkan dengan baik oleh rezim sebelumnya, yakni pemerintahan Joko Widodo dengan peraturan presiden (perpres). 

“Dan yang sudah dilakukan oleh Pak Jokowi sudah bagus, sudah membuat Perpres tentang Perlindungan HAM dan saya yakin Pak Prabowo akan melakukan hal yang sama,” terang Jakobus.

Tak berhenti disitu, Wakil Menteri Komunikasi Digital, Nezar Patria, menyampaikan harapannya terkait penegakan HAM di Indonesia. Ia menegaskan pentingnya menciptakan penegakan HAM yang lebih baik di masa depan, dengan memastikan kekerasan HAM di masa lalu tidak terulang kembali.

“Tentu saja penegakan HAM kita harapkan menjadi lebih baik. Apa yang pernah terjadi di masa lalu, kekerasan terhadap hak asasi manusia itu tidak terjadi lagi di masa depan,” jawab Nezar kepada ASPIRASI pada Jumat malam, (13/12).

Namun berdasarkan riset yang telah dilakukan ASPIRASI, mengacu pada data Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontrasS) tahun 2024 dianggap menjadi tahun terburuk bagi penegakan HAM. 

Di samping pergantian rezim yang pernah terlibat dalam pelanggaran HAM di masa lalu, laporan dari KontraS sepanjang Desember 2023 hingga 2024 mencatat adanya 45 insiden pembunuhan di luar proses hukum yang menyebabkan 47 korban jiwa. Selain itu, terdapat 62 kasus penyiksaan dengan total 128 korban, serta 20 insiden penangkapan jurnalis yang mengakibatkan hampir 23 jurnalis mengalami luka-luka.

Menanggapi hal tersebut, ASPIRASI juga berupaya menemui dan meminta tanggapan Wakil Menteri HAM, Mugiyanto, yang juga merupakan korban penculikan pada tahun 1998 dan turut hadir dalam acara tersebut. Namun, Ia menolak untuk diwawancarai dan enggan memberikan komentar apa pun.

Transformasi Perjuangan Aktivis 98 dari Jalanan Menuju Kursi Parlementer

Hadirnya berbagai alumni aktivis 98 tentunya mengembalikan memori perjuangan panjang pada masa keruntuhan rezim orde baru. Namun, tak dapat dipungkiri dengan situasi dan kondisi yang saat ini berbeda tentunya merubah pula bentuk perjuangan  yang mereka lanjutkan.

Para tokoh yang dulunya lantang bersuara di jalan kini terduduk manis di kursi kekuasaan, mengemban tanggung jawab sebagai pejabat negara. Jika dahulu mereka bersatu untuk menumbangkan kekuasaan, kini perjuangan beralih pada upaya bagaimana merancang kebijakan yang tetap tertuju pada satu tuju mereka dulu.  

Nezar menegaskan, meskipun posisi dan kedudukan setiap anggota kini berbeda, namun dengan menyatukan keyakinan serta dengan terbukanya komunikasi kolaborasi, menjadi kunci utama dalam menjalankan agenda nasional sebagai bentuk pelanjutan perjuangan mereka.

“Mau ada di luar atau di dalam, yang penting ada komunikasinya, sehingga agenda nasional, agenda yang ingin kita lakukan bersama itu bisa kita kerjakan secara kolaboratif,” pungkas Nezar.

Hal senada dituturkan pula oleh Jakobus, bahwa memang bentuk pergerakannya kini telah berbeda. Dirinya mengandalkan peran dari alat politik itu tersendiri.

“Dulu kita dengan cara demonstrasi dan mungkin sekarang lebih banyak menggunakan alat-alat politik yang sudah disediakan secara terbuka. Parlemen atau mengajukan usul langsung terhadap presiden,” tutur Jakobus.

Jakobus juga menekankan bahwa meskipun metode perjuangan telah berubah, semangat dan tujuan dari perjuangan tersebut seharusnya tetap konsisten.

Transformasi ini menandai perubahan yang cukup kontras dengan perjalanan para alumni aktivis 98. Jika dulu mereka dikenal melalui perlawanan tegas terhadap pemerintahan, kini arah perjuangan mereka telah berubah, berbaur dengan kekuasaan dan melangkah bersama dalam kepentingan.

 

Foto : ASPIRASI/Khaila

Reporter : Azaliya & Khaila | Editor : Nabila Adelita

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *