Utilitas Kuesioner Penilaian Dosen Bagi Mahasiswa FISIP

Berita UPN

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPNVJ diberi kuesioner sebelum mengerjakan soal Ujian Akhir Semester (UAS) yang isinya terkait penilaian terhadap dosen pengampu. Dekan FISIP mengatakan hasilnya akan dikaji dan ditindaklanjuti oleh fakultas.

Sejak hari pertama UAS pada Senin (17/6), mahasiswa FISIP langsung dibagikan selembar kertas kuesioner oleh pengawas ujian alih-alih dibagikan kertas soal ujian dan lembar jawaban. Kuesioner itu kemudian diisi oleh sebagian mahasiswa yang ada di setiap ruang ujian dan berlaku untuk semua mata kuliah, sehingga pengisian kuesioner ini terus berlangsung sampai hari terakhir ujian.

Pengisian kuisioner dilaksanakan lima belas menit, sudah termasuk waktu mulai mengerjakan ujian. Lantas, mahasiswa mengeluhkan hal ini karena memotong waktu ujiannya. Salah satunya Jibril Surya, seorang mahasiswa Hubungan Internasional 2018.

“Cukup mengganggu karena waktu lima belas menit masih bisa dipakai buat belajar (materi ujian, red.) walaupun cuma sedikit. Terkadang waktu lima belas menit itu juga sudah mulai pembagian soal dan bisa mengisi data diri di lembar jawaban,” keluhnya.

Menurutnya, penilaian dosen lebih efektif dilakukan melalui EDOM di laman resmi UPNVJ. “Lebih efektif menggunakan EDOM karena EDOM jadi syarat dari pencetakan kartu UAS, jadi mau nggak mau mahasiswa pasti mengisi EDOM,” kata Jibril. Meski ia tak menafikan bahwa penilaian via EDOM bisa diisi dengan serampangan saja oleh mahasiswa.

Ia juga mengkritik bentuk pengumpulan data kuesioner saat ujian itu yang masih mengandalkan kertas. “Seharusnya kalau UPN ingin mendukung gerakan Go Green, pengisian EDOM sudah cukup. Kertas kuisioner tersebut hanya dipakai satu kali dan banyak menggunakan kertas,” ujarnya pada ASPIRASI pada Rabu, (3/7).

Ihwal ini, ASPIRASI mewawancarai Dekan FISIP Dudy Heryadi. Dudy baru menjabat dekan sejak Maret 2019. Menurut keterangannya, ia sedang mengadakan program baru yang diharapkan dapat menampung aspirasi dan masukan mahasiswa mengenai dosen-dosen di FISIP UPNVJ, caranya melalui pengisian kuisioner tersebut.

Pengisian kuisioner ini dilakukan karena Dudy mengaku belum tahu banyak mengenai tenaga kependidikan yang ada di fakultasnya. Dudy juga berkaca pada acara Dialog Bersama Dekan yang diadakan pada Selasa, (26/3) lalu dan kuesioner advokasi yang dikumpul BEM FISIP UPNVJ terkait keluh-kesah mahasiswa. Namun, menurutnya angket tersebut lebih seperti ajang curhat. Sehingga, kata Dudy, indikatornya menjadi kurang jelas.

“Kalau ini saya buat indikator-indikatornya mudah-mudahan bisa memperbaiki lah ya,” ungkapnya mengenai kuesioner ala pihak dekan FISIP.

Berbeda dengan Jibril, Deafrine mahasiswi Ilmu Komunikasi 2018 justru menilai bahwa pengisian kuisioner lebih efektif karena pertanyaan yang dilampirkan singkat, padat, dan jelas. Bisa diisi pake kata-kata sendiri juga,” ujarnya. Dirinya pun tak mempermasalahkan waktu ujian yang tersita. “Enggak mengganggu soalnya kan rata-rata yang dikasih kuesioner itu ujannya take home (tidak mengerjakan ujian tulis melainkan langsung mengumpulkan tugas ujian saja, red.),” tambah Deafrine.

Namun, dirinya megeluhkan penggunaan kertas yang dinilai tidak mendukung program kampus, kedepannya ia berharap agar pengisian kuisioner dapat dilakukan via daring saja.

Menanggapi keluhan mengenai waktu ujian yang terpotong, Dudy mengatakan bahwa sebetulnya hal ini sudah termasuk dalam bagian pertimbangan diadakannya program baru ini. Perhitungannya, jika waktu ujian yang disediakan 120 menit sementara waktu untuk mengerjakan 90 menit maka mahasiswa masih memiliki sisa waktu 30 menit. Dengan begitu, kata Dudy, tidak akan mengganggu waktu ujian mahasiswa.

“Hanya memang agak melelahkan karena dilakukan setiap mau ujian. Tapi saya pikir ini cuma 15 menit toh juga tidak wajib mengisi. Kalaupun tidak mau ngisi boleh aja,” katanya pada ASPIRASI, Rabu, (3/7) lalu.

Kuesioner yang telah disebar akan direkap dan diserahkan pada Unit Penjaminan Mutu Fakultas yang diketuai oleh Shanti Darmastuti, Dosen Hubungan Internasional, yang dijelaskan Dudy berfungsi untuk meningkatkan mutu dosen, mutu mahasiswa, mutu manajemen, serta mutu sarana dan prasarana fakultas.

Standar mutu yang dimaksud mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggat (SNdikti). “Jadi kita selalu menjadi unit yang early warning (peringatan dini) untuk memperbaiki hal-hal yang perlu diperbaiki,” ucapnya.

Dudy menerangkan bahwa program ini akan terus dievaluasi, rencana untuk memodifikasi program-program yang ada juga akan dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi bersama tim pimpinan pengawas ujian yang akan dilaksanakan pada hari yang sama saat kami wawancara (3/7).

Dudy beharap bahwa program-program baru yang ia dan timnya adakan dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap mahasiswa dan untuk mengevaluasi kinerja tim tenaga kependidikan di FISIP UPNVJ. Tidak hanya dalam bentuk kuisioner, tetapi juga dengan wawancara beberapa mahasiswa.

Ika Diah, mahasiswa Ilmu Politik 2018 mengharapkan kuesioner ini dapat mengevaluasi para dosen pengampu. “Semoga ada hasil dan evaluasi yang baik buat dosennya, jadi nggak sia-sia juga mahasiswa ngasih saran dan masukannya,” katanya.

Menjawab harapan Ika, Dudy mengatakan dengan adanya kuesioner ini maka dosen-dosen dapat terus memperbaiki diri. “Nah, aspek ini dapat menjadi bahan mengingatkan dosen untuk tidak lengah, untuk selalu memperbaiki diri,” tutup Dudy pagi itu.

Reporter: Myranda Fae.| Editor: Firda Cynthia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *