Fredy BL. Tobing: “Kita Harus Berani Out Of The Box”
Fredy yakin dapat menjadikan UPNVJ sebagai pusat pengembangan keilmuan berwawasan bela Negara serta menciptakan tata kelola kelembagaan yang efektif dan efisien dalam waktu lima tahun.
Aspirasionlie.com – Waktu menunjukkan pukul 11.30 WIB, acara pemaparan visi, misi, dan program kerja calon rektor periode 2018-2022 masih berlanjut. Sekarang waktunya Fredy BL. Tobing, yang merupakan kandidat nomor tiga untuk memperlihatkan visinya juka nanti menjadi rektor Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Pria yang kerap disapa Fredy ini pernah menjabat sebagai Dekan FISIP UPNVJ selama dua periode. Ia pun merupakan akademisi dalam bidang ilmu sosial dan ilmu politik. Fredy meraih gelar sarjananya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) jurusan ilmu politik pada tahun 1987. Ia kemudian meraih gelar magister di PPS UI bidang ilmu sosial pada tahun 1998, lalu mendapat Gelar doktoral dari FISIP UI dalam bidang ilmu politik pada tahun 2011.
Motivasi utama Fredy dalam pencalonan bakal rektor UPNVJ adalah aspirasi teman-teman dari UPNVJ untuk kepemimpinan berikutnya yang lebih baik. “Mengingat saya pernah menadi dekan di FISIP selama dua periode, saya jadi tahu betul bagaimana memimpin UPN di FISIP nya. Persaingan antar perguruan tinggi juga semakin ketat. Semakin dibutuhkan pemimpin yang diharapkan mampu menahkodai UPNVJ lebih baik,” jelasnya saat ditemui ASPIRASI siang itu.
Dalam pemaparannya Fredy mengungkapkan bahwa visinya pada tahun 2022 menjadikan UPNVJ sebagai pusat pengembangan keilmuan berwawasan bela negara, penerapan tata kelola lembaga yang efektif dan efisien, serta peningkatan kesejahteraan dosen dan tenaga pendidik.
Pria yang pernah menjabat menjadi Ketua Departemen Hubungan Internasional FISIP UI mempunyai tiga misi yang ia paparkan. Pertama, meningkatkan akselerasi aktivitas pengajaran, penelitian & publikasi, dan pengabdian pada masyarakat. Kedua, mendorong akselerasi UPNVJ menuju PTN Badan Layanan Umum (BLU). Terakhir, menciptakan tata kelola kelembagaan dan kepegawaian yang efektif-efisien dan berbasis merit-system.
Fredy sendiri mengakui program unggulan yang akan dilaksanakan jika dirinya terpilih menjadi rektor UPNVJ adalah penyerapan anggaran yang bisa lebih tinggi. “Dengan hal itu, kegiatan kampus ini bisa jadi hidup lagi. Kedua, bagaimana prodi-prodi yang ada di UPNVJ bisa semakin baik akreditasinya. Itu butuh support dengan penuh dari lembaga. Tidak menjadi terserah dekan ataupun program studi masing-masing fakultas,” jelas pria yang juga pernah menjadi dosen peneliti di UI.
Rencananya, ia akan mengedepankan UPNVJ dengan mengangkat reputasi kampus bela negara ini menjadi lebih baik. “Misalnya yang terakhir Kemristekdikti mengeluarkan 100 Perguruan Tinggi terbaik versi Kemristekdikti, UPNVJ belum masuk. Tetapi UPN Jatim dan UPNYK sudah masuk 100 besar. Berarti SDM, Kelembagaan, Kemahasiswaan, serta Penelitian dan Publikasi yang perlu ditingkatkan,” jelasnya lagi.
Dalam sesi tanya jawab Shanti Dharmastuti salah satu dosen Hubungan Internasional (HI) FISIP bertanya mengenai kebijakan guna mengatasi kelemahan budaya kerja di UPNVJ, yaitu komunikasi, koordinasi, dan sinergi.
Menjawab pertanyaan Shanti, menurut Fredy UPNVJ telah memiliki sumber daya manusia yang merupakan orang-orang baik, loyal, dedikatif, dan siap perintah. Tetapi itu harus diganti, karena menurutnya pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dekat dengan bawahannya.
“Komunikasi itu kunci. Tapi untuk bisa berkomunikasi itu butuh orang-orang yang punya sikap terbuka, inklusif dan tidak eksklusif, terbuka pada kritik, caci maki tidak masalah. Itu komunikasi buat saya. Jadi percayalah kalau saya dapat amanah silahkan, kapanpun kita bisa bertemu. Saya akan turun ke semua fakultas, ngobrol dengan mahasiswa, karyawan, dan dosen tentunya agar bisa keluar uneg-uneg sesunguhnya,” jawab pria bertubuh jangkung itu.
Ketika ditanya mengenai langkah menghadapi menghadapi Revolusi Industry 4.0 dan kaitannya dengan reformasi birokrasi di UPNVJ, ia menilai bahwa Revolusi Industri 4.0 adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi. Revolusi industri 4.0 ditandai oleh mengemukanya aktivitas virtual.
“Bagaimana kita menggagas menerapkan e-learning misalnya. Tidak perlu ada kontak langsung antara mahasiswa dengan dosen. Tetapi tidak bisa diterapkan sepenuhnya. Reformasi birokrasi kampus juga menjadi penyelesaian. Kritik terbesar dari sebuah birokrasi adalah tidak efisien, berlama-lama untuk mengurus sesuatu,” pungkasnya.
Taklupa berbicara mengenai mahasiswa dalam penuntutan hak-haknya. Menurut Fredy mahasiswa yang menuntut hak nya itu harus didengar, dipenuhi, dan diperhatikan. Ia mengatakan bahwa semua kegiatan kemahasiswaan memiliki hak, dan dalam meningkatkan nilai dari kegiatan tersebut tidak hanya melakukan kegiatan didalam kampus, tetapi sudah mulai harus bisa antar kampus nasional maupun internasional.
“Tapi kalau dia hanya menuntut hak tapi kewajibannya tidak dikerjakan, itu yang harus kita sadarkan. Kebanyakan orang sibuk mencari haknya. Nah, itu disadarkan jangan cuma nuntut hak,” tutup Fredy.
Reporter: Syifa Aulia |Editor : Nadia Imawangi