Penanganan Bagi Pasien Cedera Sumsung Tulang Belakang
Aspirasionline.com – Spinal cord injury (SCI) atau cedera sumsum tulang belakang adalah suatu cedera yang disebabkan oleh trauma yang menimpa bagian sumsum tulang belakang. Penyebabnya bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor. “Bisa saja dikarenakan kecelakaan olahraga atau faktor penuaan. Tetapi faktor utamanya adalah kecelakaan lalu lintas,” ujar Winda Yuniarsih dalam seminar nasional dan workshop yang bertajuk “Penerapan Evidence Based Nursing sebagai Based Practice Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Spinal Cord Injury Serta Pelaksanaan Pasien Safety” Sabtu (10/12).
Menurut Kepala Sub komite keperawatan RSUP Fatmawati ini, gejala SCI tidaklah sulit untuk dikenali. “Coba saja suruh dia angkat tangannya, ketika ada kelumpuhan atau kelemahan maka bisa dibilang itu mengalami SCI, atau bisa juga dilihat dari luka — luka pada area wajah atau leher,” jelasnya.
Penanganan yang cepat dibutuhkan oleh pasien SCI, karena cedera ini dapat menyebabkan kecatatan, bahkan kematian bagi si penderita. Penanganan ini dapat dibedakan menjadi dua fase, yaitu fase akut dan fase rehabilitasi.
Dalam fase akut, penanganan pasien SCI seperti yang dijelaskan Umi Aisyiyah, Kepala instalansi IRNA Teratai RSUP Fatmawati, pasien langsung ditangani di ruang instalasi gawat darurat (IGD), lalu diperiksa bagian tubuh mana yang cedera. “Lalu pertahankan jalannya nafas agar tetap lancar dan hati-hati saat pemindahan pasien, karena pada fase akut semua serba emergency,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Tahap selanjutnya adalah pengukuran atau tensi kondisi baik buruknya keadaan pasien. Tensi dilakukan dengan mengukur denyut nadi dan pernafasannya. Setelah mengalami fase akut, pasien akan mengalami fase selanjutnya yakni fase rehabilitasi.
Rehabilitasi adalah suatu tindakan untuk membantu individu yang mengalami atau berpotensi mengalami kecacatan untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan kata lain, si pasien diajarkan untuk mandiri dalam keterbatasannya.
Menurut Winda, dalam fase rehabilitasi sang pasien beserta keluarganya akan dilibatkan untuk pemulihan seoptimal mungkin. “Namun tingkat keoptimalan pemulihan tergantung manifestasi klinis, derajat kelumpuhan, dan derajat ketidakmampuan si pasien” tutupnya.
Reporter: Ardhi Mg. |Editor: Aprilia