Judul: Dua Detik
Sutradara: Agung Maulana
Channel YouTube: Menjadi Manusia
Durasi: 13.52 menit
Film Pendek berjudul Dua Detik mengisahkan seorang model yang bernama Dinda, dalam perjalanan karirnya sebagai model Dinda harus mengalami cyberbullying di internet
Aspirasionline.com – Perkembangan teknologi yang sangat pesat mengubah cara interaksi sosial manusia, yang sebelumnya interaksi secara langsung atau tatap muka, kini interaksi sosial tidak harus terjadi secara langsung, teknologi digital dapat membantu interaksi sosial manusia salah satunya melalui media sosial.
Interaksi Sosial menjadi lebih mudah dengan hadirnya media sosial, tak memungkiri menghadirkan dampak buruk di balik interaksi yang dapat dilakukan secara anonim, salah satunya cyberbullying.
Dilansir dari laman United Nations Children Fund (UNICEF) bahwa cyberbullying merupakan perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Sosial media dan game online, merupakan ranah yang empuk bagi ujaran kebencian.
Barikade bahwa ujaran kebencian tersebut dapat dilemparkan secara online dan dapat dilakukan dimana saja tanpa harus mengetahui siapa di baliknya, menjadi tameng yang kokoh bagi pelaku. Tak ayal banyak pelaku berlindung di balik akun anonim.
Perundungan ini adalah perilaku berulang yang bertujuan untuk membuat marah, mempermalukan, serta menakut – nakuti orang yang menjadi target sasaran.
Berdasarkan data yang ditulis oleh UNICEF menyatakan bahwa 45 persen remaja di Indonesia menjadi korban cyberbullying.
Dua Detik merupakan film yang bertema cyberbullying, dalam film ini digambarkan dampak buruk dari komentar negatif di media sosial dapat berdampak pada kehidupan Seseorang. Film ini merupakan bagian dari program Youtube Creators yang berkolaborasi dengan United Nations Development Program (UNDP) dan Uni Eropa.
Film ini di rilis pada 8 juni 2020 di channel youtube Menjadi Manusia. Saat ini film Dua Detik sudah ditonton sebanyak 360 ribu kali.
Pada film ini, Dinda yang merupakan tokoh utama mengalami cyberbullying dalam menjalankan karirnya sebagai seorang model. Ujaran kebencian dilontarkan kepada Dinda melalui kolom komentar pada media sosialnya.
Awalnya Dinda menghiraukan komentar negatif tersebut. Bak nila setitik rusak susu sebelanga, ujaran kebencian itu menumpuk dan kian memenuhi kolom komentar.
Dari yang tadinya hanya mengomentari berat badan Dinda, komentar tersebut semakin ekstrim hingga mencapai titik menyuruh Dinda untuk mengakhiri hidupnya.
Komentar negatif yang mengalir bagai air sungai tersebut pun berdampak bagi Dinda secara mental. Dinda merasa stress, karena terus meredam emosi. Kepercayaan diri Dinda perlahan menurun.
Kendati demikian, Dinda merasa depresi karena terus merasakan hal yang sama, hal ini berdampak pada nafsu makan dan Dinda mengalami kesulitan tidur, sampai Dinda berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Pada akhirnya cyberbullying juga berdampak pada karir Dinda. Dinda tidak dapat berkonsentrasi pada saat bekerja. Untungnya orang-orang terdekat Dinda, seperti Sarah dan ayah Dinda mendukungnya untuk tidak memperdulikan komentar – komentar negatif yang dilontarkan kepada Dinda.
Film ini memberikan pesan bahwa komentar – komentar negatif di media sosial yang hanya membutuhkan beberapa detik untuk dibuat dapat berimplikasi pada kesehatan mental seseorang dalam waktu yang lama.
Film ini juga menunjukan pentingnya dukungan orang terdekat, Dinda merasa depresi dia sangat membutuhkan dukungan orang terdekatnya, dilihat dari interaksi Dinda dengan ayahnya, Dinda merasa lebih baik saat ayahnya mendukungnya.
Penulis: Ummu Hanni | Editor: Anastasya
Foto: YouTube Menjadi Manusia