Sekelompok Mahasiswa Suarakan Masalah Tanah Rembang

Berita UPN Kabar Kampus Lintas Kampus

Aspirasionline.com- Beberapa mahasiswa pada Jumat (27/6) melakukan aksi solidaritasi di area Bundaran Hotel Indonesia (HI) pukul 16.00 WIB. Perkumpulan yang menamakan diri mereka sebagai Aliansi Mahasiswa Untuk Kedaulatan Tanah (AMUKAN) ini berusaha untuk mengingatkan masyarakat mengenai permasalahan tanah yang sedang berlangsung saat ini, khususnya di daerah Rembang, Jawa Tengah.

“Ditengah hingar-bingar politik saat ini kami hanya berusaha untuk mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak melupakan masalah saudara-saudara kita yang ditindas kaum kapitalis,” ujar Yusuf sebagai koordinator lapangan (korlap) pada sore hari itu.

Tepat sekali, pada saat itu juga ada sebuah aksi penolakan Joko Widodo sebagai capres oleh segerombolan anak muda di depan Hotel Mandarin Oriental. Serta aksi relawan Joko Widodo yang melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak percaya kampanye hitam dengan menyebarkan jadwal imsakiah untuk bulan suci ramadhan.

Seperti tidak mau kalah dengan kedua aksi khas di tahun politik ini, para mahasiswa AMUKAN pun lebih bersemangat dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Berusaha mengingatkan masyarakat dengan kejadian menyedihkan yang sedang dialami saudara-saudara di Rembang.

Beberapa waktu lalu PT. Semen Indonesia berencana ingin membangun pabrik di wilayah Rembang, Jawa Tengah. Tetapi 500 warga desa sekitar lokasi rencana penambangan dan tapak pabrik menduduki rencana lokasi tapak pabrik. Hal itu dikarenakan tidak ada itikad baik dari PT. Semen Indonesia dalam seluruh rencana proses penambangan dan pendirian pabrik di Rembang.

Aksi ini menjadi pilihan terakhir setelah warga tidak pernah diberi kesempatan untuk menyuarakan berbagai pelanggaran yang telah dilakukan selama persiapan proyek pembangunan pabrik semen PT. Semen Indonesia di Rembang ini. Warga tidak pernah tahu informasi yang jelas mengenai rencana pendirian pabrik semen. Tidak pernah ada sosialisasi yang melibatkan warga desa secara umum, yang ada hanya perangkat desa dan tidak pernah disampaikan kepada warga.

Dokumen AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) pun tidak pernah disampaikan kepada warga. Tidak pernah ada penjelasan mengenai dampak-dampak negatif akibat penambangan dan pendirian pabrik semen. Intimidasi sering terjadi seiring gerakan warga yang ingin memperjuangkan haknya untuk memperoleh informasi yang jelas dan memperoleh lingkungan hidup yang sehat.

Haris

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *