Dugaan Money Politics Menyeret Pasangan Calon Nomor Urut 02 pada Pemira BEM UPNVJ 2024
Dugaan money politics yang menjerat pasangan calon nomor urut 02, Haikal-Davinci, mempertanyakan integritas dan netralitas Panwas pada Pemira 2024.
Aspirasionline.com – Dugaan kasus money politics di Pemilihan Raya (Pemira) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) menjadi sorotan setelah beberapa unggahan di aplikasi X melalui akun menfess @YUPIEN_FESS pada Minggu, (10/11).
Unggahan ini mengarah kepada Egi Rivaldi Gumilar, Ketua Tim Sukses (Katimses) nomor urut 02 pasangan calon (paslon) Muhammad Haikal Kasyfi dan Davinci Pasiak. Unggahan yang dikirim secara anonim memperlihatkan sepenggal chat dari Egi terkait penawaran berbentuk transaksional atau promosi karier di tingkat universitas.
Menanggapi hal ini, Ivana Adiba Rahmi selaku Ketua Panitia Pengawas (Panwas) menyatakan bahwa dugaan money politics berasal dari laporan-laporan Keluarga Mahasiswa (Kema).
“Laporan-laporan dari Kema ini bukan hanya satu, tapi beberapa orang bahkan dari beberapa fakultas. Dan hal ini pada akhirnya, kami (Panwas) dari tanggal 2 November 2024 melakukan pengaduan formal. Pengaduan formal di sini bentuknya adalah pengisian form pengaduan,” terang Ivana kepada ASPIRASI pada Senin, (11/11).
Melanjutkan pernyataannya, Ivana menjelaskan bahwa pemanggilan terhadap terlapor 1 (Haikal) dan terlapor 2 (Egi) pada Rabu, (6/11) merupakan bentuk teguran penggunaan istilah transaksional dalam menggaet tim sukses (timses).
“Untuk kampanye ini sendiri, bergaji dan tidak bergaji itu tidak ada di Peraturan Panitia Pelaksana (Perpanpel) dan Peraturan Panitia Pengawas (Perpanwas). Yang disalahi mungkin adalah kalimat transaksionalnya. Itulah bentuk teguran kami,” jelas Ivana.
Membantah tuduhan adanya praktik money politics, Haikal berargumen bahwa transaksional yang disebutkan Egi merupakan timbal balik dan apresiasi berupa uang bensin dan uang makan kepada timses.
“Jadi yang dimaksud itu bukan untuk mencari suara, tapi untuk mencari timses,” ungkap Haikal saat diwawancarai ASPIRASI melalui telepon Whatsapp pada Senin, (11/11).
Egi, selaku Katimses paslon 02, menyatakan tuduhan yang dilayangkan hanya berdasarkan asumsi semata dan potongan screenshot yang beredar.
“Makanya gak lengkap di situ (screenshot) dan dari Panwas pun udah melihat bukti-buktinya juga, dan memang gak ada indikasi money politic (atau) jual beli suara,” jelas Egi kepada ASPIRASI Senin, (11/11).
Kronologi Kasus dan Upaya Konfirmasi oleh Panwas Dilakukan melalui Pemanggilan Saksi dan Terlapor
Berdasarkan keterangan Ivana, setelah pengaduan formal tanggal 2 November 2024, Panwas mengeluarkan surat pemanggilan kepada Haikal dan Egi di tanggal 6 November 2024.
Panwas kemudian juga melakukan pemanggilan kepada 12 orang saksi, dengan rincian 11 datang untuk dimintai keterangan, 3 menolak adanya money politics, dan 8 mengiyakan adanya money politics pada 9 November 2024.
“Pada akhirnya kami melakukan pemanggilan formal dengan memasukkan form dan pemanggilan formal kepada saksi-saksi yang ada 12 orang tersebut. Dan akhirnya memvalidasi data. Saksi-saksi pun akhirnya tanpa kami meminta pun memperlihatkan secara gamblang maksudnya bukti-bukti yang ada di sana,” jelas Ivana.
Sebagai terlapor, Haikal membenarkan adanya pemanggilan dan mengaku telah memenuhi panggilan tersebut.
“Saya dan Mas Egi mengikuti prosedur yang dijalankan oleh Panwas, mengikuti pembicaraan yang dijalankan oleh Panwas,” ungkapnya.
Menambah keterangannya, Haikal menilai bahwa saksi-saksi yang dihadirkan oleh Panwas malah tidak memiliki kaitan dengan persoalan yang menyeret dirinya.
“Saksi itu adanya di grup chat yang enggak ada kitanya, gitu. Jadi itu kan aneh. Di grup chat nggak ada kitanya, tapi dijadikan saksi.”
Dalam keterangan Panwas, bukti chat yang terindikasi politik uang adalah Egi yang menghubungi Bougenville (bukan nama sebenarnya) di masa perekrutan timses, yaitu tanggal 19 Oktober 2024.
Hal ini dikonfirmasi oleh Bougenville yang merupakan saksi kunci melalui wawancara dengan reporter ASPIRASI melalui Google Meet.
“Aku juga udah melaksanakan pemanggilan dari Panwas pada hari Sabtu kemarin, terus aku juga menjelaskan sesuai yang tadi aku jelaskan kronologinya, yaitu pada pada 19 Oktober yang Egi ngechat aku,” terang Bougenville kepada ASPIRASI Selasa, (12/11).
Melalui keterangan lebih lanjut, Bougenville mengakui percakapan dirinya dengan Haikal maupun Egi, ia kirim kepada teman-temannya melalui percakapan grup untuk meminta pendapat. Hal yang tidak diketahuinya adalah sepenggal percakapan tersebut kemudian menyebar tanpa sepengetahuannya.
“Aku bingungnya lagi kenapa bisa tiba-tiba sampai ke Kema (Keluarga Mahasiswa), sampai didengar paslon-paslon lain. Aku juga ngga ngerti itu karena aku cuma nyebarin lewat group chat itu,” terangnya.
Bougenville pun juga turut mengklarifikasi bahwa pesan chat dirinya bersama Egi murni transaksional sebagai timses, bukan untuk kepentingan elektabilitas suara.
“Yang dimaksud Egi itu transaksionalnya tuh berupa akomodasi kalau misalnya nanti aku jadi timses. Kita enggak muluk-muluk sih Mbak sebenarnya, kalau misalnya jadi timses tentu bakalan ada banyak biaya yang dikeluarkan,” tambah Bougenville.
Saat diminta penegasan oleh reporter ASPIRASI terkait dengan dugaan money politics, Haikal menyangkal dengan keras.
“Kita enggak pernah menawarkan uang sama sekali. Itu nggak pernah muncul dari mulut saya dan mulut Mas Davinci ketika kita bertemu dengan teman-teman jurusan untuk mencari suara,” bantahnya.
Kasus Ditutup dengan Press Release, Ketua Panwas Menjamin Netralitas
Melalui akun Instagram @pemira.upnvj, Panwas akhirnya mengeluarkan rilis pers menanggapi dugaan pelanggaran money politics. Rilis pers ini diunggah sekitar pukul 10 malam pada Senin, (11/11). Kurun waktu hanya 10 jam sebelum Pemira digelar pukul 8 pagi, Selasa (12/11).
Menurut keterangan Ivana, press release yang dipublikasikan oleh Panwas tersebut menandai penyelesaian kasus dugaan money politics yang beredar.
“Ada press release itu sebagai tanda close case (kasus ditutup),” jelasnya.
Dalam wawancara yang dilakukan, Egi menyatakan bahwa bukti-bukti yang diserahkan kepada panwas merupakan bukti yang apa adanya.
“Panwas juga udah paham dengan melihat bukti-bukti yang aku kasih, yang tidak dikurang-kurangin, dan tidak ditambah-tambahin, memang begitu adanya dan mereka juga sudah lihat ya.” sahut Egi.
Namun, meninjau dari rilis pers oleh Panwas, bukti yang dilampirkan hanya berupa potongan screenshot obrolan dengan Haikal sebagai Paslon 02, Egi selaku Katimses 02, dan dua screenshots obrolan grup. Hal ini menimbulkan pertanyaan terkait dengan transparansi bukti dari rilis pers yang diunggah.
Dalam wawancara menanggapi chat dirinya dengan Egi dan Haikal yang tersebar luas, Bougenville memberikan penegasan.
“Menurut aku dari awal kasus ini emang sebenarnya gak bisa di-up untuk ke publik karena hanya sepotong chat aja, bukan full chat-nya gitu,” terang Bougenville.
Adapun, Ivana tetap memastikan netralitas dan transparansi Pemira berkenan menerima sanksi apabila terbukti tidak netral.
“Siapapun yang ada di Panitia Pemilihan Raya Mahasiswa (PPRM) mereka netral karena sudah disumpah, jikapun tidak netral saya siap untuk menjadi saksi di Panitia Kehormatan Penyelenggara PEMIRA (PKPP) maupun Dewan Yudisial Pemira (YDP) untuk nanti jika adanya pelaporan,” pungkasnya.
Saat dimintai keterangan oleh reporter ASPIRASI terkait dengan kasus ini, Alexsanro Gabe Simbolon selaku Ketua Panitia Pelaksana Pemira 2024 belum memberikan konfirmasi hingga berita ini terbit.
Gambar: ASPIRASI/Calvin
Reporter: Ihfadzillah Yahfadzka| Editor: Natasya Oktavia