Surga Tersembunyi ditengah Pemukiman Elit
Ditengah pembangunan gedung tinggi dan berbagai macam perumahan elite di Ibu kota, masih terdapat taman wisata alam yang tersembunyi. Salah satunya ialah Taman Wisata Alam Angke Kapuk yang berada di kawasan Kamal Muara, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Aspirasionline.com – Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk ini dibangun pada tahun 2000 dan telah diresmikan pada tahun 2012 oleh Presiden ke—6 RI yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Taman wisata alam ini berdiri di lahan seluas 99,82 Ha milik Kehutanan dan dikelola oleh PT. Murindra Karya Lestari yang dimiliki oleh Sri. L. Murniwati Harahap. Taman wisata alam ini merupakan kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata alam dan berpusat pada pengembangan Ecotourism.
Kawasan ini merupakan tipe lahan basah yang di dominasi vegetasi utama yaitu pohon mangrove. Sebelum dibangun menjadi kawasan taman wisata alam, lahan ini merupakan tambak para nelayan, lalu pemilik sekaligus penggagas taman wisata alam ini menyewa lahan tersebut untuk dijadikan sebagai Taman Wisata Alam, meskipun harus beradu argument dengan nelayan. “Awalnya memang sempat beradu argument dengan para nelayan dikarenakan tambak ini merupakan lahan rezeki bagi mereka. Namun setelah diberikan kejelasan, akhirnya para nelayan memberikan izin kepada pihak kami untuk mendirikan taman wisata alam ini, “ ujar Teguh selaku pengelola TWA ini.
Taman wisata alam Angke Kapuk atau yang biasa dikenal dengan Hutan Mangrove ini memiliki berbagai macam fasilitas. Dengan membayar Rp 25.000,00/orang untuk Warga Negara Indonesia(WNI) dan Rp 250.000,00/orang untuk Warga Negara Asing (WNA), para wisatawan dapat menikmati kawasan ini.
Selain menikmati suasana hutan mangrove, pengunjung juga dapat menikmati wisata air. Diantaranya dengan menaiki perahu, kano, dan perahu dayung untuk berkeliling danau selama kurang lebih 45 menit. Harga yang ditawarkan untuk perahu ialah Rp 300.000,00/6 orang /perahu serta Rp 400.000,00/8 orang/perahu. Sedangkan harga yang ditawarkan untuk kano dan perahu dayung ialah Rp 100.000,00. Selain itu pengunjung juga dapat melihat aneka macam satwa liar diantaranya biawak dan burung — burung langka didalam goa yang dilewati saat berkeliling danau.
Di taman wisata alam ini ditawarkan pula fasilitas penanaman pohon mangrove bagi para pengunjung. Untuk harga yang ditawarkan ada 2 jenis, yakni Rp 150.000,00 untuk penanaman bibit tanpa papan nama dan Rp 500.000,00 untuk penanaman bibit dengan papan nama. Perbedaan harga ini terletak pada penggunaan papan nama. Untuk penanaman bibit dengan papan nama, pengunjung dapat menuliskan nama sekolah atau instansinya diatas papan nama tersebut lalu diletakkan disamping bibit mangrove yang telah ditanam. Untuk proses penanamannya, pengunjung dibimbing oleh pihak TWA dan tempat untuk penanamannya ditentukan oleh pihak TWA agar tidak berhimpitan.
Berbagai jenis penginapan juga ditawarkan disini, diantaranya ialah camping ground (rumah tenda) dan berbagai macam tipe villa yang berada diatas air maupun di darat. Bahan yang digunakan untuk bangunan penginapan ini aialah kayu merbau yang tahan air. “Kayu merbau ini semakin terkena air maka dia akan semakin kokoh,” ujar lelaki kelahiran Banyumas itu. Harga yang ditawarkan untuk rumah tenda di darat ialah Rp 300.000,00/2 orang/ rumah tenda/malam dengan kamar mandi diluar, makan pagi, namun tanpa AC. Rumah tenda diatas air memiiki 2 jenis harga yang berbeda yakni Rp 450.000,00/2 orang/rumah tenda/malam dengan fasilitas kamar mandi diluar, makan pagi, tanpa AC serta Rp 600.000,00/2 orang/rumah tenda/malam dengan fasilitas kamar mandi diluar, makan pagi, dan dengan menggunakan AC.
Selain camping ground, ada pula berbagai macam villa dengan berbagai macam harga yang ditawarkan di taman wisata alam ini. diantaranya Villa Pondok Alam Rhizophora seharga Rp 1.300.000,00/malam dengan fasilitas 2 kamar tidur, 1 kamar mandi shower, ruangan ber-AC, serta makan pagi (untuk 4 orang). Kemudian ada pua Villa Pondok Alam Avicennia seharga Rp 1.500.000,00/malam dengan fasilitas 2 yang sama dengan Villa Pondok Alam Rhizopora namun villa jenis ini memiliki ruangan yang lebih luas. Lalu ada pula berbagai macam villa yang lebih luas untuk 6- 8 orang dengan fasilitas yang hampir sama kecuali jumlah kamar.
Para pengunjung yang datang ke kawasan ini berasal dari berbagai daerah. “Biasanya pengunjung yang datang itu dari luar daerah sini, justru yang di sekitar sini masih belum semuanya tau kalau disini itu kawasan taman wisata alam karena dari luar memang hanya terlihat seperti hutan,” tambah lelaki kelahiran tahun 1993 itu.
Pihak taman wisata alam ini berharap untuk kedepannya ialah para pengunjung dapat membantu pihak pengelola kawasan ini dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, karena salah satu penyebab kerusakan dan kematian pohon mangrove adalah sampah. Jika tanaman mangrove terkena sampah, maka tanaman mangrove tersebut dapat kering lalu mati. Selain itu pihak pengelola juga berencana akan membuat arena bermain di kawasan ini. “ mungkin untuk kedepannya akan ditambahkan fasilitas lain seperti kawasan bermain untuk anak, namun untuk perluasan wilayahnya tidak kam lakukan karena memang sudah sesuai dengan ukuran lahan yang di sewa,” tutup Teguh.
Reporter: Syafira Mg. |Editor: Deden