Fenomena Stunting Kala Pandemi

Forum Akademika

Dalam Riskesdas tahun 2013, jumlah anak yang mengalami stunting sebesar 37,2%. Pada Tahun 2018, jumlah anak terkena stunting mengalami penurunan. Namun, adanya Pandemi Covid-19 dapat mempengaruhi kenaikan angka tersebut.

Aspirasionline.com − Sejak pandemi melanda dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilakukan, sektor perekonomian mengalami penurunan pemasukan yang membuat perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap tenaga kerjanya. Hal ini tak disangka menjadi salah satu penyebab angka fenomena stunting pada anak mengalami lonjakan.

Stunting merupakan fenomena terhambatnya pertumbuhan tinggi badan anak yang terjadi karena faktor internal dan faktor eksternal. Fenomena ini dialami oleh anak pada masa balita yang disebabkan oleh kurangnya asupan protein hewani berupa daging. Hal ini lantas menjadi tantangan bagi keluarga yang memiliki ekonomi sulit, apalagi di tengah pandemi. Pasalnya, daging merupakan bahan makanan yang memiliki harga tergolong mahal.

Menurut data Kemenkes RI, balita bisa diketahui stunting bila sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini berada pada kisaran di bawah normal. Selain tubuh yang berperawakan pendek dari anak seusianya, terdapat pula ciri-ciri lainnya yaitu pertumbuhan melambat, performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya, mudah terserang berbagai penyakit infeksi, perkembangan tubuh anak terhambat dan berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.

Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat, Agustina pun mengungkapkan, stunting dapat terjadi ketika masa kehamilan. Hal itu disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi pada ibu yang mengandung. “Masalah stunting ini bisa pada masa hamil yang kurang asupan nutrisinya atau adanya infeksi lain. Bisa juga pada masa setelah lahir,” ujar Agustina pada Rabu, (1/12).

Agustina menjelaskan, data Riskesdas tahun 2018 yang mengatakan bahwa sebanyak 30,8% di Indonesia terkena fenomena stunting. Angka ini memang mengalami penurunan dari tahun 2013 yang sebelumnya menyentuh angka 37,12% untuk kasus stunting pada anak. Namun, pada tahun 2020 tepatnya saat pandemi melanda. Kasus fenomena stunting rupanya mengalami lonjakan.

“Merujuk dari data Riskesdas 2018, hanya 69,2% anak yang memiliki potensi menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Namun, angka ini masih bisa berubah dengan dipengaruhi oleh pola hidup keseharian individu,” ujar perempuan kelahiran Payakumbuh tersebut.

Agustina juga menambahkan, bahwa fenomena stunting sangat memprihatinkan. Pasalnya fenomena ini akan memberi efek yang bersifat jangka panjang. Menurutnya, anak-anak yang masa kecilnya terkena stunting nantinya akan membuat penurunan kualitas sumber daya manusia.

Cara Mencegah Kenaikan Angka Stunting

Menurut Agustina, Stunting dapat dicegah dengan pemberian bekal pengetahuan yang baik dan benar kepada orang tua terutama ibu. Menurutnya, kurangnya pengetahuan ibu terhadap perkembangan anak dan pengolahan makanan pun kelak bisa berdampak pada masa depan anak. Agustina menambahkan, banyak hal yang  harus diperbaiki di masyarakat untuk meningkatkan kualitas dalam mengasuh anak.

“Terdapat dua penyebab stunting terbagi menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung,” ujar Agustina kepada ASPIRASI.

Lebih lanjut Agustina menjelaskan, faktor internal langsung juga berpengaruh, yaitu kurangnya asupan nutrisi bayi saat dalam kandungan. Agustina menyampaikan, para ibu diharapkan mengerti betapa pentingnya menjaga keseimbangan nutrisi anak pada masa kehamilan. 

Selain itu menurutnya, penyebab tidak langsung dapat pula terjadi seperti pola asuh dan sanitasi yang buruk serta pelayanan kesehatan yang rendah terhadap ibu dan anak. Menurutnya, aktivis atau perwakilan dari pihak yang bergerak dalam bidang parenting bisa melakukan penyuluhan kepada ibu hamil dan para calon ibu.

“Orang tua juga harus memperhatikan makanan anak terutama pada 1000 hari pertama anak lahir di dunia. Karena momen itu lah yang akan menentukan bagaimana kualitas atau kesehatan seorang anak,” tambahnya.

Agustina menekankan, stunting perlu dicegah dengan benar supaya kedepannya angka stunting dapat menurun dari hari ke hari. Pencegahan dapat dilakukan dimulai dari orang tua dengan memahami dan memberikan asupan nutrisi yang sesuai untuk anak serta seorang ibu perlu memiliki pengetahuan mengenai gizi yang baik untuk anak kelak.

Reporter : Hanin Mg., Diva Mg. | Editor: Marsya Aulia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *