HelpNona: Inisiatif Nike Nadia Terkait Permasalahan Kasus Kekerasan Pada Pasangan

Tokoh

Nike Nadia mendirikan sebuah komunitas bernama HelpNona yang memiliki fokus pada kasus berbasis gender di ranah personal, khususnya kasus kekerasan pada pasangan.

Aspirasionline.com − Memiliki hubungan yang harmonis sering kali menjadi impian sepasang pria dan wanita, meskipun terkadang dalam suatu hubungan terdapat sebuah batu sandungan. Namun bila hubungan tersebut sudah merugikan salah satu pihak, itu bisa dikatakan sebagai hubungan yang tidak sehat.

Hubungan yang tidak sehat atau biasa disebut “toxic relationship” lambat-laun bisa melahirkan sebuah tindakan kekerasan yang biasa disebut “abusive relationship”. Dari adanya permasalahan tersebut, seorang perempuan bernama Nike Nadia tergerak untuk membuat sebuah komunitas sosial bernama HelpNona yang berfokus pada isu kekerasan pada pasangan.

Saat ia bertugas di unit pengaduan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) yang menerima kasus kekerasan berbasis gender pada 2013, ia merasa bahwa kasus kekerasan berbasis gender tidak harus menunggu sampai ke unit pengaduan karena sebenarnya kasus kekerasan berbasis gender pun sering ia temukan di lingkungan sekitarnya

Dari fokus awal pada kasus kekerasan berbasis gender, akhirnya ia menjadi konsen pada isu kekerasan berbasis gender di ranah personal, khususnya kasus kekerasan pada pasangan.

Hal itu bukan tanpa alasan, ia merasa bahwa ranah personal seharusnya menjadi tempat aman bagi seseorang, namun kenyataanya malah menjadi tempat kekerasan itu muncul, seperti hal nya kekerasan pada anak, orang tua, bahkan yang menjadi fokus di sini adalah kekerasan pada pasangan.

Dari sana akhirnya terciptalah komunitas HelpNona pada bulan Oktober 2015. Ia mengatakan bahwa komunitas ini juga bisa berdiri berkat adanya dukungan teman-teman relawan di unit pengaduan tersebut dengan latar belakang yang berbeda-beda.

 

 

“Jadi kalau ditanya HelpNona awalnya bagaimana, justru dari tulisan-tulisan yang kemudian dibuat, dimasukan di website HelpNona dengan narasumber-narasumber dan dukungan teman-teman relawan yang berbagai macam itu,” ujar Nike saat diwawancarai ASPIRASI pada Jumat, (3/12).

Kegiatan komunitas ini sendiri terbagi menjadi 2, yaitu offline dan online. Namun di masa pandemi sekarang ini kegiatan offline seperti pertemuan-pertemuan langsung ditiadakan diganti dengan kegiatan online seperti kegiatan workshop online, kelas virtual, online campaign, dan sebagainya.

Nike mengatakan bahwa HelpNona juga menjadi wadah bagi para penyintas untuk bisa membagi cerita sekaligus membantu menginformasikan lembaga layanan yang bersangkutan jika kasus tersebut sudah kompleks. Jadi HelpNona bisa dikatakan sebagai support system dan ruang aman bagi para penyintas untuk membagikan cerita.

HelpNona juga mempunyai e-book yang berfungsi sebagai tempat menyuarakan pengalaman penyintas melalui karya tulisan, sehingga karya tersebut menjadi salah satu fase pulih dari penyintas dan menjadi dorongan bagi penyintas yang lain untuk berani menyuarakan kasus kekerasan yang dialami.

Hambatan Nike dalam menjalankan komunitas ini di masa pandemi

Awalnya HelpNona mempunyai target kegiatan tahunan, namun dengan adanya pandemi, target tersebut tidak berjalan sesuai harapan. Pada awal masa pandemi pun tim HelpNona harus kehilangan salah satu anggota tim nya karena terpapar virus Covid-19.

Kejadian tersebut membuat Nike dan tim nya merasa terpukul dan berfikir bagaimana cara HelpNona melakukan segala kegiatan meskipun kehilangan salah satu anggota nya.

Ia juga mengatakan bahwa HelpNona sempat mengalami hiatus dari bulan Maret-Juni 2020, namun pada bulan Juni ia menemukan sebuah inisiatif dari komunitas lain yang mengadakan sebuah pelatihan untuk teman-teman komunitas.

Hal tersebut dimanfaatkan ia sebagai wadah untuk HelpNona bisa meng-upgrade diri dan menjalin relasi dengan komunitas lain, “Jadi bukan sekedar waktu itu kita berpikir bahwa workshop yang tadinya offline jadi online, tapi as a community kita juga melihat ada kesempatan untuk ikut kegiatan seperti tadi,” ujar Nike.

Menurut nya kondisi pandemi tidak sepenuhnya menjadi hambatan bagi dirinya dalam menjalankan komunitas ini. “Menurut aku kondisi pandemi kayak nampak hambatan tapi ada blessing in disguise juga dari sini,” ungkap Nike.

Nike sebagai pendiri komunitas ini mempunyai harapan besar bahwa komunitas ini bisa menjadi ruang diskusi bagi masyarakat tentang pentingnya sebuah relasi yang sehat dalam suatu hubungan. “Harapannya bisa edukasi ke masyarakat tentang relasi sehat tapi yang kedua juga bisa mendorong kita semua jadi support system yang baik buat lingkungan disekitar kita,” tutup Nike.

Reporter: Agnes, Mg. | Editor: Tegar Gempa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *