Robertus Robet dan Dedikasinya Memperjuangkan Kebebasan Akademik

Tokoh

Robertus Robet, seorang dosen dan intelektual di Indonesia, telah mengukir jejak perjuangan dalam memperjuangkan kebebasan akademik di Indonesia.

Aspirasionline.com – Memasuki tahun ketujuh belas sejak Robertus Robet menjadi akademisi, ia masih terus aktif memperjuangkan kebebasan akademik di Indonesia dan telah menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam upaya menjaga integritas akademik dan mengedepankan kebenaran.

Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana sosiologi di Universitas Indonesia, Robet melanjutkan pendidikan pascasarjana di bidang studi sosial dan politik. Ia menempuh pendidikan lanjutan di University of Birmingham serta menulis berbagai makalah ilmiah dan buku mengenai hak asasi manusia, demokrasi, isu-isu sosial, dan kajian gender.

Sebagai seorang akademisi, pria yang saat ini aktif menjadi dosen tetap di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tersebut aktif menyuarakan kebebasan akademik di perguruan tinggi. Menurutnya, kampus memiliki peran penting dalam menyuarakan isu tersebut karena kampus merupakan basis dari kebebasan akademik yang mana kemampuan kritis dan daya rasionalitas diutamakan.

“Kebebasan akademik adalah jantung perguruan tinggi. Jadi kalau satu kampus kehilangan kebebasan akademik, udah pasti mati kampusnya,” ujar Robet saat diwawancarai ASPIRASI secara langsung di gedung FIS UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur pada Senin, (17/7).

Menurutnya, kebebasan akademik erat kaitannya dengan kebebasan berpendapat atau bersuara. Kebebasan akademik sebagai salah satu upaya pencarian kebenaran akademik membutuhkan kebebasan bersuara untuk dapat menyatakan dan menyuarakan kebenaran akademik.

“Jadi kebebasan berpendapat itu inherent dalam kebebasan akademik karena kalau tidak, bagaimana kebenaran dalam ilmiah bisa disampaikan tanpa kebebasan menyampaikan pendapat?” tambah Robet yang juga merupakan mantan Wakil Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) periode 1996-2003 tersebut.

Pria yang juga aktif menjadi anggota Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA) tersebut kemudian lanjut menjelaskan terkait perbedaan antara akademisi murni dengan kaum intelektual. 

Sebagai kaum intelektual, selain mempunyai pengetahuan mereka juga memiliki rasa untuk membawa dampak perubahan ke masyarakat, hal yang tidak dimiliki seorang akademisi murni. 

Kaum intelektual itu disebut intelek jika dia menggunakan pengetahuan sebagai jalan perubahan, tidak menggunakan uang atau kekuasaan. Dia menyandarkan diri pada pengetahuannya untuk mengubah keadaan,” ujar Robet tegas.

Menurutnya, dosen harusnya menjadi kaum intelektual yang berilmu dan bergairah dalam memberikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Robet menunjukkan bahwa peran dosen bukan hanya sebatas pengajar, tetapi juga sebagai agen perubahan yang berani berbicara demi keadilan dan kemajuan sosial.

Tanggung jawab moral kaum intelektual tidak boleh dibatasi secara steril di kampus semata,” jelas Robet.

Pandangan dan kritik tajam Robertus Robet terhadap beberapa kebijakan pemerintah dan isu-isu sosial di Indonesia telah membuatnya menjadi sosok kontroversial. Namun, ia tetap teguh pada keyakinannya bahwa sebagai seorang akademisi, tugasnya adalah menyuarakan kebenaran dan keadilan tanpa takut terhadap tekanan atau ancaman.

Robet menaruh kepercayaan kepada generasi muda dan percaya bahwa kemajuan demokrasi dan kemasyarakatan dapat tercapai dengan teori yang ia sebut ‘tridente’, yaitu gerakan mahasiswa, kaum intelektual, dan civil society.

“Tiga ini adalah pilar dari perubahan politik dan demokrasi Indonesia,” tutupnya.

 

Foto: suara.com.

Reporter: Maulana Ridhwan. | Editor: Vedro Imanuel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *