Potensi Inflasi Akibat Kenaikan Harga Barang dan Bahan Bakar

Forum Akademika

Fenomena kenaikan harga barang dan kebutuhan pokok di kala ramadhan atau hari raya seperti menjadi fenomena tahunan. Hal itu juga berpotensi menyebabkan inflasi serta disinyalir masih terkait dengan inflasi Rusia ke Ukraina.

Aspirasionline.com – Belakangan waktu lalu terjadi kenaikan harga beberapa komoditas barang kebutuhan masyarakat. Sebut saja Bahan Bakar Minyak (BBM), minyak, gula, beras, dan beberapa barang kebutuhan lainnya. Kenaikan harga tersebut membuat masyarakat khawatir. Pasalnya, kenaikan tersebut terjadi secara bersamaan.

Fenomena kenaikan harga seperti ini terus terjadi layaknya membentuk sebuah pola tahunan. Pola tahunan kenaikan harga tersebut dapat dipastikan terus terjadi menjelang hari raya besar keagamaan atau pergantian tahun.

Terhitung sejak masa awal pandemi Covid-19, harga bahan pokok di pasaran mulai meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh permintaan akan barang menjadi meningkat sedangkan persediaannya terbatasl.

Menurut Dosen Perekonomian Indonesia, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ), Maria Bernadette Nani Ariani, kenaikan harga yang terjadi saat ini dikarenakan adanya kekurangan persediaan sehingga penawaran berkurang, hal ini menyebabkan harga naik.

“Kalau permintaannya tetap, hanya persediaannya, hanya penawarannya kurang, sehingga harga akan mengalami kenaikan,” jelasnya kepada ASPIRASI, Jumat (8/4).

Saat itu masyarakat Indonesia mengalami panic buying yang menyebabkan masyarakat menimbun bahan pokok untuk jangka waktu lama sehingga membuat persediaan akan barang tersebut menjadi lebih kecil.

Menanggapi fenomena kenaikan harga barang dan bahan bakar ini, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPNVJ M. Chairil Akbar Setiawan juga menyampaikan harpannya. Dia  berharap pemerintah bisa lebih tegas dan berani menindak orang-orang yang terlibat dengan penimbunan maupun melakukan monopoli.

“Nah itu menjadi PR (Pekerjaan Rumah, red.) terbesar pemerintah karena bisa jadi hal-hal seperti ini terus berlangsung karena pemerintah tidak tegas, bahkan yang lebih buruk bisa jadi ada oknum dalam pemerintahan,” jawab Chairil kepada ASPIRASI.

Inflasi Disebabkan Konflik Negara Lain

Belum usai permasalahan mengenai pemulihan ekonomi di masa pandemi, ekonomi dunia kembali mengalami tekanan dikarenakan konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Konflik tersebut berdampak pada perkembangan perekonomian dunia yang mengakibatkan terjadinya kenaikan harga, seperti harga bahan pangan dan sumber energi.

Chairil menyebutkan bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina secara tidak langsung berimbas pada perekonomian dunia. Misalnya kenaikan harga minyak dunia yang berimbas pada negara lain, termasuk Indonesia.

“Kalau kita (Indonesia, red.) banyak mengimpor artinya kita harus membeli dari luar, kalau di luar itu harganya naik, tentu kita harus membeli dengan harga yang lebih mahal dan itu mempengaruhi anggaran negara,” jelasnya kepada ASPIRASI, Rabu (20/04).

Lebih lanjut, menurut Chairil terjadinya inflasi di negara lain tidak serta-merta langsung berpengaruh terhadap Indonesia. Hal itu karena inflasi di satu negara belum tentu sama dengan inflasi di negara lain, tergantung fondasi dan juga kondisi ekonomi di negara tersebut.

“Kalau kedua negara bertetangga itu tidak saling bergantung, tidak terlalu saling bergantung satu sama lain, maka inflasi satu negara itu belum tentu mempengaruhi inflasi atau kondisi ekonomi di negara tetangganya,” lanjut Chairil menjelaskan.

Inflasi sendiri juga terjadi akibat adanya konsumsi dari masyarakat yang tidak diimbangi dengan kemampuannya. Misalnya beberapa waktu lalu, masyarakat berbondong-bondong membeli minyak dengan jumlah yang banyak sehingga harga minyak menjadi semakin naik.

Guna mengatasi inflasi, Nani berpendapat pemerintah pusat maupun daerah harus membuat tim penanggulangan inflasi yang bertugas memantau harga di pusat maupun di daerah. Namun, kinerja dari tim ini masih belum memuaskan, karena adanya kekurangan informasi yang membuat masyarakat khawatir dan menimbulkan panic buying.

“Masyarakat perlu diedukasi, tenang-tenang persediaan pasti ada gitu, tapi kepastian dari pemerintah harus benar-benar pasti,” tutur Nani.

Ia juga berharap bahwa masyarakat dapat lebih tenang dan tidak panic buying jika menghadapi kenaikan harga, karena hal ini dapat memperparah kenaikan harga dan inflasi.

Ilustrasi  : Alfianti Mg.

Reporter : Alfianti Mg., Marsha Mg. | Editor : Marsya Aulia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *