Debat Penutup Pemira UPNVJ: Menjawab Kekhawatiran Tiap Fakultas hingga Eksistensi Menwa

Berita UPN

Debat kedua sekaligus menjadi debat penutup bagi para paslon Ketua dan Wakil Ketua BEM dilaksanakan di Aula Tanah Airku, UPNVJ Kampus Limo.

Aspirasionline.com — Setelah rangkaian debat terbuka pertama pada Jumat (10/11) lalu yang berlokasi di Kampus Pondok Labu, debat terbuka kedua kembali diadakan pada Jumat, (17/11) di Aula Tanah Airku, Kampus Limo Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ), Depok.

Acara yang seharusnya dimulai pukul 09.00 WIB, baru dimulai oleh Master of Ceremony (MC) pada pukul 09.35 WIB. Sama halnya dengan debat terbuka pertama, debat terbuka kali ini dihadiri oleh tiga pasangan calon (paslon) Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UPNVJ.

Paslon tersebut di antaranya Masita Marasabessy dan Mohammad Faizul Amri Budianto yang merupakan paslon nomor urut satu, Thariq Rifqi Verdiansyah dan Anggun Dwi Kusumah yang merupakan paslon nomor urut dua, serta Andrew Matthew Sianturi dan Rayhan Hidayat Pohan yang merupakan paslon nomor urut tiga.

Selain ketiga paslon, terdapat juga berbagai perwakilan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Organisasi Mahasiswa (Ormawa), simpatisan, serta Keluarga Mahasiswa (Kema) UPNVJ yang memenuhi kursi-kursi yang telah disediakan panitia.

Pada rangkaian kedua debat terbuka paslon Ketua dan Wakil Ketua BEM UPNVJ, jajaran rektorat tidak ditemukan menghadiri acara tersebut. Meski begitu, Intan Hesti Indriana selaku Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Akademik Kemahasiswaan, Perencanaan, dan Kerja Sama disebut sebagai perwakilan Rektor UPNVJ Anter Venus yang seharusnya menghadiri rangkaian acara tersebut.

Komitmen Para Paslon saat Debat Terbuka Kedua dalam Mengawal Permasalahan pada Tiap Fakultas

Dalam debat terbuka kedua ini, perwakilan dari setiap BEM Fakultas turut menghadiri rangkaian acara ini. Masing-masing perwakilan memiliki kesempatan untuk mengajukan dua pertanyaan dan sanggahan terhadap para paslon. Permasalahan yang ada dan disampaikan secara langsung oleh perwakilan BEM tersebut kepada para paslon.

Perwakilan dari BEM Fakultas Kedokteran (FK) mengajukan pertanyaan perihal permasalahan kurangnya minat mahasiswa FK pada kegiatan BEM UPNVJ, sehingga perwakilan dari BEM FK sendiri bertanya mengenai solusi atas permasalahan yang ada.

“Di Fakultas Kedokteran, bagaimana kalian (paslon satu) dapat mengajak atau memikat minat dari teman-teman Fakultas Kedokteran untuk bisa berpartisipasi dalam BEM-U?” tanya panelis perwakilan dari BEM FK, Jumat, (17/11) di Aula Tanah Airku.

Pertanyaan ini disampaikan lantaran latar belakang yang dirasakan oleh mahasiswa FK terkait kurangnya eksistensi yang dirasakan oleh teman-teman FK terhadap BEM UPNVJ.

Menjawab pertanyaan tersebut, Faizul selaku wakil paslon satu mengaku perlu adanya pembangunan diskusi antara BEM UPNVJ dengan teman-teman yang ada di Fakultas Kedokteran.

“Apa yang diminta oleh Fakultas Kedokteran, bagaimana Kema Fakultas Kedokteran UPNVJ, minatnya ke mana, arahnya ke mana, dan apa yang bisa kita wadahkan untuk seluruh mahasiswa kedokteran UPNVJ. Maka dari situ, mungkin bisa meningkatkan rasa keinginan untuk Kema Fakultas Kedokteran UPNVJ bergabung bersama kami di BEM UPNVJ,” tutur Faizul, menjawab pertanyaan serta keresahan yang disampaikan oleh mahasiswa FK.

Permasalahan lain juga turut disampaikan oleh panelis perwakilan dari BEM Fakultas Teknik (FT) yang merasakan kurangnya dukungan yang diterima oleh mahasiswa dari universitas, terutama dalam bidang prestasi non-akademik. Keresahan ini mereka sampaikan kepada paslon nomor tiga.

“Karena salah satu contoh dari Fakultas Teknik di mana kita ingin berlomba di dunia minat bakat, tetapi tidak ada support. Karena itu saya ingin meminta tanggapan dari paslon tiga mengenai hal tersebut, dan solusi yang dapat menyelesaikan hal tersebut,” ujar panelis perwakilan BEM FT kepada paslon nomor tiga, Jumat, (17/11).

Menanggapi hal ini, Hidayat selaku calon Wakil Ketua BEM UPNVJ nomor urut tiga menyebutkan program yang dibawa oleh paslon tiga dalam mengatasi permasalahan prestasi non-akademik ini dengan memberikan insentif pelatihan atau lomba bagi Kema UPNVJ yang ingin berprestasi, tetapi tidak mendapatkan dukungan.

“BEM UPNVJ tidak sebagai event organizer aja, kita menginginkan BEM UPNVJ dalam satu tempat menjadi wadah untuk teman-teman Keluarga Mahasiswa,” tegas Hidayat selaku calon Wakil Ketua BEM UPNVJ nomor urut tiga.

Solusi tersebut menjadi salah satu langkah strategis dari paslon nomor urut tiga dalam mendukung dan meningkatkan prestasi non-akademik Kema UPNVJ.

Selain itu, permasalahan mengenai adanya ketidaksetaraan di antara UPNVJ Kampus Pondok Labu dengan Kampus Limo juga sempat disinggung oleh panelis perwakilan mahasiswa FT ketika bertanya kepada paslon nomor urut dua.

“Saat ini berdasarkan yang dirasakan mahasiswa Fakultas Teknik ataupun Limo, perihal arah dari universitas, yaitu lebih mengarah ke Labu Sentris, entah itu dari pelaksanaan program kerjanya ataupun tingkat internal kampus,” ungkap panelis perwakilan dari FT ketika membicarakan keresahan mereka.

Ia pun menuntut jawaban dari paslon nomor urut dua terkait solusi yang akan mereka ambil dalam menyamaratakan fasilitas di antara UPNVJ Kampus Pondok Labu dengan Kampus Limo.

Menanggapi hal tersebut, Thariq selaku calon Ketua BEM UPNVJ nomor urut satu menyebutkan jika kesenjangan antara Kampus Pondok Labu dan Kampus Limo pernah menjadi dikotomi. Namun, meski begitu, semestinya tidak ada hal yang membedakan antara dua kampus tersebut.

“Jadi ini yang harus kita tegaskan kepada pimpinan bahwa kita mempunyai satu hak yang sama. Kita sama-sama mahasiswa UPNVJ. Karena bukan UPNVJ Pondok Labu, tetapi kita Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, artinya kita mempunyai hak yang sama dan hal-hal mengenai diskriminasi atau perbedaan, itu yang sama-sama kita harus perjuangkan,” tegas Thariq menanggapi pertanyaan tersebut.

Dengan semakin panas dan memuncaknya acara debat saat itu, panelis BEM FT menyanggah terkait kenyataan yang terjadi di antara Kampus Pondok Labu dan Kampus Limo lantaran perbedaan kesenjangan yang begitu jelas.

“Mungkin benar apa yang disampaikan, cuma fakta yang kami dapatkan tidak seperti itu, maka di sini saya ingin menanyakan seperti apa langkah seperti apa yang dilakukan untuk menghilangkan stigma tersebut. Yang nyatanya itu seperti apa. Masih banyak yang belum terealisasikan ataupun belum ada nyata,” tegas panelis perwakilan mahasiswa FT, Jumat (17/11).

Menanggapi hal ini, Thariq pun menjelaskan jika Kampus Limo merupakan wujud laboratorium yang menjalin hubungan antara mahasiswa dengan masyarakat. Hal ini lantaran dengan strategisnya posisi Kampus Limo yang berdekatan dengan masyarakat.

“Apalagi tentang keilmuan kita, tentang apa yang sedang terjadi di masyarakat bisa kita maksimalkan. Karena begitu kental budaya masyarakat di Limo, juga begitu Ormas (Organisasi Masyarakat, red.) yang ada di sini, itu bisa kita jadikan basis data kajian kita,” ujar Thariq dalam mengakhiri sesi tanya jawab bersama panelis perwakilan mahasiswa FT.

Diangkatnya Kembali Isu Resimen Mahasiswa dalam Debat Terbuka Kedua

Di tengah berlangsungnya rangkaian debat terbuka kedua, salah satu panelis perwakilan BEM Fakultas Hukum kembali mengangkat isu Resimen Mahasiswa (Menwa) pada pertanyaan yang diajukan kepada paslon satu. Isu ini dikaitkan bersama dengan doktrin bela negara yang disampaikan oleh pihak rektorat serta aktualisasinya pada mahasiswa.

Menanggapi hal tersebut, Masita selaku calon Ketua BEM UPNVJ nomor urut satu menjelaskan jika ada perbedaan makna bela negara di antara rektorat dengan mahasiswa. Dengan gamblang, Masita menjelaskan jika pemaknaan bela negara yang dimaksud oleh pihak rektorat adalah dengan mengikuti Menwa maupun Komponen Cadangan (Komcad). Padahal, bela negara sendiri memiliki makna yang begitu luas.

“Tentunya makna bela negara masih banyak sekali, tentunya kita sebagai mahasiswa, kita harus meraih prestasi, baik akademik maupun non-akademik. Dan salah satu makna bela negara mahasiswa yang paling banyak saat ini, yang harus kita realisasikan adalah ketika kita fokus dalam akademik kita membangun bangsa ini,” tegas Masita merespons hal tersebut.

Keberadaan Menwa yang seperti dianak-emaskan oleh pihak rektorat pun turut disinggung. Hal ini lantaran Menwa yang sempat dibekukan lalu justru kembali dibuka tanpa adanya persetujuan dari mahasiswa. 

Dengan ini, Faizul selaku calon Wakil Ketua BEM UPNVJ nomor urut satu memaparkan dengan tegas jika keberadaan Menwa masih perlu dikaji ulang oleh BEM UPNVJ, Kema UPNVJ, serta pihak rektorat.

“Kita harus selaraskan urgensi dari Menwa ini apa, ke depannya mau ke mana dan bagaimana. Dan di situ harus ada dari BEM UPNVJ itu sendiri selaku perwakilan dari Kema UPNVJ dan diskusi yang memang istilahnya cukup kuat lah dengan pihak rektorat,” tutup Faizul, Jumat (17/11).

 

Foto: ASPIRASI/Azaliya Mg. 

Reporter: Anju Mg., Azaliya Mg. | Editor: Anggita Dwi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *