UCP Sebagai Gaya Baru Ujian di FEB
UCP merupakan terobosan baru dari FEB untuk menguji kompetensi mahasiswa. Namun, dalam pelaksanaannya, masih banyak kendala yang dirasakan mahasiswa
Aspirasionline.com – Dua semester sudah dilewati mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), dengan sistem ujian yang berbeda dari fakultas lain. Sistem ujian yang biasa dihadapi seperti Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) oleh mahasiswa FEB, kini berganti menjadi Uji Capaian Pembelajaran (UCP).
Ni Putu Eka Widiastuti, Wakil Dekan I Bidang Akademik FEB menjelaskan, terkait konsep UCP yang berbasis Outcome-Based Education (OBE). Konsep tersebut merupakan konsep kurikulum yang diterapkan fakultas FEB, untuk mengajukan pengakuan Internasional.
“Konsepnya itu (UCP, red) dari Outcome-Based Education (OBE). OBE adalah konsep kurikulum berbasis luaran jika fakultas ini ingin mengajukan rekoknisi internasional,” jelas Putu pada ASPIRASI, pada Selasa, (6/4).
Lebih lanjut, Putu menambahkan, UCP tersebut memiliki konsep ketika mahasiswa mengikuti perkuliahan, kemampuannya harus selalu diukur. “Jadi, dipertemuan keempat ada uji capaian,” tambah Putu.
Putu juga menyampaikan, bahwa UCP memiliki berbagai macam variasi dalam pengujian kompetensi mahasiswa. Mulai dari oral tes yang ditujukan untuk menguji kemampuan mahasiswa dalam menjelaskan materi kesatu sampai keempat.
Selain melalui ujian, UCP juga dapat dilakukan dengan menyusun artikel, membuat project dan mengikuti seminar yang menjadi bentuk uji capaian lainnya yang dapat dosen berikan pada mahasiswa. “Jadi bentuknya tidak harus ujian di kelas. Bentuknya itu sangat variatif,” ujar perempuan itu.
Diketahui, bahwa dalam satu semester dilakukan UCP setiap empat minggu sekali. Empat minggu pertama sebagai UCP satu, minggu kedelapan sebagai UCP kedua. Begitu seterusnya, sampai minggu keenam belas, sebagai UCP keempat.
Kendala Penerapan UCP bagi Mahasiswa
Kendati sudah dua semester dilaksanakan, mahasiswa mengaku masih merasakan berbagai kendala dari sistem ujian yang terbilang baru bagi mereka. Hal ini seperti yang dialami oleh Mahasiswa Jurusan Manajemen, Adelia Fitriana.
Menurut perempuan itu, yang menjadi kendala dalam UCP ialah bentuk penugasan yang diberikan oleh tiap dosen berbeda. “Kendalanya itu, setiap dosen kan beda-beda. Kadang suka tiba-tiba ada kuis. Jurnal atikel yang bikin berat, karena dibebasin ngasih tugasnya,” ungkap Adel pada Minggu, (28/3) lalu.
Sama seperti Adel, Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Siti Rafi’ah menuturkan, kendala yang ia hadapi dalam UCP ini ialah pada penentuan teknis pengerjaan. UCP yang terbilang baru diterapkan di FEB, masih membuat beberapa mahasiswa kebingungan.
“Selain itu, beberapa mahasiswa masih dalam tahap adaptasi untuk kebijakan UCP ini,” ucap Siti pada Senin, (29/3).
Mahasiswa Jurusan Akuntansi lainnya, Wanda Wasalwa pun mengungkapkan, bahwa terkadang pelaksaanan UCP satu dan tiga di semester lalu dilakukan pada malam hari. Sementara pada siang harinya, Wanda tetap mendapatkan materi yang menurutnya cukup memberatkan.
“Terutama untuk UCP satu dan tiga, karena berbarengan dengan materi. Jadi siangnya materi dan malemnya ujian. Istilahnya diforsir kan,” jelas Wanda saat dihubungi ASPIRASI, pada Senin (29/3).
Putu pun membenarkan, pada awalnya mahasiswa merasa bahwa dosen hanya memberikan tugas saja, tanpa mengukur kompetensi mahasiswa. “Tanggapan mahasiswa terkait UCP ini, biasanya tugas setiap hari diberikan oleh dosen dan tidak mengukur sampai kompetensi yang mana,” kata Putu.
Perempuan itu juga menyampaikan, bahwa nantinya UCP akan lebih bervariasi. Sehingga, mahasiswa dan dosen bisa semakin mengeksplorasi dalam pelaksanaan UCP.
“Rencananya UCP lebih bervariasi sehingga mahasiswa dan dosen bisa semakin mengekplorasi dan terasah, semakin kreatif lagi dalam UCP ini,” tutup Putu.
Reporter: Tegar Gempa | Editor: Azzahra Dhea.