Kurangnya Lahan Parkir di UPN, Pihak Kampus Batasi Jumlah Kendaraan
Permasalahan parkir di kampus hijau seakan tak ada habisnya. Solusi dari rektorat dengan menerbitkan Surat Edaran (SE) No.21 tahun 2023 justru menjadi polemik baru.
Aspirasionline.com – Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) terlihat masih cenderung memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi, mulai dari menggunakan sepeda motor hingga mobil. Mahasiswa mengklaim memiliki alasan tersendiri memilih menggunakan kendaraan pribadi.
Salah satunya yakni terkait akses transportasi publik yang masih kurang memadai. Apalagi jika mengingat jarak dari rumah ke kampus yang cukup jauh seperti yang dialami oleh Aisyah, mahasiswi Fakultas Ilmu Komputer (FIK) yang memilih membawa mobil pribadi ke kampus.
“Kan rumah jauh ya di Bekasi, jadi kebetulan sama orang tua dibolehin ke kampusnya naik mobil, mungkin alasannya enggak ada transportasi yang cukup memadai kalau dari Bekasi, terus juga menurut orang tua saya lebih safety ya untuk jarak sejauh ini,” ujar Aisyah kepada ASPIRASI pada Rabu, (1/3).
Hal serupa juga dirasakan oleh Dimas Pratama, mahasiswa Fakultas Teknik (FT) yang berkampus di UPNVJ Limo. Ia merasa, letak kampus Limo yang berada di perbatasan antara Jakarta Selatan dan Depok membuat akses angkutan publik seperti Transjakarta dan Jaklingko menjadi sulit diakses.
“Kalau di (kampus) Pondok Labu masih enak ada Transjakarta. Kalau ke Limo cuma ada angkot satu. Lo tau lah angkot gimana, macet banget,” ungkap Dimas kepada ASPIRASI pada Selasa, (14/3).
Menanggapi terkait sulitnya akses ke kampus, Wakil Rektor (Warek) II Bidang Umum dan Keuangan UPNVJ Prasetyo Hadi menyatakan mahasiswa masih tetap diperbolehkan untuk membawa kendaraan pribadi. Namun, pihak kampus akan membatasi jumlahnya.
Ia bahkan meminta mahasiswa jangan manja karena masih banyak alternatif lain untuk mengatasi kurang memadainya akses transportasi umum. Salah satunya dengan menggunakan ojek online.
“Naik Go-Jek, saya kemarin ke kementerian naik Go-Jek ke Fatmawati, lalu naik MRT, jangan manja,” tegasnya saat diwawancarai ASPIRASI pada Jumat, (24/3).
Persoalan Menahun Lahan Parkir di Kampus UPN
UPNVJ sendiri memang menyediakan fasilitas bagi mahasiswa yang membawa kendaraan pribadi di kampus Pondok Labu berupa lahan parkir. Terdapat tiga lahan parkir motor dan tiga parkir mobil yang beberapa di antaranya dikhususkan untuk pejabat kampus saja. Namun, fasilitas tersebut dianggap masih kurang memadai.
“Fasilitasnya kurang mendukung karena cuma kayak gitu doang. Terus nggak ada atap kalau misalkan hujan, kendaraan kita basah, sama jalannya juga kadang banjir, hujan dikit aja becek,” keluh Thoriq Afif Agil, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis kepada ASPIRASI pada Jumat, (24/2).
UPNVJ sendiri sempat berusaha untuk memperbaiki fasilitas parkir dengan membangun gedung parkir motor. Namun, proyek tersebut diketahui sudah mangkrak selama bertahun-tahun dan bahkan banyak mahasiswa yang belum mengetahuinya.
Prasetyo mengatakan bahwa mangkraknya proyek pembangunan lahan parkir di kampus Pondok Labu karena ada sedikit permasalahan dengan pihak Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Ia menambahkan bahwa proyek tersebut akan dimulai kembali dalam waktu dekat.
“Waktu itu pembangunannya tidak jalan karena ada kendala di Kemenhan, tapi sekarang sudah selesai (kendalanya), maka akan dilanjutkan lagi,” terangnya.
Prasetyo juga menjelaskan bahwa pembangunan gedung parkir akan dilanjutkan dengan membangun sampai tiga atau empat lantai. Selain itu, UPNVJ juga sebelumnya berniat untuk memperlebar lahan di samping gedung Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP), tetapi terkendala karena lahan tersebut tidak dijual oleh sang pemilik lahan.
Tidak hanya fasilitas motor yang kurang memadai, lahan parkir mobil di kampus Pondok Labu juga terbilang kurang jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan mahasiswa yang ada di UPNVJ. Bahkan membayar tiket parkir belum tentu menjamin akan mendapatkan tempat parkir.
“Fasilitas parkir itu sebenernya di sini hoki-hokian, saking hoki-hokiannya itu sampai walau sudah bayar tiket itu belum tentu dapat lahan parkir,” keluh Fairuz, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, kepada ASPIRASI pada Rabu, (1/3).
Sementara itu, di kampus Limo, permasalahan terkait parkir malah semakin pelik. Lahan parkir tidak tersedia di dalam area kampus, lahan parkir tersebut terletak di lingkungan warga. Hal tersebut diketahui merupakan hasil kerjasama dengan Forum Pemuda Limo.
Namun sayangnya, lahan parkir tersebut juga masih jauh dari kata memadai. Luas lahan yang masih kurang membuat mahasiswa masih berebutan untuk sekadar mendapatkan tempat parkir. Begitu juga jika kondisi hujan, area parkir yang masih berupa tanah otomatis menjadi becek dan licin.
“Gue dapatnya selalu yang di tanah, kayak di kebon gitu tapi gara-gara udah keseringan diinjak jadi pada rusak. Yang pernah gue rasain ‘tuh kalau habis hujan, kalau hujan becek dan kotor, standar motor tuh kudu (harus) benar, kalau nggak jatuh, (jadi) harus cari tanah yang keras,” keluh Dimas yang selalu menggunakan transportasi motor ke kampus Limo.
Lisa Nurhalisa, mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) UPNVJ yang membawa kendaraan pribadi sehari-hari juga mengeluhkan terkait lahan parkir yang kurang memadai. Ia menyebut, terdapat lahan kosong yang seharusnya bisa menjadi lahan parkir di depan gedung fakultasnya.
“Tapi gue nggak tau kenapa nggak di bikin parkir, kalau ada acara baru parkir di situ. Kalau emang mahasiswa nggak boleh parkir di lapangan itu, ya parkir di luar harus dibagusin. Kalau parkir di dalam nggak boleh dan parkir di luar jelek, siapa yang mood ke kampus?” keluh Lisa kepada ASPIRASI pada Kamis (16/3).
Menanti Solusi Tepat Sasaran dari Rektorat
Belum lama ini, rektorat baru saja menerbitkan Surat Edaran Nomor 21 Tahun 2023. Surat edaran tersebut diketahui mengatur mengenai ketertiban parkir kendaraan roda dua dan roda empat di kampus.
Isi dari surat tersebut di antaranya mengenai kewajiban penggunaan stiker pemilik kendaraan roda empat bagi mahasiswa semester empat dan pemberlakukan sistem ganjil genap pada pelat nomor. Sedangkan bagi kendaraan roda dua, akan diberlakukan pengempesan ban bagi kendaraan yang diparkir secara sembarang.
Kebijakan yang diharapkan menjadi salah satu jalan keluar permasalahan parkir dari pihak rektorat itu sendiri hingga saat ini masih belum menemukan kejelasan. Informasi dan tindak lanjut mengenai cara mendapatkan stiker maupun terkait stiker tersebut berbayar atau tidaknya menjadi hambatan.
“Sempat nanya ke (bagian) akademik mahasiswa, ini kemana stikernya kalau emang mau beli stiker, terus dari akademik mahasiswanya ngelempar ke staf biro umum, tapi belum sempat ke biro umum katanya dari mikmas mau digituin (diurus), jadi bingung sih ini sebenernya mau minta stiker kemana,” keluh Fairuz.
Mahasiswa sendiri berharap utamanya dari pihak kampus untuk memperbaiki dan menambah lahan parkir, atau setidaknya bisa menyeimbangkan antara ketersediaan lahan dengan jumlah kendaraan mahasiswa. Apalagi mengingat mahasiswa pengguna kendaraan pribadi dipungut biaya dua ribu rupiah untuk motor dan lima ribu rupiah untuk parkir mobil.
“Bingung juga sih mau protes ke siapa, ini yang memungut parkirnya aja kita nggak tau aliran dananya kemana dan penanggung jawabnya nggak tau, paling (cuma bisa) ngedumel aja,” keluh Fairuz kembali.
Hal tersebut juga diaminkan oleh Thoriq. Ia berharap kebijakan baru tersebut dikaji kembali oleh pihak rektorat untuk penerapannya.
“Mungkin dari peraturan itu dikaji lagi, atau mungkin diimbangi penambahan fasilitas. Jadi kan kita sebagai mahasiswa juga akan menjalaninya, tapi ya dengan fasilitas yang memadai,” kata Thoriq kepada ASPIRASI.
Pihak rektorat sendiri mengonfirmasi bahwa kebijakan ini sebenarnya sudah ada sejak dua tahun lalu, tetapi kemudian dilakukan pembaharuan dan diterbitkan kembali. Prasetyo meyakinkan mahasiswa bahwa untuk perbaikan fasilitas pastinya akan dilakukan. Namun ia juga menilai, kebijakan ini perlu untuk diterapkan untuk mencegah kesemrawutan nantinya.
“Pihak kampus tidak melarang mahasiswa membawa kendaraan, tetapi jika tidak diatur ganjil genap, maka akan semrawut,” terangnya.
Foto: Alfianti Putri.
Reporter: Alfianti Putri, M. Fadli. | Editor: Vedro Imanuel.