BEM FEB Menilai Pelaksanaan Kelas Besar Tak Efektif

Berita UPN

Dari hasil survei yang dikelurkan oleh BEM FEB, sebagian besar mahasiswa menyatakan bahwa pelaksanaan kelas besar tidak efektif

Aspirasionline.com − Pada Forum Aspirasi Mahasiswa (FAM) 2021, Ketua BEM FEB, Mufid Khairi memaparkan hasil survei yang dilakukan oleh BEM FEB kepada mahasiswa terkait transparansi UKT. Survei tersebut menghasilkan, 367 responden dimana 93% (343 responden) menyatakan adanya website pengajuan penurunan UKT akan efektif dalam pengajuan keringanan. Sedangkan 7% (24 orang) menyatakan tidak efektif. Mufid mengatakan, diperlukannya situs khusus UKT yang tersusun rapih dan mencakup rangkaian proses administrasi hingga pengumuman dengan mempertimbangkan transparansi.

“Di dalamnya mencakup proses administrasi sampai dengan pengumuman dengan mempertimbangkan transparansi yang termasuk di dalamnya,” tutur Mufid dalam FAM, Rabu (14/7).

BEM FEB turut mempertanyakan terkait dengan adanya sosialisasi resmi penurunan UKT dari kampus di semester depan. Menjawab pertanyaan tersebut, Rektor UPNVJ, Erna Hernawati mengatakan masalah UKT merupakan masalah individual mahasiswa dan bukan ranah BEM.

“Ini masalah individual, tidak ada yang perlu dikoordinir oleh BEM,” jawab Erna.

Lebih lanjut, Erna mengatakan bahwa BEM tetap bisa menjalankan fungsi mengawasi jalannya penurunan UKT. Ia memberikan contoh, seperti membuat kuesioner terkait dengan kepuasan layanan UKT.

Selain permasalahan UKT, BEM FEB juga menyoroti pelaksanaan kelas besar pada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dalam survei tersebut, mereka bertanya kepada mahasiswa terkait dengan keefektifan kelas besar di FEB. Ketika ditanya mengenai kesesuaian materi di kelas besar pada survei tersebut, jawaban responden berupa 12% (80 orang) sangat setuju, 32% (211 orang) menjawab setuju, 33% (217 orang) menjawab cukup, 16% (102 orang) menjawab tidak setuju dan 6% (40 orang) menjawab sangat tidak setuju.

Mayoritas responden turut menjawab kelas besar tidak efektif. Para responden tersebut merupakan 91% (593 orang) yang menjawab kelas besar tidak efektif, sedangkan 9% (57 orang) sisanya menjawab sebaliknya. Mufid juga mengatakan, bahwa bentroknya jadwal kelas besar dengan kelas kecil kerap dialami oleh mahasiswa FEB.

Menanggapi survei tersebut, Dekan FEB, Dianwicaksih mengatakan, bahwa jadwal kelas besar seharusnya tidak bentrok karena sudah tercapai kesepakatan dengan seluruh program studi di FEB bahwa kelas besar dilaksanakan pada minggu kelima dan keenam, serta pertemuan ke-13 dan ke-14. Namun, Dian memberikan pengecualian jika kelas besar dilaksanakan di luar pertemuan yang sudah ditetapkan. Menurutnya, hal ini lantaran pengajar di kelas besar memiliki kesibukan lain yang tidak bisa ditunda.

“Mereka kan orang sibuk, kalau misalkan mereka diminta untuk menghadap presiden ketika last minute kita engga bisa apa-apa selain mengundur perkuliahan,” kata Dian.

Menurut Dian, materi di kelas besar tidak harus sesuai dengan Rencana Pembelajaran Semester (RPS). Ia pun menjelaskan materi yang diajarkan pada kelas besar merupakan materi yang cocok karena pengajar merupakan pakar di bidang tersebut. Terkait pemilihan materi pembelajaran, menurutnya telah melalui proses diskusi terlebih dahulu oleh tim dosen.

“Esensinya adalah kalian harus mendapatkan insight dari mereka, jadi tidak perlu urut sesuai RPS,” jelas Dian.

Dian juga mengatakan bahwa mahasiswa agar lebih aktif saat kelas berlangsung. Pengalaman keluhan dari dosen tamu membuat Dian mengajak seluruh mahasiswa untuk tidak hanya memberikan kritik tetapi juga perlu berkaca pada diri sendiri.

“Saya mendapat komplain dari dosen tamu UI karena mahasiswa banyak yang mematikan kamera, diminta berpendapat hanya diam sehingga dosen tersebut seperti monolog,” ungkap Dian.

Reporter: Rafi Shiddique | Editor: M. Faisal Reza.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *