![](https://www.aspirasionline.com/wp-content/uploads/2021/07/roymurtadho.jpg)
Kontribusi Roy Murthado Melalui Pesantren Berbasis Ekologi
Pendidikan adalah akar yang menyokong gagasan dan aksi gemilang para generasi penerus bangsa dalam mengentaskan permasalahan ibu pertiwi. Maka dari itu, pendidikan harus mencakup isu-isu kehidupan yang aktual, termasuk isu lingkungan.
Aspirasionline.com — Di abad ke-21 yang pincang ini, umat manusia dihadapkan pada persoalan yang semakin pelik. Terlihat ketidakadilan dan kerusakan terjadi dimana-mana. Krisis kapitalisme menyeruak, melahirkan krisis-krisis lainnya. Mulai dari krisis kemanusiaan hingga krisis lingkungan.
Berangkat dari keresahan tentang persoalan konservatisme beragama dan krisis lingkungan, Roy Murthado mendirikan sebuah pesantren ekologi bersama istrinya. Pesantren ekologi yang terletak di bilangan Bubulak, Bogor itu bernama Pesantren Misykat al-Anwar.
Pesantren ini bermula dari kelompok belajar etika politik “Kejar Etik” yang kemudian vakum. Roy lalu berinisiatif untuk mendirikan sebuah pesantren yang menekankan pada aspek ekologi.
“Nah, setelah itu vakum. Lalu saya lanjutkan saja bikin pesantren, tapi temanya ekologi,” jelas Roy kepada Aspirasi (19/06).
Berdirinya pesantren ekologi ini disambut baik oleh masyarakat sekitar. Masyarakat mengaku senang karena anak-anak dapat belajar di sana. Namun, karena Roy kerap kedatangan tamu lintas agama, tak jarang ada beberapa masyarakat yang khawatir akan terjadinya kristenisasi di wilayah pesantren.
Pendidikan Tak Pandang Bulu di Pesantren Ekologi
Berbeda dengan yayasan pendidikan lainnya, di Pesantren Ekologi Misykat al-Anwar, tidak terdapat guru. Alih-alih guru, pesantren ini memiliki pendamping belajar untuk memastikan tiap murid mendapat ilmu yang dibutuhkan.
Roy juga menuturkan, bahwa siapapun dapat belajar di pesantren ekologi ini. Terlepas dari agama apa yang dianutnya dan keterbatasan fisik yang dimilikinya.
“Selama kami bisa memfasilitasi, semuanya boleh masuk (sekolah) di sini, dengan satu syarat: mereka punya niat dan mau belajar apa itu solidaritas sosial,” kata pria kelahiran Jombang ini.
Untuk saat ini, Pesantren Ekologi Misykat al-Anwar menyediakan pendidikan bagi murid setara Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Roy juga mengungkapkan, bahwa ia akan membuka pendaftaran pesantren bagi para mahasiswa di tahun depan.
“Tahun depan kami mau (membuka) juga untuk mahasiswa, karena lokasinya (pesantren) dekat dengan IPB, kan,” tuturnya.
Perihal keuangan pesantren, Roy saat ini menerapkan sistem subsidi silang. Dengan begitu, semua anak dari berbagai kelas sosial bisa mengakses pendidikan dengan layak.
Hambatan Pesantren di Tengah Masyarakat
Bukannya tanpa hambatan, Roy kerap kali mengalami kesulitan selama Pesantren Ekologi Misykat al-Anwar terbentuk. Pertama, terkait pandangan masyarakat tentang pesantren yang terkesan kaku. Ini membuat pesantren ekologi yang didirikan Roy tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat pada umumnya.
“Iya, tadi ekspektasi masyarakat bayangin pesantren itu belajar agama itu kaku, gitu ya. Setiap hari ngaji terus. Seolah-olah menanam itu enggak mengaji, gitu,” ujar Roy.
Hambatan yang lain, sekaligus yang paling utama adalah soal keuangan. Belum ada lembaga keuangan yang cukup mapan di pesantren ekologi ini. Sehingga jika dilihat dari segi finansial, rugi lebih besar dibanding laba yang ada.
Dengan berdirinya Pesantren Ekologi Misykat al-Anwar, Roy berharap dapat memberikan kontribusi bagi arah pendidikan di Indonesia kedepannya, terutama bagi kaum papa. Kaum papa inilah yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi korban dari sistem yang dominan saat ini, kita biasa menyebutnya kapitalisme.
Reporter: Natasya Anggraeni | Editor: Adhiva Windra