UPNVJ Siapkan Sistem Blended Learning Menjelang Perkuliahan Tatap Muka
Dalam merespons wacana pelaksanaan pembelajaran tatap muka di awal tahun 2021, pihak rektorat UPNVJ hendak menerapkan sistem blended learning untuk meminimalisir penyebaran Covid-19.
Aspirasionline.com- Pada November lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim secara resmi mengizinkan lembaga pendidikan untuk kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka mulai awal tahun 2021. Hal ini memantik pihak UPNVJ untuk memetakan berbagai persiapan agar dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang optimal dan sesuai protokol kesehatan.
Wakil Rektor (Warek) 1 Bidang Akademik, Anter Venus mengatakan bahwa UPNVJ juga akan mengikuti kebijakan Kemendikbud. Lantaran tataran implementasinya diserahkan kepada masing-masing universitas, Venus mengaku bahwa penerapan kebijakan ini bukanlah perkara ringan. Ia mengatakan bahwa saat ini pihak universitas sedang menyiapkan perencanaan sistem blended learning, yaitu memadukan antara kuliah online dan offline.
“50 persen dari 40 orang, nomor genap misalnya hadir hari ini, minggu ini. Nomor ganjil minggu besok,” jelas Venus.
Venus tidak menutup kemungkinan nantinya dosen di depan kelas juga terhubung dengan aplikasi video conference Zoom, sehingga mereka yang kuliah di rumah tetap bisa mengikuti proses perkuliahan. Sejak pertengahan tahun 2020, kata Venus, pihak UPNVJ memang sudah mengkaji proses perkuliahan secara tatap muka bagi beberapa program studi (program studi). Hal ini dilakukan karena mempertimbangkan berbagai macam aspek kegiatan pembelajaran, misalnya praktikum yang dilakukan oleh beberapa prodi seperti kedokteran, teknik, fisioterapi, dan lain-lain yang memerlukan kehadiran laboratorium.
“Implementasinya sendiri harus memenuhi standar protokol kesehatan,” tegas Venus.
Venus menegaskan bahwa UPNVJ juga mulai mengukur kapasitas ruangan, mengukur jaga jarak minimal 1 meter, shift waktu, setting bangku, bahkan sampai penghitungan sirkulasi udara untuk memastikan tidak ada siklus udara yang macet sehingga memicu terjadinya pertukaran virus.
Venus memastikan bahwa pelaksanaan teknis di lapangan sudah mencapai angkanya 50 persen. Sementara, 50 persen lainnya adalah perencanaan. Perencanaan tersebut meliputi regulasi dan fasilitas protokol kesehatan.
“Fasilitas ini antara lain, thermogun, sabun, dan lain-lain. Nanti setiap pergantian kelas akan ada selang waktu yang digunakan untuk sterilisasi,” ungkap Venus.
Venus menekankan bahwa persiapan pembelajaran tatap muka tidaklah mudah. Maka dari itu, ia mengatakan juga dibutuhkan kedisiplinan mahasiswa. “Jika mahasiswa disiplin, seperti tidak bergerombol dan sebagainya, maka akan lebih memudahkan,” jelas Venus.
Wacana pemberlakuan kuliah tatap muka ini tak hanya disambut baik oleh pihak kampus, tetapi juga oleh mahasiswa. Michaela Cova Kamaratih, mahasiswa Fakultas Hukum mengatakan bahwa kuliah tatap muka lebih efektif dilaksanakan karena lebih lancar.
“Kalau secara online kan banyak kendalanya, kayak sinyal. Kalau lagi hujan sinyalnya jelek, sering keluar sendiri pas dari Zoom-nya,” keluh Michaela.
Michaela juga menganggap, pelaksanaan kuliah secara offline memudahkan mahasiswanya untuk berinteraksi langsung dengan dosen dan teman-temannya. “Jadi pemahamannya juga gak terhalang sama masalah putus-putus karena sinyal,” tambah Michaela.
Kendati demikian, ia juga merasa khawatir akan penyebaran Covid-19 yang meluas. “Kalau saya mau bilang sih pesiapan saya 80 persen, karena jujur aja saya masih takut kalau berkumpul sama orang yang banyak banget,” kata Michaela.
Ardya Ratna Dewayani, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) juga berpendapat bahwa kuliah tatap muka adalah kebijakan yang cepat atau lambat akan dilaksanakan. Ia sendiri juga tidak masalah jika kebijakan tersebut dilaksanakan. Untuk kesiapan sendiri, Ardya mengatakan bahwa dari skala 1-10, ia memberikan angka 8.
“Aku sendiri ngasih angka 8 itu karena aku ngeliat sekarang kan udah mulai new normal, nih. Orang-orang juga udah mulai banyak yang ke kantor, banyak yang mulai ke tempat kerjanya, gitu. Jadi kalau kita, pelajar-pelajar juga udah mulai bisa ke tempat sekolah kita, universitas kita, itu gak masalah,” ucap Ardya.
Reporter: Ramos Mg, Ryan Mg | Editor: Dilla Andieni.