PJJ Jangka Panjang: Psikis Mahasiswa Dipertaruhkan

Nasional

Pandemi Covid-19 memaksa mahasiswa untuk melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama kurang lebih sembilan bulan. Hal itu ternyata berdampak pada keadaan psikis mahasiswa.

PJJ yang berlangsung hampir setahun menyebabkan banyaknya mahasiswa rentan mengalami gangguan psikis. Salah satunya Virginia. Mahasiswa Universitas Padjajaran ini mengaku pada awalnya pelaksanaan PJJ tidak terlalu berpengaruh terhadap psikisnya. Virginia mulai merasakannya pada saat PJJ mendorong banyak dosen memberikan sederet tugas-tugas. Akibatnya banyak dari mahasiswa yang merasakan stres karena diberikan tugas yang terlalu banyak oleh dosen.

“Padahal banyak mahasiswa yang mengaku stres karena diberikan tugas yang begitu banyak hingga akhirnya tugas itu menjadi menumpuk dan memakan waktu istirahat,” keluh Virginia.

Masalah serupa juga dialami Diva, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Wali Songo yang mengungkapkan bahwa pemberian tugas yang banyak membuat masalah psikis dirinya juga berpengaruh. “Untuk masalah sebenernya lebih ke tugas karena selama PJJ ini tugas lebih banyak dan deadlinenya itu sebentar,” tambah Diva.

Dampak lainnya yang dirasakan oleh mahasiswa adalah menjadi malas mengikuti kegiatan perkuliahan secara PJJ. Farhan, Mahasiswa Institut Teknologi Surabaya mengatakan tingkat keinginan untuk belajar menjadi berkurang dari sebelumnya. Menurutnya hal itu disebabkan oleh sulitnya untuk menerima materi secara online.

Psikolog UIN Wali Songo Semarang, Wening Wihartati mengatakan dengan adanya PJJ tidak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa sosialisasinya menjadi berkurang. Menurutnya, di usia mahasiswa yang sedang menginjak remaja akhir dan dewasa awal seharusnya mereka masih bersosialisasi secara intensif dengan teman-temannya. “Karena pandemi mereka dibatasi pembelajaran online lewat berbagai macam platform dan tentunya mereka jadi berkurang interaksi sosialnya,” tambah Wening.

Lebih lanjut Wening mengatakan ketika mahasiswa saling berinteraksi dengan orang lain, bisa dijadikan sarana media pembelajaran untuk mengatasi permasalahan dalam bersosialisasi dan belajar tentang kepemimpinan. Menurutnya ketika di kampus mahasiswa dapat bertemu orang banyak dan melakukan banyak kegiatan.

Wening juga melihat beberapa perbedaan yang dirasakan mahasiswa saat menjalani PJJ dan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Dimana mahasiswa yang cenderung introvert kini menjadi lebih berani mengeluarkan pendapat saat perkuliahan berlangsung. Hal ini dikarenakan berkurangnya tekanan sosial yang dirasakan.

Kalo saya amati, sebetulnya jadi tidak kelihatan yang introvert dan extrovert siapa karena kalau dalam kulon itu malah kadang yang introvert jadi berani mengeluarkan pendapat,” jelas Wening.

Untuk menghadapi kebosanan di rumah ketika PJJ, Wening memberikan saran agar kita melakukan hobi yang menyenangkan. Menurutnya melaksanakan kegiatan di rumah tentunya akan bosan, oleh sebab itu diperlukan waktu luang untuk menggunakan kegiatan yang bersifat positif.

Foto: Google.

Reporter: Dafa Mg, Tika Mg | Editor: Adhiva Windra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *