Skullbreaker Challenge : Berdampak Serius Bagi Kesehatan

Forum Akademika

Skullbreaker Challenge banyak ditiru oleh pengguna media sosial TikTok. Padahal dapat menimbulkan berbagai resiko yang membahayakan bagi kesehatan.

Aspirasionline.com − TikTok adalah salah satu platform media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk membuat video pendek berdurasi 15 detik disertai musik, efek (filter), dan beberapa fitur kreatif serta challenge lainnya.

Ketika menggunakan Tiktok, penggunanya diinstruksikan untuk membuat video macam-macam, seperti menari, dubbing, dan melakukan challenge (tantangan) yang viral di Tiktok itu sendiri.

Salah satu challenge TikTok yang sedang populer saat ini adalah Skullbreaker Challenge. Challenge tersebut terdiri dari tiga orang yang berdiri bersebelahan dan orang yang berdiri di posisi tengah harus melompat. Ketika orang yang berada di tengah melompat, orang yang di samping kanan kirinya menendang kaki orang tersebut supaya terjatuh duduk atau telentang.

Berbeda dari challenge TikTok lainnya yang memiliki konsep fun, Skullbreaker challenge ternyata memiliki resiko yang berbahaya, bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Dari Lumpuh Hingga Kematian

Dokter Ahli Saraf Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Hardhi Pranata mengatakan bahwa Skullbreaker Challenge memiliki resiko yang tinggi bagi kesehatan.

“Resiko lumpuhnya tinggi, resiko meninggalnya akibat pendarahan otak yang berlebihan itu juga tinggi,” ujar Hardhi ketika ditemui di RSPAD Gatot Soebroto.

Hardhi juga mengatakan resiko yang tinggi itu disebabkan pada saat orang jatuh dalam posisi telentang, bagian yang menonjol pada saat itu adalah bokong. Di dalam bokong terdapat struktur-struktur tulang, sehingga bisa menyebabkan fraktur di dalam bokong. Fraktur adalah kondis yangi mengakibatkan terputusnya kontinuitas pada tulang.

Selain itu, di daerah bokong terdapat struktur saraf. Saraf ini melayani motorik dan sensorik untuk bagian bawah yaitu tungkai. “Jadi motorik itu kekuatan otot, sensorik itu untuk perasa. Saraf perasa dan saraf motorik,” jelas Hardhi.

Kemudian saraf yang melayani tungkai itu, terjepit oleh patahan tulang. Maka akibatnya bisa mengakibatkan kelumpuhan. “Kalau tidak lumpuh, bisa timbul rasa nyeri yang luar biasa pada tungkai. Biasanya penangannya terpaksa harus operasi,” tambahnya.

Bagian kepala pun memilki resiko tinggi yang diakibatkan Skullbreaker Challenge. Pada bagian tulang tengkorak belakang yang terjatuh, akan terjadi robekan fraktur pada tulang. Mengakibatkan tulang tengkorak patah dan adanya pendarahan pada otak kecil.

“Karena otak kecil itu berpengaruh pada keseimbangan, ya terganggu pada alat keseimbangan,” ujar laki-laki yang memiliki hobi berjalan kaki ini.

Hardhi pun menjelaskan di dalam bagian bawah tulang tengkorak itu terdapat batang otak. Batang otak berfungsi untuk pernafasan dan sirkulasi darah di daerah Medula Oblongata. Jika bagian ini terbentur benda keras, bisa terjadi kondisi pergeseran tulang bagian bawah dan belakang.

“Pasien bisa mendadak gagal nafas dan jantungnya juga bisa terganggu,” ucapnya.

Resiko lain yang mungkin terjadi ialah pendarahan otak. Pendarahan otak terjadi karena adanya darah di dalam rongga otak, baik di dalam rongga otak kecil maupun di dalam otak besar. Akibat yang ditimbulkan sama seperti stroke, terjadi kelumpuhan.  Gejalanya yang ditimbulkan bisa menyebabkan kesadaran menurun, menimbulkan kejang-kejang, hingga berdampak pada timbulnya kelumpuhan pada separuh badannya dan menyebabkan meninggal dunia

Hardhi menganjurkan pertolongan pertama yang harus dilakukan ketika seseorang jatuh terbentur benda keras untuk segera dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Membawanya pun harus menggunakan tandu dan segera dibawa menggunakan ambulans.

“Di IGD nanti diperiksa tanda vitalnya, tensi, nadi, dan kesadarannya. Kemudian foto rontgen untuk melihat ada tidaknya patah tulang punggung,” lanjutnya.

Hardhi mengatakan jika ada gangguan dari hasil foto rontgen tersebut, dikonsulkan kepada yang terkait. Jika patah tulang punggung dikonsultasikan kepada dokter ahli ortopedi. Sementara jika patah tulang tengkorak dikonsultasikan melalui dokter bedah saraf.

“Karena perlu ada tindakan operasi bedah saraf untuk mengeluarkan drah yang ada di dalam tengkorak,” tutup Hardhi kepada ASPIRASI.

Foto : akipress.com

Reporter : Dhea Mg.| Editor : Rafi Shiddique.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *