Ida Dayak dan Alasan Tingginya Minat Pengobatan Tradisional

Nasional

Pengobatan alternatif Ida Dayak belakangan menjadi fenomena tersendiri di tengah masyarakat. Media sosial dinilai berperan penting dalam viralnya fenomena ini.

Aspirasionline.com—Beberapa waktu lalu, pengobatan alternatif Ida Dayak menjadi sorotan masyarakat. Pengobatan ini menjadi viral di media sosial karena terdapat klaim yang menyebutkan bahwa Ida Dayak dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Tidak hanya dari masyarakat biasa, pengobatan Ida Dayak juga sampai diminati oleh kalangan pejabat, contohnya saja Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso dan Jenderal TNI (Purnawirawan) Hendropriyono.

Dosen Sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Rakhmat Hidayat menyebutkan jika pengobatan tradisional seperti yang dilakukan Ida Dayak bukanlah hal baru jika ditilik secara sosiologis dan antropologis. Fenomena ini sudah banyak ditemui sejak dulu, terutama di kampung-kampung, seperti ramainya Ponari, seorang dukun dari Jawa Timur.

Menurutnya, selama ini, banyak perkiraan yang timbul jika pasien dari tipe pengobatan alternatif ini datang dari kelompok sosial-ekonomi menengah ke bawah. Padahal, pasien Ida Dayak yang ternyata dari kelas menengah dan terdidik pun juga dapat ditemukan mencoba pengobatan tersebut.

“(Hal ini) menunjukkan bahwa sebenarnya rasionalitas masyarakat itu juga sesuatu yang absurd, yaitu tidak ada batas,” ujar Rakhmat ketika diwawancarai oleh ASPIRASI pada Senin, (17/4).

Rakhmat juga menambahkan bahwa fenomena ini terjadi karena minimnya kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan medis modern, ditambah biayanya yang cukup mahal.

“Secara sosiologis dan antropologis kasus ini sudah lama terjadi, hingga sekarang dari segi ekonomi mereka yang berekspektasi adalah kelas bawah. Kemudian mereka juga kecewa dengan pengobatan medis sehingga menemukan pengobatan tradisional yang dianggap lebih instan,” terang Rakhmat.

Selain kinerja pengobatan tradisional yang berlangsung secara instan, menurutnya pendekatan personal juga menjadi sebuah alasan mengapa pengobatan tradisional masih diminati.

Melalui kacamata sosial budaya, Rakhmat mengatakan terdapat jarak cara pandang masyarakat terhadap Ida Dayak dan tenaga medis. Banyaknya kesamaan warga dan Ida Dayak yang juga merupakan warga biasa, nyatanya memengaruhi pilihan masyarakat.

“Sedangkan pendekatan medis ada jaraknya karena perbedaan strata sosial, seperti misalnya baju seragam dokter itu sudah seperti batas atau barrier antara pasien dengan dokter medis, jadi pendekatannya bukan secara personal lagi,” lanjutnya.

Bagaimana Kesehatan Modern Memandang Fenomena Ida Dayak

Menurut Dicky Budiman, seorang dokter dan epidemiolog lulusan Universitas Griffith Australia, fenomena Ida Dayak merupakan hal yang lazim di negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Bahkan, di negara-negara seperti China, Jepang, atau Korea, pengobatan tradisional pun dapat ditemui.

Namun, perbedaan yang menjadi garis bawah dalam fenomena ini ialah bagaimana pengobatan tradisional di ketiga negara tersebut sudah tersaintifikasi dan memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, sedangkan mayoritas pengobatan tradisional di Indonesia belum mampu dibuktikan secara ilmiah.

“Jadi mayoritas pengobatan atau cara pengobatan tradisional kita itu masih belum terbukti secara ilmiah, sayangnya mereka masih menggunakan cara klaim atau testimoni, yang mana testimoni ataupun klaim ini tidak bisa menjadi satu-satunya cara mengukur suatu efektivitas atau manfaat dari suatu layanan kesehatan,” tutur Dicky kepada ASPIRASI pada Sabtu, (15/4).

Dicky mengatakan, jika kasus penyakit yang sembuh secara instan dalam pengobatan Ida Dayak mungkin saja terjadi, dengan catatan jika kasusnya tidak berat. Dalam hal ini, tidak semua kasus penyembuhan itu dapat digeneralisasi untuk semua jenis penyakit.

“Tetapi kalau bicara patah tulang, infeksi, kanker, dan lainnya yang tidak bisa sembuh secara instan, itu jelas. Bahkan selain ada yang berminggu-minggu atau bulanan, kalau yang lebih berat kita tidak tau bisa atau tidak disembuhkan,” lanjutnya.

Dengan demikian, katanya, pengobatan medis juga bisa dibilang memiliki keterbatasan sebab masih belum bisa menjawab pengobatan beberapa jenis penyakit berat.

“Apalagi klaimnya itu mengatakan ‘bisa menyelesaikan berbagai penyakit’ itu menjadi tanda tanya, karena tidak ada. Dalam konteks ilmiah, semua pasti ada keterbatasan. Jadi kalau ada yang mengklaim seperti itu, akan mengundang banyak tanda tanya secara ilmiah,” tuturnya.

Dicky berharap, pemerintah dapat memanfaatkan momentum ini dengan menertibkan dan memberdayakan secara positif potensi dari pengobatan tradisional Ida Dayak, sehingga pengobatan tradisional dapat tersaintifikasi dan berjalan bersamaan dengan pengobatan modern.

Peran Sosial Media dalam Mempersuasif Masyarakat

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) Radita Gora Tayibnafis menanggapi konten Ida Dayak yang banyak sekali tersebar di platform TiktTok dengan durasi pendek.

Ia mengatakan bahwa konten pendek atau microblogging media sosial saat ini jauh lebih mudah untuk mempersuasif orang.

“TikTok lebih mudah di-reminding orang dan menciptakan persuasif ke orang sehingga awareness masyarakat terhadap konten TikTok lebih mudah dicerna,” ujar Radita saat diwawancarai ASPIRASI pada Jumat (28/4).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa fenomena seperti Ida Dayak memiliki keunikan dan daya tarik di mata masyarakat. Apalagi jika informasi yang diberikan dekat dengan emosional masyarakat.

“Jadi dengan adanya sosial media, apa-apa mudah untuk viral. Yang penting hal-hal mengganjil, tidak biasa, atau kasus unik, kemudian diviralkan dan semua orang bisa liat,” ujarnya.

Namun, perihal konten pendek mengenai pengobatan Ida Dayak juga harus ditelaah lebih dulu karena terdapat beberapa konten yang menimbulkan misinformasi. Akibatnya, persepsi orang menjadi berbeda-beda karena potongan video yang tidak utuh dan sumber yang tidak jelas asalnya.

“Orang ketika mendengarkan video yang singkat itu dia bisa salah persepsi dengan adanya potongan video itu,” tuturnya.

Menurutnya, masyarakat juga perlu membiasakan diri untuk membaca dengan memahami literasi yang terbukti validitasnya, sehingga dapat memotivasi diri untuk tidak menjatuhkan orang lain serta memberikan informasi yang lengkap dan benar agar orang lain bisa memahami dan mengerti.

“Menanggapi hal Ida Dayak ini jangan mentah-mentah percaya dia orang sakti bisa mengobati. Kita harus filter dulu, apa benar dia orang sakti dan pengobatan yang digunakan adalah pengobatan herbal,” tukas Radita.

 

Foto: hops.id

Reporter: Anggita Dwi, Maulana Ridhwan. | Editor: Agnes Felicia.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *