Fenomena Pawang Hujan : Antara Kearifan Lokal dan Logika Mistika

Opini

Kehadiran pawang hujan dalam acara MotoGP di sirkuit Mandalika menjadi keunikan identitas sekaligus menjadi gambaran bagi kemunduran berpikir orang Indonesia.

Aspirasionline.com – Pawang hujan, profesi yang akhir-akhir ini sedang menjadi sorotan oleh masyarakat Indonesia dan internasional setelah aksi ikonik Rara Isti Wulandari selaku pawang hujan pada perhelatan MotoGP di Mandalika tahun 2022.

Pawang hujan sendiri sudah ada sejak peradaban kuno yang dipercaya dapat mengendalikan cuaca atau hujan. Pada umumnya pawang hujan bertugas untuk mengendalikan cuaca serta memindahkan awan hitam yang menyebabkan hujan. Keberadaan pawang hujan belum dapat dipastikan sejak kapan di Indonesia, tetapi yang pasti profesi ini telah eksis di masyarakat Indonesia bahkan sebelum viral-nya Rara di acara MotoGP.

Kearifan lokal merupakan pandangan hidup atau strategi kehidupan yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan. Kearifan lokal pawang hujan ini setara dengan kearifan lokal lainnya di Indonesia, seperti di Bali ada kearifan lokal nerang hujan, di Banten ada debus, dan di NTB ada bau nyale.

Kehadiran pawang hujan dalam MotoGP 2022 dapat ditinjau dari sisi pro dan kontra. Dalam sisi pro, kita dapat melihat bahwa pawang hujan menjadi bagian dari kearifan lokal Indonesia dan dapat menjadi ajang promosi budaya Indonesia ke mancanegara.

Sedangkan di sisi kontra, hadirnya pawang hujan dalam MotoGP menjadi bukti dari kemunduran berpikir orang Indonesia. Kemunculan pawang hujan di acara sebesar MotoGP secara tidak langsung memberitahu kepada dunia bahwa orang Indonesia masih memiliki penalaran yang tidak ilmiah dan memberi kesan buruk di mata dunia. Penalaran yang tidak ilmiah ini biasanya dikenal dengan logika mistika.

Kebergantungan Orang Indonesia terhadap Logika Mistika

Logika mistika, secara sederhana, merupakan penalaran atau cara berpikir yang menganggap bahwa segala sesuatu disebabkan oleh pengaruh roh atau hal-hal gaib. Gaib di sini diartikan sebagai sebuah hal yang keberadaannya tidak bisa dikonfirmasi baik dengan indera manusia maupun akal manusia.

Obrolan klenik adalah obrolan yang sangat menarik bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat tercermin dalam tingginya minat pasar masyarakat Indonesia dalam karya-karya yang beraroma mistis. Bukan hanya itu, masyarakat Indonesia juga memperlihatkan ketertarikannya terhadap hal-hal mistis melalui apa yang diterapkannya di kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah menggunakan pawang hujan untuk mengendalikan cuaca.

Tidak hanya pawang hujan, terdapat aktivitas orang Indonesia lainnya yang berkaitan dengan logika mistika seperti praktik dukun, ramalan bintang, penggunaan jimat, dan lain-lain. Logika mistika semacam ini dapat menimbulkan kesesatan dalam berpikir yang mana dapat menimbulkan kerugian bagi orang yang menganutnya atau bahkan bagi orang lain.

Contoh kecil dari kerugian penerapan logika mistika ini adalah ketika orang Indonesia mempercayai bahwa penggunaan jimat dapat memenuhi hajat, seperti kenaikan jabatan atau lolos seleksi PNS–yang sering diberitakan–bukannya berusaha untuk meningkatkan kualitas diri, tetapi malah menggantungkannya pada hal-hal supranatural.

Pada kasus ekstrem, penerapan logika mistika ini membawa malapetaka berupa bahaya yang dapat merenggut nyawa. Misalnya pada ritual yang dilakukan oleh Bambang Suyoto di daerah pamulang tahun 2015, ia melakukan ritual yang bersifat destruktif terhadap tubuhnya dengan melukai tubuhnya sendiri hingga akhirnya meninggal dunia.

Selain dapat mendorong perilaku destruktif, logika mistika juga sering berkaitan dengan penipuan. Salah satunya yang biasanya dilakukan oleh para dukun abal-abal. Beberapa penjelasan dari contoh nyata di atas seharusnya dapat membuka mata bahwa penerapan logika mistika sudah tidak relevan.

Optimalisasi Eksistensi Logika Mistika

Manusia–sebelum menjadi homo sapiens era digital–telah melalui banyak trial and error dalam usaha bertahan hidup yang membentuk kerangka berpikir manusia dari waktu ke waktu. Pembentukan kerangka berpikir tersebut turut diperbarui selama manusia menemukan kerangka berpikir yang lebih baik dari sebelumnya guna mengoptimalisasi keberlangsungan hidup spesies.

Dahulu sekali, logika mistika sempat eksis menjadi salah satu kerangka berpikir manusia dan bahkan diperkirakan dianut oleh sebagian besar peradaban manusia. Logika mistika pada saat itu menjadi pilihan alternatif dari pemecahan masalah karena itulah tools yang paling akurat pada saat itu.

Berbeda dengan era saat ini yang mana ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat sehingga kerangka berpikir manusia semakin ter-upgrade. Logika mistika yang pada dasarnya tidak dapat dibuktikan secara ilmiah dan tidak sesuai dengan kerangka berpikir terbaru menjadi tidak relevan dan menjadi tanda kemunduran berpikir bagi yang menerapkannya.

Yang dipermasalahkan dari keberadaan logika mistika adalah ketika penerapannya membawa kerugian atau bahkan bahaya. Dalam kasus pawang hujan, pembodohan bisa saja terjadi. Misalnya ketika seseorang meyakini bahwa pawang hujan mutlak dapat menghalau hujan, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Orang tersebut pastinya akan kecewa dan merasa dirugikan terlebih jika mengeluarkan biaya atas jasa tersebut.

Seperti yang sudah dibicarakan di awal, pawang hujan dapat digolongkan sebagai kearifan lokal karena merupakan pandangan hidup atau strategi kehidupan yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan. Penampilan pawang hujan dalam perhelatan MotoGP sangat jelas bahwa tujuannya adalah mempromosikan kearifan lokal Indonesia.

Pada akhirnya, banyak kearifan lokal Indonesia yang berkaitan dengan logika mistika. Jika ditinjau dari kacamata budaya, hal tersebut menjadi keunikan dan identitas bagi Indonesia tersendiri. Kita harus kembali lagi ke prinsip awal manusia bertahan hidup, yaitu dengan mengoptimalisasikan kerangka berpikir manusia–dalam hal ini–logika mistika dapat dioptimalisasikan dengan menafsirkan kearifan lokal secara bijak diiringi dengan pemikiran yang maju sehingga akan tercipta benefit tanpa mencederai kearifan lokal dan juga akal sehat.

Foto : Twitter @MotoGP

Penulis: Rina Rustanti. | Editor: Tegar Gempa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *