Memahami Isu Rasial Amerika Melalui Film Keluarga
Sutradara : Chris Sanders
Produser : Erwin Stoff
Penulis : Michael Green
Genre : Petualangan, Drama, Klasik
Tanggal rilis : 21 Februari 2020
The Call of the Wild merupakan film yang menceritakan seekor anjing Bernama Buck yang hidupnya berubah 180 derajat setelah ia dicuri untuk dijadikan anjing pekerja.
Aspirasionline.com – Film yang diadaptasi dari novel buatan karya penulis Amerika, Jack London ini pada awalnya merupakan salah satu buku yang mengancam eksistensi rezim pemerintah Nazi. Lantas, buku ini pun menjadi sasaran empuk bagi mahasiswa Jerman pada tahun 1933. Antara lain untuk dijarah lalu dibakar bersama buku-buku lain yang dinilai mengancam pemerintah Nazi Jerman pada saat itu.
Film The Call of the Wild menceritakan seekor anjing Bernama Buck yang hidupnya berubah 180 derajat setelah ia dicuri. Awal film ini mengisahkan tentang kehidupan Buck yang manja, namun sering membuat ulah dan mengganggu aktivitas masyarakat. Buck seringkali membuat etalase-etalase toko sekitar kota Santa Clara porak-poranda.
Meskipun demikian, hal itu masih diwajarkan oleh masyarakat sekitar. Alasannya yakni, majikan Buck (Bradley Whitford) ialah seorang hakim militer yang sangat dihormati. Maka perbuatan Buck dapat dimaklumi oleh masyarakat kota tersebut.
Kehidupan Buck yang awalnya penuh dengan kasih sayang pun berubah menjadi 180 derajat Ketika ia diculik dari rumah majikannya di California. Buck kemudian dipindahkan ke belantara eksotis di daerah Yukon, Alaska pada masa demam emas Klondike pada tahun 1890-an.
Kepindahannya itulah yang mengawali perjuangan Buck untuk beradaptasi dari kehidupannya yang semula menjadi anjing rumahan hingga menjadi anjing pekerja. Buck harus memulai kehidupannya yang keras. Seekor anjing tersebut harus merasakan bagaimana ia dijual dari satu majikan ke majikan yang lain.
Pertama, Buck dibeli dan dipekerjakan sebagai penarik kereta luncur oleh dua orang pengantar surat bernama Perrault (Omar Sy) dan Françoise (Cara Gee). Tidak berselang lama, pekerjaannya ini tergusur oleh perkembagan teknologi bernama telegram. Buck lantas kembali dibeli oleh kelompok pemburu emas yang dipimpin oleh pria perlente dan congak bernama Hal (Dan Stevens).
Puncak dari film ini terjadi saat Buck lepas dari rantai perdagangan anjing berkat bantuan seorang pria tua kesepian bernama John Thornton (Harrison Ford). John merupakan seorang melankolis penyayang anjing yang lebih suka hidup tenang daripada memperkaya dirinya dengan emas.
Isu Rasialisme Amerika
Berbeda dengan bukunya, film The Call of the Wild membuat isu rasialisme di Amerika lebih bersahabat, padahal pada tahun 1890-an rasialisme di Amerika masih sangat disembah. Representasi yang memperlihatkan perbedaan isu rasialisme yang ada di novel dengan yang ada di film nampak pada karakter Perrault, yakni seorang pria Afro-Amerika yang hidup berdampingan dengan kolonis kulit putih dan dia juga berteman dengan Françoise, seorang perempuan peranakan suku Indian.
Penulis dari novel ini sejatinya merupakan seorang yang mempercayai superioritas kulit putih, dan dia juga merupakan seorang sosialis, namun mengagungkan individualisme sebagai prinsip hidup. Karena itu pula, beberapa karyanya dicekal oleh pemerintah fasis Italia dan pemerintah Nazi Jerman karena dianggap terlalu radikal dan mengancam eksistensi dari dua rezim tersebut. Akibatnya karya-karya dari Jack London pun tidak sedikit yang dihanguskan.
Reporter: Ryan Chandra | Editor: Bianca Chairunisa.