Ketimpangan Fasilitas Antar Kampus, Mahasiswa Limo Keluhkan Kantin dan Lahan Parkir
Meskipun di bawah naungan yang sama dengan Kampus Pondok Labu. Nyatanya ketimpangan masih terjadi pada sarana dan prasarana di Kampus Limo yang cukup signifikan.
Aspirasionline.com – Sudah bukan hal yang asing lagi untuk didengar bahwa lokasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) yang terletak di Pondok Labu, merupakan kampus utama. Namun, selain berlokasi di Pondok Labu, terdapat kampus kedua UPNVJ yang berlokasi di Limo, Cinere.
Reporter ASPIRASI menyempatkan waktu untuk datang dan melihat secara langsung keadaan Kampus UPNVJ Limo. Jika dilihat dari luas bangunan dan lahan yang ada, Kampus Pondok Labu memang jauh lebih luas dan besar jika dibandingkan dengan Kampus Limo yang lahannya masih terbilang sangat terbatas.
Akbar Aji Nugraha, salah satu mahasiswa Teknik Industri yang telah merasakan pembelajaran secara offline beberapa kali di Kampus Limo, beranggapan bahwa masih ada ketimpangan antara kedua kampus UPNVJ, yaitu Kampus Pondok Labu dan Kampus Limo.
“Untuk ketimpangan sih pasti ada ya, karena di Pondok Labu kan lebih terpusat jadi ibaratnya kayak inovasi aja tadi kan di Limo juga belum,” keluh Aji saat diwawancarai ASPIRASI pada Jumat (15/4).
Hal senada juga dilontarkan oleh Bunga Anisa Abubakar, mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) yang menempati Kampus Limo. Menurutnya, wajar bagi Kampus Pondok Labu yang menjadi pusat UPNVJ memiliki fasilitas lebih baik dari kampusnya. Namun, terkadang ia dan teman-temanya ingin merasakan adanya kesetaraan fasilitas di antara dua kampus tersebut.
“Yang kita bayar (Uang Kuliah Tunggal, red.) di Limo sama di Ponlab (Pondok Labu, red) kan sama, tapi fasilitas yang didapatkan anak FIKES nggak seenak ataupun nggak sebagus anak Ponlab, itu sih yang menjadi ketimpangan menurut aku ya,” ujar Bunga pada ASPIRASI, Senin (18/4).
Di lain pihak, Sargi Br. Ginting, Wakil Dekan II Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Teknik (FT) merasa sebetulnya tidak ada ketimpangan antara Kampus Pondok Labu dengan Kampus Limo. Menurutnya wajar Kampus Pondok Labu sebagai pusat UPNVJ lebih berkembang, bahkan dalam beberapa sisi ia menganggap masih perlu ada peningkatan fasilitas di Kampus Pondok Labu.
“Kalau saya tidak melihat ketimpangan ya. Karena kan memang awalnya berpusat di Kampus Pondok Labu dan semuanya harus berkembang, dan menurut saya Kampus Pondok Labu itu masih perlu ditingkatkan lagi fasilitas lainnya,” katanya saat ditemui ASPIRASI di ruangannya pada Kamis (21/4).
Menengok Kampus Pondok Labu Sebagai Pusat UPNVJ
Dikenal dengan kampus utama yang mencakup lebih banyak fakultas, Kampus UPNVJ Pondok Labu terbilang telah memiliki fasilitas yang cukup memadai. Segala kegiatan diluar perkuliahan juga lebih sering diselenggarakan di kampus tersebut.
Lahan parkir yang disediakan di Kampus Pondok Labu juga sudah cukup menampung para mahasiswa, hal ini sejalan dengan pandangan salah satu mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Mei Tyas Cindy Putriyanti.
“Untuk lahan parkir si buat aku sudah cukup dan tergolong luas,” tutur perempuan yang akrab dipanggil Cindy ini pada ASPIRASI, Minggu (17/4).
Sedikit berbeda dengan Cindy, Sahnaz Natasya, Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) beranggapan bahwa meskipun sudah cukup memadai. Namun, masih diperlukan adanya perluasan untuk lahan parkir di Kampus Pondok Labu.
“Menurut saya, untuk lahan parkir sudah cukup memadai. Namun untuk kedepannya saya harap ada perluasan untuk lahan parkir,” ketik Sahnaz ketika dihubungi oleh ASPIRASI via Line Chat, Kamis (21/4).
Di sisi lain, Cindy justru mengeluhkan mengenai keadaan fasilitas pendukung pembelajaran seperti bangku dan proyektor. Termasuk yang menjadi poin kritik utamanya terkait laboratorium komputer.
“Dari segi lab komputer, cepat diperbaiki atau diganti ya karena mengganggu pembelajaran,” tutur Cindy.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan UPNVJ, Prasetyo Hadi dalam wawancaranya bersama ASPIRASI pada Selasa (24/5), mengungkapkan bahwa pihak kampus akan melanjutkan proyek pembangunan gedung parkir Kampus Pondok Labu yang sempat mangkrak karena belum mendapat izin.
“Sekarang sudah diizinkan dalam waktu dekat, kami sudah merencanakan untuk diteruskan (pembangunan gedung parkir, red.), disitu jadi tiga atau empat lantai,,” ungkap Prasetyo.
Kemudian hal-hal terkait dengan fasilitas pendukung pembelajaran seperti yang dikeluhkan oleh Cindy tersebut, menurut Prasetyo sendiri sudah diupayakan oleh pihak kampus. Termasuk salah satunya penyediaan Smart TV.
“Kalo yang dia (mahasiswa, red.) keluhkan tentang proses pembelajaran, kita sudah upayakan. Nanti sebentar lagi akan mengganti sarana dan prasarana LCD itu dengan Smart TV,” jelasnya kala itu.
Prasetyo juga menambahkan bahwa akan ada rencana pembangunan gedung UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di belakang gedung Fakultas Ilmu Komputer (FIK). Dimana nantinya seluruh UKM akan disatukan dalam satu gedung yang sama, yang diharapkan pihak kampus dapat menciptakan keharmonisan antara UKM yang satu dengan yang lainnya.
Keluhan Masih Terdengar di Kampus Limo
Kampus Limo yang tadinya hanya dihuni oleh FT dan FIKES kini tengah kedatangan tamu baru. Hal ini setelah FK melebarkan sayapnya di Limo dengan pembangunan gedung delapan lantai.
Sri Wahyuningsih sebagai Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan FK menuturkan bahwa gedung ini adalah fasilitas yang dikembangkan untuk layanan umum, pendidikan, dan juga penelitian.
“Kami bersyukur ya ada pembangunan di Limo, dan ini kami manfaatkan dan Alhamdulillah Pak Dekan visioner juga gitu ya, dikembangkan untuk layanan umum, penelitian, dan pendidikan juga,” ungkap Sri saat diwawancarai ASPIRASI pada Rabu (20/4).
Gedung tersebut nyatanya selain digunakan oleh FK, tetapi juga dimanfaatkan oleh FIKES. Namun, gedung tersebut dibangun dengan mengorbankan lahan kantin yang tadinya ada di Kampus Limo.
Menurut Sri sendiri, pembangunan gedung tersebut merupakan tindak lanjut dari dana hibah yang diterima oleh FK. Yang kemudian oleh pihak rektorat memutuskan untuk membangunnya di area lahan kantin,
“Ya pasti kan ada yang dikorbankan, karena kalau kita mau bangun di lahan orang kan ga mungkin juga kan gitu,” lanjut Sri.
Hal tersebut kemudian diamini oleh Prasetyo. Kantin memang terpaksa belum diadakan sebab lahannya akan dipergunakan untuk pembangunan gedung yang menampung laboratorium, tempat perkuliahan, ataupun perpustakaan.
“Di tanah (kantin, red.) itulah yang paling memungkinkan karena tanah itu sudah milik Kemendikbud yang dikelola oleh UPN. Tanah yang lain, pada waktu itu masih belum sepenuhnya milik UPN atau milik Kemendikbud, masih tercatat di Kemhan,” tutur Prasetyo.
Ikut menambahkan, Sargi beranggapan pembangunan gedung FK di Kampus Limo sudah sesuai kebutuhan, mengingat FK menjadi andalan UPNVJ yang kini telah berstatus Badan Layanan Umum (BLU). Ia juga menyangkal pernyataan mengenai perlakuan khusus yang diberikan kepada FK.
“Kalau FK berkembang, kita juga semua (fakultas, red.) kan akan ikut merasakan, kan UPN ini semuanya satu naungan ya satu payung,” tambahnya.
Sayangnya, ketiadaan fasilitas kantin di Kampus Limo cukup memberatkan bagi sebagian besar mahasiswa. Untuk mengisi kekosongan perut di sela-sela perkuliahan, mahasiswa seperti Aji harus mencari makanan di luar kampus.
“Ibaratnya kita keluar itu makannya di warteg, walaupun wartegnya deket cuma itukan untuk umum ya, bukan khusus untuk (mahasiswa, red.) UPN,” kata Aji.
Beralih pada keluhan lain terkait lahan parkir di Kampus Limo, mahasiswa merasa fasilitas parkiran yang disediakan masih kurang memadai. Alih-alih parkir di dalam lingkungan kampus, mahasiswa mesti menaruh kendaraannya di samping gedung FIKES, tepatnya di lingkungan warga sekitar.
“Lahan parkirnya tuh ga proper untuk motor dan mobil karena lahannya masih tanah gitu, jadi kalau misalkan kita masuk kuliah di kondisi hujan atau setelah hujan, itu biasanya kayak lepek gitu,” tambah Aji.
Hal itu sendiri menurut mahasiswa memiliki perbandingan yang jauh dengan lahan parkir yang ada di Kampus Limo. Bahkan, mahasiswa juga mengeluhkan terkait masalah biaya parkir yang terbilang cukup mahal untuk standar mahasiswa. Walaupun kemudian setelah negosiasi, akhirnya ada penyesuaian tarif parkir.
Menurut pengakuan Koordinator Umum Hukum dan Tata Laksana Barang Milik Negara Biro Umum dan Keuangan UPNVJ, Cahyo Trijati lahan parkir tersebut merupakan hasil kerja sama dengan Forum Pemuda Limo. Bahkan, Cahyo juga berpendapat bahwa adanya kerjasama dengan Forum Pemuda Limo tersebut dapat memberikan nilai positif.
“Kaitannya dengan tri dharma yaitu suatu pengabdian juga bisa dikatakan, artinya bahwa kita memiliki kontribusi (penghasilan, red.) terhadap (warga, red.) lingkungan setempat,” jelas Cahyo pada ASPIRASI yang kala itu ikut hadir menemani Prasetyo ketika melakukan wawancara.
Di akhir kesempatan, Prasetyo juga kembali menegaskan bahwa adanya ketimpangan fasilitas yang mungkin terjadi antara Kampus Pondok Labu dengan Kampus Limo bukanlah sebuah kesengajaan. Hal tersebut lebih karena keterpaksaan yang membuat pihak kampus tidak leluasa untuk bergerak.
“Bukan berarti kami (rektorat, red.) membeda-bedakan, itu semua rumah kita, cuma ada kondisi yang memaksa kita untuk tidak terlalu leluasa bergerak, karena memang ada kendala-kendala,” tegas Prasetyo.
Reporter : Nayla Shabrina, Teuku Farrel | Editor : Ryan Sukmo