Gerakan Tandingan Mahasiswa Melawan Pemilwa UGM 2016

Kabar Kampus Lintas Kampus

Pemilihan Umum Mahasiswa (Pemilwa) Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diselenggarakan mulai 21-23 November 2016, memiliki tandingan berupa gerakan pemboikotan yang dilakukan oleh mahasiswa aktif UGM sendiri.

Aspirasionline.com – Pemilwa merupakan pesta demokrasi mahasiswa UGM untuk memilih Presiden Mahasiswa (Presma) Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM yang diadakan setiap tahun. Pemilihan umum pada tahun ini memiliki keunikan tersendiri yaitu pesta demokrasi yang selalu diharapkan dapat memilih pejabat yang menguntungkan mahasiswa, malah memiliki tandingan berupa gerakan pemboikotan yang dilakukan oleh mahasiswa aktif UGM sendiri.

“Gerakan pemboikotan ini berawal dari keresahan lama yang merupakan gerakan anonim, dimana gerakan ini bebas untuk siapa saja dan tidak di lembagakan. Tetapi, berdasarkan kesadaran bersama,” ujar Mahasiswa Aktif UGM yang namanya tidak ingin disebutkan, Selasa (22/11). Gerakan ini bertujuan untuk reformasi Keluarga Mahasiswa UGM dengan solusi Kolektif Kolegial, yaitu sistem pengambilan keputusan secara bersama-sama dan dilakukan secara setara tanpa ada pendapat yang bobotnya lebih tinggi dari pendapat lain.

“Banyak aspek yang melatarbelakangi gerakan pemboikotan ini, seperti monopoli kekuasaan tunggal, pengambilan kebijakan yang tertutup tidak deliberatif, pengelolaan anggaran, serta ketidakjelasan mekanisme kontrol Presma BEM KM UGM” tulis mahasiswa tersebut ketika dihubungi via line, Selasa (22/11). Pihak pemboikotan ini menginginkan untuk kembali ke demokrasi musyawarah mufakat yang penuh kekeluargaan. Dimana sistem yang diutamakan melibatkan seluruh entisitas mahasiswa.

Mahasiswa yang berinisial JS ini juga menjelaskan bahwa gerakan pemboikotan sudah bergerak sejak seminggu lalu (16/11). Salah satu gerakan yang dilakukan berupa menulis “Boikot” pada kertas suara yang dilakukan pada saat pemilihan berlangsung di TPS. Selain itu, dilakukan juga diskusi terbuka yang dilakukan sebagai wadah aspirasi dan melakukan kajian mengenai kelembagaan kolektif kolegial ini. “Pihak Senat KM UGM pun sedang menyebarkan quesioner aspirasi mahasiswa untuk diajukan dalam Kongres KM,” balasnya. Ia juga menambahkan, baik yang pro maupun kontra terhadap gerakan pemboikotan ini saling menghargai dengan rasional dan preferensi masing-masing pihak.

Pihak Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM), Imanuddin, menjelaskan bahwa pemilihan umum tahun ini berjalan dengan kondusif. Kondusif dalam artian seluruh Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang ada di UGM menjadi wadah penyaluran suara mahasiswa. Kendala-kendala yang terjadi pada saat berlangsungnya pemilu seperti kepanitiaan pada umumnya yaitu masalah sumber daya manusia maupun pendanaan.
“KPU sendiri menjadi pihak yang netral dan independen tanpa mendukung salah satu calon maupun mengintervensi pihak lain,” ujar Imanuddin ketika dihubungi oleh ASPIRASI melalui sms, Kamis (24/11). “Walaupun pada kenyataannya ada tindakan pencegahan secara inisiatif dari pihak KPU terkait boikot” lanjutnya. Tindakan inisiatif itu berupa melarang mahasiswa untuk membawa pulpen kedalam bilik TPS.

Ketika ditanyakan mengenai mahasiswa yang memiliki peran ganda, yaitu sebagai Anggota suatu partai dan Anggota KPU. Ia memilih untuk tidak menjawab pertanyaan tersebut. “Mohon Mba, Saya masih harus menunggu konfirmasi dari beberapa pihak terkait pemberian informasi ini” tutupnya.

Reporter: Nadia Mg. | Editor: Deden

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *