Menilik Nilai Historis Situs Cagar Budaya dengan Walking Tour

Nasional

Tren walking tour atau berjalan kaki mulai dikenal dengan melihat lebih dekat dan mempertahankan situs cagar budaya peninggalan kuno di berbagai tempat bersejarah. 

Aspirasionline.com — Jalan kaki adalah kebiasaan positif bagi kesehatan yang juga bisa menumbuhkan ide kreatif dan pemahaman lebih dalam terhadap kejadian yang dilihat, termasuk tempat bersejarah. Bertemakan “VOC, Apakah Jatuh karena Korupsi?”, Komunitas Bambu menggelar walking tour pada Minggu, (29/6). 

Tempat bersejarah menjadi spot unik dan menarik untuk dikunjungi oleh berbagai elemen masyarakat yang didorong oleh kebiasaan jalan kaki. Fenomena jalan-jalan di tempat bersejarah sudah lama terjadi dan tidak lepas dari bagaimana proses manusia menyelami zaman ke zaman.

Dengan panduan oleh seorang sejarawan, JJ Rizal, kegiatan diawali dengan penyusuran tempat atau gedung peninggalan sejarah Vereenigde Indische Compagnie (VOC), salah satunya Gudang Timur.

“Wisata sejarah ini kan sebenarnya tren yang muncul karena orang mulai menyadari bahwa sejarah itu penting, bahkan buat kita dan bagi masyarakat,” Ungkap JJ Rizal di hadapan para pengunjung  pada  Minggu, (29/6).

Perjalanan yang ditempuh lebih dari satu kilometer dengan berjalan kaki terbayarkan dengan dengan wawasan dan pengalaman yang dirasakan. 

Kegiatan walking tour sejarah ini sangat menyenangkan dan membuka pikiran pengunjung tentang tanggung jawab generasi pemuda sebagai penerus untuk melindungi dan melestarikan situs peninggalan sejarah.

Namun, beberapa hal yang sangat disayangkan dari perkembangan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, salah satunya pembangunan tol yang berimbas pada bangunan bersejarah di Gudang Timur dan kurangnya perhatian terhadap beberapa gedung dan bangunan yang ada di Kota Tua. 

Selama perjalanan, truk-truk tronton bermuatan berat melintas di dekat kawasan bangunan bersejarah, membuat pejalan kaki yang mengikuti walking tour sejarah merasa kurang nyaman dan aman.

Komunitas Bambu menjadi salah satu penyelenggara kegiatan walking tour atau jalan-jalan sejarah yang dilakukan di Kota Tua, memperkenalkan bangunan sejarah yang perlu dijaga nilai historisnya. 

Dilansir dari hasil penelitian Universitas Binas Sarana Informatika (BSI) tahun 2020 oleh Filda Rahmiati, Ahmad Nur Dani tentang “Kepuasan Wisatawan terhadap Fasilitas atau Atribut pada Kegiatan Walking Tourism”, menegaskan bahwa daya tarik, kegiatan, dan fasilitas memiliki pengaruh signifikan parsial terhadap kepuasan wisatawan. 

Dari hasil penelitian tersebut memberikan pemahaman bahwa kegiatan jalan-jalan ini memiliki faktor yang harus dilengkapi untuk meningkatkan minat masyarakat dalam berjalan kaki. 

Di samping itu, berdasarkan studi dari peneliti di Stanford University,  orang Indonesia melakukan jalan kaki kurang dari 3.513 langkah dalam sehari, padahal rata-rata orang secara global 5.000 langkah dalam sehari. Tentu hal ini sangat disayangkan melihat orang Indonesia mudah terkena penyakit karena kurangnya gerak atau aktivitas seperti berjalan kaki. 

Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penyakit serius seperti penyakit jantung, obesitas, gagal ginjal, dan lainnya. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa Indonesia masuk dalam daftar negara dengan kesenjangan aktivitas tinggi, yang menunjukkan tingginya tingkat obesitas.

Penelitian terbaru dari Lancet tahun 2022 menemukan bahwa lebih dari 1 miliar orang di dunia hidup dengan obesitas. Ini menunjukkan pentingnya pencegahan melalui pola makan sehat, aktivitas fisik, dan perawatan yang memadai sesuai kebutuhan.

Sepatutnya jalan kaki merupakan salah satu olahraga yang paling murah untuk dilakukan karena tidak memerlukan biaya atau peralatan untuk menunjang aktivitas tersebut, karenanya jalan kaki dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. 

Hanya saja, keterbatasan infrastruktur yang memadai merupakan salah satu faktor orang Indonesia malas berjalan kaki. Layaknya trotoar di Jakarta yang masih banyak mengalami kerusakan seperti berlubang, sempit, dan sering juga disalahgunakan oleh pengendara kendaraan bermotor, sehingga membuat pejalan kaki merasa tidak nyaman dan aman. 

Menelusuri Awal Mula Tren Walking Tour 

Beberapa tahun terakhir ini, mulai bermunculan trend walking tour atau tur jalan kaki di berbagai kota di Indonesia yang diselenggarakan oleh beberapa pihak, baik lembaga maupun institusi. 

Tren walking tour telah muncul sekitar 20 hingga 30 tahun yang lalu. Tren ini kembali eksis karena tak sedikit masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya sejarah. 

“Oleh karena itu, mereka (masyarakat) menggunakan waktu luang mereka terutama akhir pekan untuk terlibat dalam wisata jalan-jalan. Dan ini tidak pada satu tempat, tapi di banyak tempat terjadi,” pungkas Rizal. 

Penyelenggaraan wisata jalan kaki ini bersamaan dengan peringatan Hari Disabilitas Internasional pada tahun 2021 atau International Day for People with Disabilities (IDPWD) yang mengajak warga masyarakat untuk mewujudkan kota atau daerah yang ramah terhadap masyarakat difabel.

Salah satunya ialah Indonesia Tourism Development Program (ITDP) yang menggandeng beberapa lembaga lainnya untuk melaksanakan program ini bernama Inclusive Walking Tour (IWT). 

Tren walking tour ini merebak di berbagai jenis kegiatan seperti kuliner, wisata, kesehatan dan lain-lain. Salah satu tren yang paling populer adalah jalan-jalan ke tempat sejarah yang mengajak para pejalan kakinya untuk melihat dan mempelajari historis kota yang dipijak.

“Jalan-jalan itu kan lebih akrab dan lebih dekat, kita bisa berhenti, melihat masuk kedalam ruang dan dengan demikian menjadi lebih kenal, bisa melihat aspek-aspek uniknya jadi lebih dekat,” pungkas  JJ Rizal.

 

Foto: ASPIRASI

Reporter: Alfin Zai | Editor: Nayla Shabrina. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *