Hujan Batu dan Gas Air Mata yang Mengakhiri Demo Anti-PKI

Nasional

Mereka yang berdemo karena beranggapan bahwa kegiatan-kegiatan LBH Jakarta mengandung unsur-unsur sulit dibubarkan. Aksi berakhir dengan ricuh.

Aspirasionline.com – Ratusan massa mengepung kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Jakarta Pusat, pada Minggu (17/9) malam pukul 23.00 WIB. Menurut informasi dari pemilik kios yang berada di Jalan Mendut, Jakarta Pusat, massa pendemo sudah hadir sejak pukul 21.00 WIB.

Aksi massa tersebut hadir ketika LBH Jakarta sedang menyelenggarakan agenda “Asik Asik Aksi: Indonesia Darurat Demokrasi”, yang dimulai sejak pukul 18.00 WIB. Mereka melakukan aksi dengan beragumen bahwa agenda tersebut berisikan orang-orang Partai Komunis Indonesia (PKI). Agenda tersebut diselenggarakan tepat satu hari setelah pembubaran seminar bertajuk “Pengungkapan Kebenaran Sejarah 1965/1966” di LBH Jakarta yang dilakukan oleh pihak kepolisian.

“Ganyang PKI!”
“Bunuh yang ada di dalam!”
“Bakar gedung ini!”
“Woy, keluar kalian semua!”

Rentetan ucapan yang massa keluarkan membikin keadaan semakin tak terkendali. Ucapan-ucapan tersebut ditujukan kepada semua orang yang berada di dalam LBH Jakarta: manula, perempuan, para advokat dan staf LBH Jakarta itu sendiri, hingga pengunjung lainnya. Mereka yang ada di dalam LBH Jakarta terkepung oleh massa yang secara keseluruhan mengeliling gedung.

Sejak 1970, LBH Jakarta memang secara konsisten menjaga pintu agar selalu terbuka untuk segala permasalahan hukum yang terjadi, khususnya menyangkut kepentingan publik. Sudah banyak permasalahan yang LBH Jakarta dampingi: para korban pembantaian 1965/1966, peristiwa Tanjung Priok, Talangsari, Aceh, hingga Papua.

“Bahkan saat ini sedang mendampingi Pondok Pesantren Ibnu Mashud di Bogor, yang hendak dibubarkan karena dituduh terkait terorisme. LBH Jakarta berdiri di atas semua ideologi dan golongan,” tulis Dandhy Dwi Laksono, jurnalis dan aktivis media, melalui akun Facebook-nya.

Hal tersebut yang tak membuat LBH Jakarta takut untuk memfasilitasi segala kegiatan permasalahan hukum di Indonesia, termasuk seminar pengungkapan kebenaran sejarah tersebut.

Negosiasi yang Alot

Sekitar pukul 23.45 WIB, Kapolda Metro Jaya Idham Azis mendatangi aksi massa yang berada tepat di depan gedung LBH Jakarta. Ia mencoba menenangkan massa yang sudah terlihat letih dan muak karena tak bisa memasuki area LBH Jakarta. Puluhan polisi sudah berdiri tegak memastikan tak ada massa aksi yang masuk ke dalam.

Idham menegaskan bahwa agenda yang berlangsung di LBH Jakarta bukanlah kegiatan mengenai PKI. Ia dengan lantang mengatakan bahwa dirinyalah yang memimpin langsung pasukan untuk membatalkan acara seminar yang seharusnya berlangsung Sabtu kemarin (16/9).

Massa aksi terlihat tidak percaya dan bertubi-tubi mengeluarkan omongan-omongan dengan nada kasar.

“Tidak mungkin saya berbohong kepada kalian,” lanjut Idham sembari menenangkan massa.

Ia memohon kepada massa aksi untuk tetap tertib. “Kita bisa menyelesaikannya dengan cara komunikasi yang sopan,” lanjutnya.

Tak lama berselang, hadir Kapolres Jakpus Kombes Suyudi Ario Seto. Ia datang berharap dapat menenangkan massa dengan cara negosisasi bersama pihak LBH Jakarta. Negosisasi ini, menurutnya, penting dilakukan agar tak ada kesalahpahaman oleh masyarakat terkait kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh LBH Jakarta.

Hingga pukul 01.00 WIB, Senin (18/9), massa aksi juga belum membubarkan diri. Padahal Suyudi sudah mengingatkan untuk kembali ke kediaman masing-masing, dikarenakan waktu sudah tidak memungkinkan untuk mengadakan demo. Namun massa aksi tetap ngotot untuk masuk ke area LBH Jakarta sembari melempari botol air mineral, hingga batu-batu kecil.

Massa aksi banyak terlihat menggunakan kopiah putih, dengan beberapa menggunakan sorban dan baju gamis. Bahkan beberapa mengenakan pakaian bertuliskan “Alumni 212”.

Lemparan Batu yang Memulai Kekisruhan

Sekitar pukul 01.15 WIB, adalah waktu bentrokan kecil yang memulai segalanya. Pihak kepolisian menginginkan agar massa aksi membubarkan diri, namun massa aksi menolak karena tetap ingin masuk ke area LBH Jakarta, bahkan dengan berteriak lebih keras.

Karena keadaan tak terkendali, bentrokan besar tak terhindarkan. Massa aksi terlihat melempari batu-batu ke arah Jalan Mendut, tempat para polisi dan wartawan berdiri. Situasi menjadi semakin kacau. Seluruh wartawan berpencar mencari keselamatan sembari tetap melakukan reportase, sedangkan kepolisian, dibantu oleh Brimob dan Provost, berusaha menahan hujan batu yang datang.

Beberapa polisi terlihat terluka dibagian kepala dan dibawa oleh rekan-rekannya ke belakang garis pasukan, akibat dari lemparan batu-batu tersebut.

Kejadian tersebut berlangsung cukup lama.

Hingga pukul 02.00 WIB akhirnya pihak kepolisian memukul mundur massa aksi untuk keluar dari Jalan Mendut, menggunakan motor dan mobil water cannon. Massa aksi terlihat kelimpungan mendapat serangan water cannon dan lemparan gas air mata oleh pihak kepolisian.

Pukulan mundur dari pihak kepolisian terbukti mampu menggiring massa aksi menuju arus balik Jalan Diponegoro.

Lemparan batu oleh massa aksi dan gas air mata oleh kepolisian berpindah lokasi di depan Metropol XXI sepanjang jalan hingga menuju perempatan Jalan Diponegoro.

Hingga akhirnya massa aksi baru benar-benar bisa dibubarkan pukul 03.00 WIB. Massa aksi bubar setelah pihak Brimob melakukan pengejaran dengan sepeda motor sembari menembakkan peluru petasan.

Hingga tulisan ini diturunkan, setidaknya terdapat 5 polisi yang terluka dan 7 orang dari massa aksi yang ditangkap langsung oleh pihak kepolisian.

Reporter : Haris Prabowo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *