Program Trash Bank UPNVJ, Terobosan Mahasiswa FEB Berdayakan Lingkungan
Dengan Trash Bank UPNVJ, mahasiswa bisa menyulap sampah-sampah yang sebelumnya tak bernilai menjadi punya nilai tukar uang. Sebuah kontribusi kepada lingkungan, sosial, dan bidang kewirausahaan.
Aghnia Yolanda meyambut ASPIRASI dengan akrab ketika ditemui di stan Trash Bank, selasar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ). Stan ini dibuka mulai Rabu, 26 Juni sampai Jumat, 28 Juni 2019. Namun, Aghnia Yolanda mengatakan, jika antusiasme mahasiswa tinggi untuk menabung sampah maka Trash Bank UPNVJ akan dibuka kembali setelah periode tersebut.
Mahasiswi yang kerap disapa Yola ini menekankan bahwa mereka ingin menumbuhkan jiwa sosial yang dibangun lewat program ini. “Jadi usaha kami itu tidak hanya masalah lingkungan dan kewirausahaan, tapi juga jiwa sosialnya. Ada kontribusinya juga terhadap UPN. Memang tidak akan sebanyak yang diinginkan tapi yang penting ada kontribusinya dibidang lingkungan, sosial, dan kewirausahaannya,” jelas Yola kepada ASPIRASI, Rabu (26/6).
Yola menjelaskan, mahasiswa dapat mendaftarkan diri mereka untuk menabung di Trash Bank UPNVJ di stan. Kemudian calon nasabah bank sampah ini akan didata dan mendapatkan buku tabungan. Proses selanjutnya, si nasabah bisa membawa sampah mereka ke stan Trash Bank UPNVJ. Sampah yang telah diserahkan pada pihak bank sampah ini akan ditampung terlebih dahulu di rumah indekos milik Yola untuk kemudian dijual ke pengepul. Hasil dari penjualan tersebut kemudian dicatat ke dalam buku tabungan mahasiswa.
Hingga sekarang sosialisasi yang sudah dilakukan Trash Bank UPNVJ adalah dengan memanfaatkan publikasi lewat media sosial. Yola mengungkapkan bahwa sosialisasi untuk sementara ini hanya berfokus dalam lingkup FEB UPNVJ. “Karena memang di FEB ini juga kami masih kesulitan, jujur. Tapi insya Allah kalau kami terus optimis dan berjuang, kita bisa ke seluruh fakultas. Karena emang tujuan kita itu emang masyarakat UPNVJ seluruhnya,” katanya.
Yola merupakan penggagas awal dari ide bank sampah atau Trash Bank tersebut. Kemudian, ia dan teman-temannya Devi Nabila, Prita Mahar, Jehan Putri, dan Elsa Rahmadhanti mengajukan konsep Trash Bank ini sebagai tema PKM kepada pihak fakultas. Sebab, di FEB, salah satu syarat kelulusannya adalah menyelesaikan PKM. Dari sinilah Program Trash Bank itu berawal.
Program Kreatifitas Mahasiswa merupakan suatu wadah yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Belmawa Kemenristekdikti) dalam memfasilitasi potensi yang dimiliki mahasiswa Indonesia dalam mengkaji, mengembangkan, dan menerapkan ilmu dan teknologi kepada masyarakat luas.
Tidak semulus yang diperkirakan, selama proses pembuatan PKM ini Yola dan tim mengalami beberapa kendala mulai dari pengajuan tema hingga akhirnya diterima oleh Kemenristekdikti. Salah satunya terkait pendanaaan.
Pasalnya, dana yang mereka terima tidak sesuai dengan rancangan anggaran yang telah mereka buat diproposal. Dalam proposal, dana yang dibutuhkan sebesar enam juta rupiah untuk menjalankan program ini, namun yang diterimanya hanya sebesar lima juta rupiah.
“Mungkin dari belmawa ristekdiktinya saat melihat proposal kami, mereka mengira-ngira ‘ah sepertinya enam juta rupiah tuh terlalu banyak’, jadilah lima juta rupiah. Itu kan urusan mereka. Ya, Alhamdulillah aja ini sudah lolos,” ujar mahasiswi kelahiran 1998 itu.
Menanggapi hal tersebut, dosen pembimbing mereka, Dienni Ruhjatini menjelaskan bahwa hal tersebut wajar saja terjadi. “Jadi tidak seratus persen apa yang kita ajukan akan turun segitu. Umumnya mungkin karena mereka meninjau lagi, ‘oh ini kayaknya sekian aja cukup’, mungkin seperti itu,” kata Dienni kepada ASPIRASI, Rabu, (26/6) lalu. Alasan pemangkasan dana tersebut, kata Dienni, juga bertujuan untuk menilai keefisienan dari anggaran yang diajukan.
Setelah PKM yang diajukan Yola dan tim disetujui oleh Belmawa Ristekdikti pada 29 Maret 2019, mereka lantas mempersiapkan kebutuhannya untuk melaksanakan program bank sampah ini, yaitu perlengkapan-perlengkapan seperti buku tabungan, brosur, dan banner untuk membuka stand. Setelah melalui perizinan, stand bank sampah pun dibuka di selasar FEB, tepat didepan lobby fakultas.
Untuk mendukung program ini agar dapat terealisasi dengan baik, Dienni berencana ingin mengajukan kerjasama dengan tim media sosial UPNVJ agar program bank sampah ini dapat dipublikasi lebih luas. Dienni berharap program ini dapat menciptakan gaya hidup baru bagi masyarakat UPNVJ mengenai sampah.
“Bank sampah ini nanti akan menjadi lifestyle bagi semua kalangan terutama yang mahasiswa bahwa kita itu harus punya mental untuk tidak membuang sampah sembarangan, kedua untuk bisa menabung sampah jadi nggak asal buang,” Dienni menekankan.
Selain melalui media sosial, Yola berencana akan bekerja sama dengan UKM, Ormawa, dan HMJ untuk kelangsungan program ini. Supaya mungkin lebih terorganisir karena kalau kami yang jalan sendiri jujur aja kurang terorganisir. Karena masih baru juga,” tuturnya.
Yola bersama rekan-rekannya juga ingin meneruskan program ini agar tak berhenti sampai diangkatan Yola saja. “Kami berusaha untuk mencari mahasiswa yang masih muda-muda masih tingkat awal untuk meneruskan. Jadi untuk jangka panjang, mereka bisa mencari lagi (mahasiswa yang menabung sampah, red.),” tutup Yola.
Reporter: Myranda Fae. |Editor: Syahida Ayu