Mimbar Bebas Kamisan, Kema UPNVJ Tolak Eksistensi Menwa
Gabungan massa mimbar bebas mengutarakan opini dalam orasinya yang dilakukan tepat berada di depan sekretariat Resimen Mahasiswa (Menwa) UPNVJ. Massa yang tergabung terdiri dari barisan BEM Universitas, MPM Universitas, BEM Fakultas dan Himpunan Mahasiswa.
Aspirasionline.com – Gelaran aksi yang dilakukan di hari Kamis, 19 September 2024 turut memasang spanduk bernarasi “September Hitam” yang menutupi pintu masuk sekretariat Menwa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ). Massa terlihat berkumpul di depan Sekretariat Menwa pada pukul 17.00 WIB dengan mengenakan pakaian serba hitam.
Nampak salah satu anggota Menwa yang sempat terjebak di dalam ruangan saat mimbar bebas berlangsung. Anggota tersebut baru dapat keluar ruangan 50 menit berselang dengan bantuan dari Satpam kampus tanpa memberikan keterangan apapun di hadapan massa.
Salah satu mahasiswa Fakultas Hukum, Bagas Wisnu yang tergabung dalam Aliansi UPNVJ Bergerak menyatakan bahwa aksi kamisan ini merupakan bentuk melawan lupa atas kejadian Menwa UPNVJ di tahun 2021.
“Tapi tentunya yang mau kita lakukan di sini adalah merawat ingatan kita sama-sama sih mas, kita juga agaknya nggak suka kalau misalnya ada UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dianakemaskan, salah satunya Menwa ini kan.” jelas Bagas kepada ASPIRASI pada Kamis, (19/9).
Selepas azan magrib berkumandang, massa berkumpul dan melakukan pembacaan tuntutan yang disuarakan oleh Bagas Wisnu.
Bagas menyebut, aksi yang dilakukan tersebut memiliki dua poin utama atas tuntutan yang dilayangkan. Dua poin yang dimaksud berkaitan dengan relevansi keberadaan Menwa dan adanya cacat administrasi.
“Itu tadi dua poin tuntutan itu soal relevansi, administrasi ke dalam kampus, sama soal cacat administratifnya Menwa,” ungkap Bagas.
Lebih lanjut, isi dari pembacaan tuntutan yang diwakilkan oleh Bagas antara lain mengenai relevansi militerisasi di ruang akademik, dimana praktik militerisasi Menwa bertentangan dengan nilai-nilai pendidikan modern yang demokratis nan humanis.
Selain itu, pembacaan tuntutan tersebut juga menyinggung soal cacatnya administrasi antara Menwa dan rektorat, ketika tidak adanya transparansi dari pihak rektorat, seperti nihilnya surat yang berkaitan atas pencabutan pembekuan organisasi Menwa.
Dalam aksi kamisan ini, Fadli Yudhistira, salah seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik menaruh harapan kepada pihak kampus atau penanggungjawab dari Menwa agar turun menemui massa aksi untuk memberikan keterangan.
“Kita berharapnya tuh memang ada salah satu lah, dari pihak rektorat atau at least yang bertanggung jawab atas UKM gitu, sebagai pembina atau apapun itu bisa nyamperin gitu,” ungkap Fadli kepada ASPIRASI pada Kamis, (19/9).
Terkait dengan berjalannya aksi ini, Fadli juga menyatakan bahwa pihak keamanan dan massa aksi cukup kooperatif.
“Kalau untuk durasi sih nggak ada, cuma paling yang mereka (pihak kampus) limit kan adalah soal lalu lalangnya kendaraan-kendaraan tuh, jangan sampai terhalang sama massa aksi dan itu juga bisa kita akomodir,” jelas Fadli.
Selepas dokumentasi dan pembacaan tuntutan pada pukul 18.30 WIB, massa berangsur-angsur membubarkan diri dengan tertib sembari dalam pantauan satpam.
Foto: Teuku Farrel.
Reporter: Teuku Farrel | Editor: Natasya Oktavia